Part 24

9.5K 797 9
                                    

Lana berada di ruang kerja Arka. Ini kebiasaan baru lainnya. Secara acak ia suka bertandang tiba-tiba ke kantor Arka ketika ayahnya sedang tidak di kantor. Sidak, begitu istilahnya. Memastikan tidak ada lagi yang memasangkan dasi Arka kecuali dirinya.

"Enak ya jadi pengangguran?" Arka meledek Lana yang duduk di ruangannya saat jam makan siang.

Lana terkekeh masih menyantap nasi gorengnya. "Iya dong, enak banget."

"Thanks ya udah bawain makanan segala. Padahal kita bisa makan diluar." Arka memakan kwetiauw goreng sapi dalam bungkus karton salah satu restoran kesukaannya.

"Terus resiko ketemu Ayah atau temen kamu di luar dan suasana jadi awkward. Ga mau. Aku lebih suka begini. Makan di ruangan kamu jadi bisa bebas ngobrol."

"Lain kali bilang-bilang dong kalau mau dateng."

"Ga mau, orang aku mau sidak kok bilang-bilang."

"Mau sidak siapa emangnya? Aku kan kerja disini, bukan main-main."

"Siapa tahu kamu lagi digangguin sama calon istri kamu atau anak-anak magang yang kecentilan itu."

"Lana, stop panggil Monik calon istri aku. Nanti kalau orangnya denger gimana?"

Sebelum Lana sempat menjawab pintu diketuk dan wajah Monik muncul tiba-tiba. "Ka, makan yuk." Monik tidak menyangka ada tamu di ruangan Arka. "Eh sorry ternyata ada si cantik. Apa kabar Lan?"

"Baik Tante. Haai." Lana pasang wajah pura-pura ramahnya. Arka tertawa mendengar Lana memanggil Monik tante.

"Lan, gue masih muda tahu, lebih muda dari Arka lho." Monik melangkah masuk.

"Ga apa-apa, gue panggil Arka juga Om kok. Ya Om?" Kali ini Monik yang tertawa.

"Kalian udah makan rupanya. Perhatian banget adik Arkandra, bawain makan siang segala."

"Siapa bilang gue adiknya Arka. Gue bukan adiknya Arka. Ga akan sudi jadi adiknya." Arka mendelik ke Lana dan Monik tertawa lagi.

"Bingung deh, kenapa siy kalian orangtua suka ngetawain gue kalo lagi ngomong. Emang gue badut apa?"

"Sorry, jangan marah dong. Tapi sebenernya gue lebih ketawa karena muka Arka itu jadi lucu banget tiap lo disini Lan. Bener deh." Monik masih terkekeh. "By the way, panggil gue Monik aja tanpa tante. Oke?"

"Oke Tante Monik. Hari ini kita ga bisa nemenin makan ya. Jadi makan sendiri aja."

"Lan...jangan ga sopan. Mau ikutan Mon? Masih ada kok kalo lo mau?"

"It's okey Ka. Gue bisa grab quick lunch dibawah. Kita ada meeting kan jam 1.30? Jangan lupa kita berangkat Senin pagi ya dan langsung meeting sorenya."

"Okey, thanks udah ngingetin." Arka tersenyum.

"Have a nice weekend you both." Monik menutup pintu.

"Tuuuh kaaan bener. Untung aku kesini. Kalau nggak kamu udah makan bareng Monik." Lana sudah duduk lagi dikursi memasang wajah sebal.

"Lan, please jangan begitu dong. Monik itu bawahan aku dan juga partner. Ga lebih dari itu." Arka merapihkan bungkus makanannya yang sudah kosong dan membuangnya ke tempat sampah.

"Arka, Erlangga dan aku itu cuma temen lunch aja. Ga lebih dari itu."

"Ya Tuhan Lana. Kenapa jadi dibandingin sama Erlangga? Dia jelas-jelas suka sama kamu Lan. Monik itu ga suka sama aku." Arka meneguk tandas air putih di gelas.

"Kata siapa? Emang Monik pernah bilang ga suka sama kamu?"

"Ya kita orang dewasa sudah mengerti dengan sendirinya. Ga perlu bilang saya suka kamu atau saya ga suka kamu. Kita sudah tahu aja."

The Stepsister [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang