Pagi itu di kamar hotel.
Lana berjalan mondar-mandir sudah mengenakan kebaya putih gading lengkap dengan kainnya. Riasannya juga sudah selesai dilakukan oleh MUA terkenal kenalan Anggi dan Rama. Rambut Lana di sanggul modern dan disematkan bunga melati dan mawar yang cantik.
"Anggi, kayaknya batal aja deh Nggi. Gue belum siap sumpah." Lana merasa air matanya sudah ingin jatuh.
"Laan...elo itu panik. Tarik nafas. Minum dulu deh." Anggi dan Manda berdiri menemani sahabatnya di dalam kamar.
"Gue masih muda banget Nggi. Arka keterlaluan deh Nggi, maksa-maksa gue begini. Ini tahun berapa emangnya, harusnya gue nikah nanti umur 30 aja. Gue telpon Daddy buat cancel semuanya."
Sebelum Lana sempat meraih ponselnya, Manda sudah mengambil dan menyimpannya di tas tangan miliknya.
"Manda, siniin cepet. Cepeeet!!" Bulir-bulir air mata jatuh di kedua pipinya.
"Ya Tuhan Lana jangan nangis dong, itu make upnya." Mba Meli sang MUA langsung dengan sigap membenahi make up Lana lagi.
"Lana dengerin gue. Tenang dulu Lan. Lo cinta sama Arka kan, lo bahagia banget sama dia. Bahkan kemarin lo masih bahagia waktu Arka ngintip-ngintip dateng ke kamar lo abis siraman. Inget nggak?" Manda menggenggam tangan Lana yang dingin.
"This is the right thing to do Honey." Anggi berujar. "Enjoy the moment. Wajar kalau lo grogi. Siapa yang nggak, ini pernikahan lo. Tapi caranya bukan dengan lari dong Lan. So breath Lanaa..breathe."
Pintu diketuk. Bude Laksmi istri dari adik ayah kandungnya masuk ke dalam kamar. "Ndo cah Ayu, sudah siap? Yuk keluar sama Bude lihat calon suamimu sedang ijab kabul."
Lana mengangguk pasrah ketika tangannya digenggam oleh Budenya yang sudah tiga bulan ini menjadi penasihat pernikahan adat Jawa yang dipilihnya. Mereka melangkah berdampingan menuju tempat berlangsungnya pernikahan. Taman cantik dengan pemandangan pantai biru sebagai latar belakang. Ada Arka disana, gagah mengenakan beskap Jawa sewarna dengan kebayanya.
"Duduk disini. Lihat dan dengarkan saat calon suamimu berjanji dihadapan gusti Allah." Bisik Bude Laksmi pada Lana. Gadis itu hanya mengangguk menurut. Lana memang memilih prosesi akad nikah dengan adat Jawa. Karena ia tahu Daddy-nya pasti sudah menyiapkan gaun pengantin layaknya Cinderella untuk dikenakannya pada saat resepsi nanti.
Semua persiapan pernikahan diurusnya sendiri dengan bantuan WO yang memang sudah Arka sewa. Sekalipun lokasi pernikahannya di Bali, Lana membawa serta semua perlengkapan dan pakaian adat Jawa untuk acara akad nikahnya.
***
Suasana hening dan khidmat mulai menyelimuti ketika penghulu mulai memberikan aba-aba pada wali nikah Lana. Lamat-lamat suara Arka terdengar dari speaker yang letaknya tidak jauh dari tempat Lana. Diiringi dengan detak jantung Lana yang seperti melambat namun terdengar sangat jelas. Suara bas yang merdu itu mengucap janji dihadapan penghulu, wali dan saksi nikah dengan lancar tanpa ada ragu sedikit pun. Lalu titik-titik bening itu jatuh lagi di sudut mata Lana.
Entah bagaimana, seluruh ragu Lana yang sebelumnya menggantungi pikirannya sirna. Laki-laki yang sudah mengikatkan janjinya itu tidak pernah meragu sedikitpun. Dia juga rela melepaskan segalanya untuk Lana, bahkan mungkin memberikan hidupnya sendiri. Saat ini, Lana lebih dari bersedia untuk mengabdikan hidupnya untuk Arka, selamanya.
Anggi dan Manda meremas pundak Lana dari belakang. Bude Laksmi juga ikut menangis. Sudah lama ia menyesal meninggalkan keponakannya itu sendiri berjuang di Jakarta. Wanita paruh baya itu bersyukur Lana bertemu dengan Suharyo Wijaya yang mau dan mampu menjaganya. Saat seperti ini, ia merasa nelangsa karena Lana tidak memiliki ayah dan ibu untuk mendampinginya. Jadi ia berjanji mulai saat ini ia akan mendampingi keponakannya itu. Apapun yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stepsister [Completed]
RomanceLelana Gunadi Gadis 18 tahun. Anak dari Sinta Gunadi, artis kawakan yang meninggal dunia karena kanker. Kecantikannya membuat siapapun berpaling, namun ketika dia mulai berbicara tidak ada satupun laki-laki yang sanggup menanggapi mulut pedasnya. Le...