Warning guys, mature content. Agak telat yah karena di part sebelumnya udah ada mature contentnya. Mohon maaf.
Jangan lupa votenya ya. Plis pliss...
******
Malamnya di kamar hotel.
Rasa cemas menyergap Lana tiba-tiba. Ia berjalan mondar mandir di kamar mandi hotel yang untungnya berukuran cukup besar. Acara akad nikah yang dimulai pukul 8 pagi tadi sudah selesai pada pukul 2 siang dan Lana sudah sempat pergi ke salon dalam hotel sebentar untuk mencuci rambutnya yang kaku karena disanggul tadi. Ada banyak ragu pada pantulan wajahnya di kaca, pengetahuannya sungguh nol tentang ini. Entah dengan Arka.
"Sayang, kamu masih lama? Arka mengetuk pintu kamar mandi hotel."
"Sebentar."
"Ini udah tiga puluh menit lho."
"Iya, sabar dong Ka."
"Sabar kok aku. Nungguin kamu hampir 5 tahun aja mau."
"Ya udah kalau masih bisa sabar besok aja ya habis selesai resepsi." Suara Lana terdengar sedikit panik.
"Sayang, keluar baik-baik atau aku terabas masuk ke dalam?"
"Tadi katanya mau sabar."
"Ya tapi nggak bisa besok juga."
Lana diam tidak bisa menjawab.
"Sayang..."
"Arka diem dulu bisa nggak?"
"Kamu keluar dulu deh, panik sendirian didalam nggak enak lho. Lagian aneh banget masa ngomong sama istri sendiri teriak-teriak begini. Keluar dulu, diomongin di luar baik-baik."
Mulut Lana masih bungkam tapi tubuhnya tetap berjalan mondar-mandir. Dia tidak mempersiapkan apapun soal ini, bertanya pada Anggi dan Manda pun tidak karena dua temannya itu juga belum menikah. Ia sudah terlalu terbiasa sendiri, tanpa Arka disisinya. Sekalipun kerap kali ia merindukan lelakinya itu. Tiga tahun pertama Arka masih mengunjunginya, tapi sudah satu tahun belakangan hubungannya merenggang dengan Arka dan mereka tidak pernah bertemu. Jadi sudah satu tahun ini Lana tidak kontak fisik dengan laki-laki manapun. Hidupnya hanya berpusar pada pekerjaannya disana.
Kenyataan akan dirinya menikah saja sudah cukup aneh. Apalagi ia sadar saat ini sudah menjadi kewajibannya untuk melayani Arka. Jangankan melayani, hanya dengan ciuman singkat saja Arka sudah bisa membuat Lana melayang tidak berdaya. Namun bukan Lana namanya kalau ia tidak bisa mengantisipasi hal itu dengan berpura-pura dingin dan berhenti ketika Arka sudah membuat pikirannya berputar seperti gasing liar. Selama hidupnya sebelum ia pindah ke Australia Lana tidak pernah memiliki kontrol atas apapun termasuk dirinya sendiri. Jadi saat disana Lana puas karena bisa menentukan apa-apa sendiri. Lana suka dengan kontrol dirinya yang baik, ia tidak mau kehilangan itu.
Arka masih berdiri di luar memandangi pintu kamar mandi yang terkunci. Sebagian dari dirinya bisa memaklumi sikap Lana namun sebagian lainnya mendesak ingin segera menarik istrinya itu keluar dari kamar mandi dan membawanya ke tempat tidur sejak siang tadi. Lana memang masih menjaga jarak misalkan saat ia berganti pakaian selesai acara, istrinya itu masih melakukannya di kamar mandi dengan pintu terkunci. Gadisnya itu juga baru kembali lagi ke kamar saat waktu makan malam dengan alasan antri di salon. Padahal Arka sudah gemas menunggunya.
Pikiran Arka melayang pada masa-masa dimana Lana begitu polos dan mudah hanyut hanya dengan ciuman Arka dulu. Sekembalinya Lana dari Australia gadisnya itu memang memiliki kontrol diri yang lebih baik. Sedangkan Arka dibiarkan tersiksa dengan gairahnya yang menggebu-gebu hanya dengan melihat Lana berdiri dihadapannya atau mendengar suaranya ditelpon. Arka sudah berusaha memendam keinginannya pada Lana selama lebih dari empat tahun. Hanya bisa puas mendengar suaranya di telpon atau ber-video call atau mencuri ciuman-ciuman jika Arka mengunjungi Lana yang pasti didampingi oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stepsister [Completed]
RomanceLelana Gunadi Gadis 18 tahun. Anak dari Sinta Gunadi, artis kawakan yang meninggal dunia karena kanker. Kecantikannya membuat siapapun berpaling, namun ketika dia mulai berbicara tidak ada satupun laki-laki yang sanggup menanggapi mulut pedasnya. Le...