"Arka?" Suara Lana membuyarkan lamunannya.
Arka mengatur ekspresinya sebelum berbalik badan. "Pagi Monyet." Arka tersenyum konyol menatap Lana seolah tidak tahu apa-apa.
Ekspresi wajah Lana pun berubah. Lana berusaha sekuat tenaga tidak menyiratkan apapun sambil berusaha keras menenangkan jantungnya.
"Oh gue pikir siapa. Tumben pulang? Dunia udah kiamat ya?" Ujung mata Lana menatap tali kimono handuknya yang tidak sengaja terjatuh dan berada di kaki Arka.
"Ngambil barang. Ada yang ketinggalan." Arka menghalau keinginannya yang kuat untuk memeluk Lana saat itu juga.
"Oke." Lana menjawab pendek.
Mereka berdiri canggung bertatapan. Berusaha menahan diri masing-masing agar tidak melangkah maju atau berdekatan.
'Lana, pergi cepetan dari situ.' suara di kepala Lana.
'Control yourself Arkandra. You are good at self-control right?' Damn it ,kenapa rambutnya basah begitu sih.' Arka berdehem tidak mau Lana tahu apa yang dipikirkannya.
Lana yang duluan melangkah pergi menuju kamarnya terburu-buru, hingga lupa menutup pintu. Di dalam kamar ia berjalan mondar-mandir sambil menghirup oksigen banyak-banyak karena sepertinya sedari tadi ia menahan nafasnya sendiri.
'Ya Tuhan, tenang dong Lana. Udah lama lo pingin ketemu Arka, sekarang malah begini.'
Masih mengenakan kimono handuk, Lana duduk dipinggir tempat tidur. Tanpa Lana duga Arka melangkah masuk dan menutup pintu kamarnya. Mereka berdiri berhadapan lagi. Jika ini terjadi dulu, maka Lana akan dengan senang hati berteriak dan menendang Arka keluar dari kamar. Tapi saat ini Lana bungkam seribu bahasa. Hanya berdiri mematung menatap laki-laki dihadapannya yang sudah berbulan-bulan ia rindukan.
Arka menatap Lana nanar. Akal sehatnya sudah terbang entah kemana. Atau mungkin tersihir oleh pesona Lana. Kadar rindu yang Arka rasa sudah tidak bisa ia bendung lagi. Benteng-benteng pertahanannya yang selama ini ia banggakan luluh lantak karena gadis dihadapannya. 'Persetan.' Arka melangkah maju meraih Lana dalam pelukannya.
Tangan Lana melingkari tubuh Arka, membalas pelukannya. Mereka sama-sama tidak berkata apa-apa, namun saling mengerti betapa satu sama lain begitu saling merindukan. Bukan sebagai saudara. Arka mencium sayang ujung kepala Lana yang setengah basah. Semuanya kali ini berbeda. Jika sebelumnya Arka menyentuh Lana karena kewajibannya menjaga Lana ketika sakit, tapi kali ini ia memeluk Lana karena ia menginginkan Lana.
Lana menghirup wangi tubuh Arka dalam-dalam. Mengisi paru-parunya dengan harum yang ia suka. Tangannya sendiri mencengkram tubuh Arka, memastikan dirinya tidak akan terjatuh dari tempat tidur karena bermimpi.
'Ini bukan mimpi Lana. Arka memeluk dengan segenap jiwanya. Tapi apa artinya? Apa arti gue buat lo Arka? Adik, atau apa?'
Tangan Arka menyentuh rahangnya dan mendongakkan kepala Lana. Mata Arka bertemu dengan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca.
'Tolong lihat gue sebagai wanita Arka. Bukan saudara tiri jahat seperti cerita di Cinderella. Tapi gue memang jahat, terutama dengan lo. Semua makian dan pukulan itu. Gue tidak pantas sesungguhnya...' Sebelum Lana sempat melanjutkan kata-kata dalam pikirannya, Arka menundukkan kepala mencium bibirnya.
'Lana, ini salah. Tapi saat ini, aku tidak perduli.' Arka sudah tidak mengindahkan pikiran logisnya, ia mencium Lana sepenuh hati. Berusaha mengabaikan kenyataan bahwa ini tidak boleh terjadi.
Lana membalas ciumannya perlahan, seolah mereka memiliki seluruh waktu didunia. Semua perasaan yang Lana pendam berbulan-bulan, rindu, ragu, mengalir bersama air mata Lana yang jatuh perlahan. Arka berhenti, karena air mata Lana menyentuh pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stepsister [Completed]
RomanceLelana Gunadi Gadis 18 tahun. Anak dari Sinta Gunadi, artis kawakan yang meninggal dunia karena kanker. Kecantikannya membuat siapapun berpaling, namun ketika dia mulai berbicara tidak ada satupun laki-laki yang sanggup menanggapi mulut pedasnya. Le...