Langit sedang menangis, menatapku bersama premis. Aku sudah bahagia, percayalah. Senyumku adalah senyum yang sebenar-benarnya senyum. Bersamamu, tanpa seorang penjahat luka yang hinggap menumpang keramaian saja.
Sudah, jangan guyuri aku lagi. Hanya untuk membuat spekulasi bahwa aku tidak sedang patah hati. Hatiku sudah pulih kembali bersama retakan-retakan yang menyerpih pergi.
Jangan menyendu lagi, banyak yang merindukan jinggamu. Jangan buat kecewa orang yang sudah menunggu, karna tidak semua orang baik dalam menunggu. Maka, jangan sia-siakan. Biarkan saja jika masih ada yang mengagumimu untuk pencitraan. Tapi, ingat masih banyak yang tulus menanti untukmu kembali.
Aku mengagumimu, meski jarang menyebutmu. Aku menantimu, meski jarang memamerkan rasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tak Bertuan
PuisiSebuah celotehan perempuan yang sedang menikmati luka dengan istimewa. 🏵10 Okt: 01 - Puisi Amatir