Part 4

13.4K 1K 8
                                    

Siang itu sangat terik. Sepertinya matahari sengaja membakar semua yang bisa disentuhnya. Tiga sahabat Lana, Anggi dan Manda baru saja sampai di lapangan parkir salah satu universitas negeri di pinggiran Jakarta.

"Ya ampun cyiin panasnya. Jadi gagal bobo cantik gue tadi di mobil." Sekalipun mobil Lana ber-AC, Anggi tetap setiap menggoyangkan kipas ditangannya.

"Kita nunggu sini aja ya. Awang nanti kesini nyamperin."

"Tapi gue pingin pipis Lan." Manda menyahut gelisah karena sedari tadi kantung kemihnya sudah menjerit minta dikosongkan.

"Ya udah deh yuk turun."

"Emang lo tau toiletnya dimana?"

"Ya nanya keleuss."

"Gue ikuuut. Gue ga mau ditinggal dibawah pohon beringin gini." Anggi langsung lompat dari dalam mobil.

Mereka bertiga menyusuri koridor kampus. Dan seperti biasa, penampilan Lana membuat semua mata menoleh. Perempuan-perempuan dibuat iri, sedangkan yang lelaki tidak bisa berpaling dari kaki jenjang Lana yang dibalut jins gelap yang robek dibagian lutut dan kets putih ditambah kaus putih polos longgar yang makin menampakkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Belum lagi pesona Anggi yang memang sengaja berdandan habis-habisan. Manda sudah terbiasa dengan semua pandangan itu, ia tidak merasa risih atau iri dengan penampilan kedua sahabatnya. Toh diantara mereka bertiga justru dia yang dipilih Boy si kapten basket sekolah untuk jadi pacarnya 2 tahun ini.

"Lana, kamu apa-apaan sih. Kok keluar mobil." Tangan Lana ditarik oleh laki-laki tinggi yang tiba-tiba muncul entah darimana.

"Manda kebelet pipis Wang."

"Haiii Abang Awang. Mana temen-temennya?" Anggi mengerjapkan matanya genit.

"Eh Hai Nggi, Nda." Awang menatap mereka sekilas kemudian kembali melotot galak pada Lana. "Aku bilang kan tunggu di mobil."

"Aku ga mau Manda pipis di mobil dan ngotorin mobil baruku." Lana menyahut sambil diiringi Manda yang tersenyum manis. Melihat Awang diam Lana melanjutkan. "Mendingan cepetan deh kamu kasih tahu toiletnya dimana sebelum Manda buka celananya disini."

"Hus Lana, jaga bicaranya."

"Hiiih. Ayo cepetan dimana?" Lana mulai tidak sabar.

Awang memimpin jalan menunjukkan dimana toilet terdekat. Sepanjang koridor laki-laki berjejer dan mulai ada yang bersiul menggoda. Anggi kelihatan sangat menikmati semua perhatian itu sedang Lana cuek-cuek saja. Manda segera berlari menuju toilet dan menghilang didalamnya.

"Lana, ini kampus teknik yang penduduknya kebanyakan laki-laki. Kamu bisakan nurut sama aku sedikit. Kalau aku bilang tunggu di mobil, ya tunggu di mobil." Awang mulai gusar karena ia tidak suka semua pandangan mata kawan-kawannya. Sebagian besar penduduk kampus tidak berani menggoda terang-terangan hanya karena predikat Awang sebagai ketua angkatan dan tamu-tamu cantik ini adalah tamunya.

"Dasar pemarah."

"Lana!" Mereka berdua sudah berada di area yang tidak terlalu ramai berdiri berhadapan. Anggi sedang asyik tebar pesona dengan beberapa kawan Awang yang belum sempat dikenalkan namun dengan sukarela memperkenalkan diri sendiri.

"Kamu itu kayak si Arca Rese itu aja marah-marah mulu. Aku capek tahu nyetir 2 jam kesini bermacet-macetan hampir nyasar lagi. Terus sampe sini bukannya disambut hangat malah diomelin."

"Lan, kamu tahu maksud aku ga begitu kan?"

"Jadi apa maksudnya?"

"Ya penampilan kamu Lan yang terlalu mencolok. Bikin seantero kampus heboh."

"Penampilan gimana maksudnya? Kamu bilang aku disuruh pake jins dan kaos. Ini aku udah pake sesuai permintaan. Masih aja salah."

Awang memijit pelipisnya. Lana memang memakai baju yang biasa saja, tapi entah kenapa masih saja terlihat sangat menarik. Ini yang membuat Awang menolak ide berkunjung ke kampusnya dari awal. Ia tidak mau Lana menjadi bulan-bulanan kawan-kawannya.

Manda sudah bergabung dengan Anggi. "Lan, kita ke kantin ya. Laper niiih." Mereka berlalu diikuti dengan beberapa kawan-kawan Awang yang dengan sukarela mengantar atau bahkan mentraktir mereka di kantin.

Lana ingin beranjak menyusul lalu lengannya ditahan oleh Awang. "Ga bisa, kamu ikut aku aja. Aku ga akan biarin mereka asyik jelalatan lihat kamu di kantin."

"Aku laper, apa sih larang-larang. Kamu takut aku diliatin cowok atau kamu takut aku ketemu sama pacar kamu itu?"

Awang semakin geram. Ia menarik paksa lengan Lana ke tempat parkir, meminta kunci mobil dengan paksa dan memasukkan Lana ke dalam. Didalam mobil Awang mengabaikan akal sehatnya langsung memeluk Lana dan ingin menciumnya.

"Brengsek! Lepasin ga."

Awang mundur karena melihat Lana yang hampir menangis.

"Kamu yang ngotot kesini, buat apa Lan?"

"Bajingan dasar, keluar cepetan. Lo pikir gue pe**k yang dateng kesini cuma buat lo pegang-pegang. Apa bedanya lo sama temen-temen lo diluar."

"Lana, kamu tahu perasaan aku gimana ke kamu Lan."

"Gue ga tahu gimana perasaan lo. Coba bilang apa perasaan lo ke gue. Bilang!! Dan coba tinggalin cewek lo itu buat gue."

Awang menunduk lemas. "Andai bisa segampang itu Lan."

"Keluar. Cepet keluarr. Jangan pernah deketin gue lagi."

"Lana tolong tenang dulu. Maafin aku Lan, maafin aku." Awang mencondongkan bahunya ke Lana yang segera ditampik dengan kasarnya.

"Jangan pernah sentuh gue lagi." Lana keluar dari mobilnya berputar dan membukakan pintu mobil untuk Awang. Merasa tidak punya pilihan Awang keluar dari mobil Lana.

Setelah itu Lana secepatnya pergi dari kampus terkutuk itu.

Lana: Guys, gue kirim Tarwo ya buat jemput kalian. Gue balik duluan.

Lovely Anggita: Beib, lo kenapa?

My Dear Amanda: Darling udah ga usah khawatir. Boy udah dijalan kok jemput kita. Lo bilang mau kemana, kita susul elo ya.

Lana: Ga usah, gue ga apa-apa.

Lovely Anggita: Sayang, jangan bertindak bodoh ya. Kita semua ga mau lo kenapa-napa. Please think about your Dad.

****

Lana and the genks. Kiri-Kanan (Anggita, Amanda, Lelana)...yang mengguncangkan kampus teknik siang itu sodarah-sodarah.

yang mengguncangkan kampus teknik siang itu sodarah-sodarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Stepsister [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang