BAGIAN 17 RUMAH PUTIH

347 7 0
                                    



Waktu menunjukkan pukul 7.00 Malam, Asnawi memilih pergi ke warung kopi di depan kampus untuk sekedar menenangkan diri dengan meminum secangkir kopi. Dirinya jadi teringat ketika tepat seminggu yang lalu dia pergi Malam mingguan bersama Hayati dan mengelilingi Kota Bandung di tengah suasana dinginnya Malam. Seruput demi seruput kopi terasa hangat ketika melewati kerongkongan Asnawi dan membuatnya menjadi tenang.

Ketika Asnawi mulai merasakan ketenangan, tiba-tiba smartphone nya bergetar. Ternyata ada panggilan masuk dari Cascade dan Asnawi pun mengangkatnya.

"Hii Darl......ada apa"

"Hi Honey....hmmm..lu kemana aja seminggu ini, kok ga keliatan sih, biasanya abis kuliah suka nongkrong bareng temen"

"ada Cas, gue ga kemana-mana, cuman pas seminggu ini gue lagi pengen menyendiri aja"

"emang kenapa lu, ditolak lagi sama cewek gebetan lo yang ada di foto yang gue kirimin ke elu"

"hmmmm......sebenernya sih bukan cewek itu yang nolak, tapi gue sendiri yang menolaknya"

"WHAT THE FUCK ARE YOU DOING...???...ARE YOU KIDDING ME...HONEY!!...... JESUS CHRIST..!!"

"whoa...whoa...easy..easy..Cas!!!..."

"I'm sorry Honey...I Just Shocked to hear that....."

"makanya lu bisa ga dateng kesini, ke warung kopi, gue lagi sendirian ... gue pingin ngomongin masalah ini sama lu disini"

"gua gak bisa dateng ke tempat lu, lu aja deh yang ke rumah gue, kebetulan Mommy lagi business trip ke Singapore, di rumah ga ada siapa-siapa, cuman ada gue, Bi Asih sama anaknya"

"okeyyy...udah dulu yah....gue langsung OTW..Bye Darl"

"Bye Honey..."

Asnawi menutup teleponnya dan langsung beranjak pergi dari warung kopi menuju rumah Cascade. Rumah Cascade berada di Jalan Cipaganti, tidak jauh dari tempat Asnawi berada. Butuh setengah jam untuk sampai kerumahnya dengan menggunakan motor. Asnawi ingat bahwa di rumah Cascade ada Bi Asih dan juga anaknya, untuk itu dia mampir dulu ke sebuah toko kue untuk membeli sekedar oleh-oleh untuk mereka berdua, mengingat sudah hampir setahun tidak berkunjung ke rumah Cascade.

Akhirnya Asnawi sampai di depan rumah Cascade. Sebuah rumah putih yang besar dengan bergaya arsitek art deco membuat rumah Cascade menjadi menjadi sangat mewah dan elegan. Gerbang besi yang tinggi tiba-tiba membuka sendiri dan Asnawi pun melewatinya dan memarkirkan motor mio nya di depan teras utama rumah. Rumah Cascade terdiri dari 3 bangunan antara lain bangunan utama yang berada di tengah dan bangunan untuk tempat pertemuan di sebelah kiri bangunan utama, serta sebuah bangunan garasi yang cukup besar dan dapat menampung 10 mobil yang terletak di sebelah kanan bangunan utama.

Asnawi berjalan di teras utama yang dilapisi dengan ubin yang terbuat dari marmer menuju pintu masuk dan mengetuk daun pintunya yang besar. Terdengar suara derap langkah kaki yang mendekati pintu, dan pintu pun dibuka oleh seorang wanita yang memakai baju setelan pembantu seperti di film-film ANIME lengkap dengan apron putih yang melingkar di pinggang, stocking putih sampai paha dan memakai bando warna putih untuk menjaga rambutnya tetap rapi. Wanita itu berusia sekitar 30 tahun dan berparas cantik khas cewek-cewek Bandung.

"Bi Asih apa kabar.....????" tanya Asnawi dengan senyum lebar

"baik Den Nawi....ihhh udah lama banget Aden ga kesini....Bibi kangeeeen banget sama Aden.." jawab Bi Asih sambil memegang kedua tangan Asnawi. Merekapun saling Cipika-Cipiki dan berpelukan.

"wah,.....Bi Asih makin cantik aja...seNeng deh aku liatnya" kata Asnawi sambil memutar-mutar tubuh Bi Asih seperti penari salsa.

"Aahhh makasih Den, Bibi jadi malu nih, ....hayu masuk ke rumah yu" ajak Bi Asih sambil memegang tangan kanan Asnawi dan menariknya ke dalam rumah.

Mereka masuk ke ruang tamu yang sangat besar, terdapat 3 set kursi sofa yang terlihat sangat mahal dan sebuah Grand Piano berwarna coklat berdiri angkuh di belakang kursi sofa. Di dinding terdapat banyak sekali lukisan-lukisan yang mengandung nilai artistik yang tinggi dan tampak berbinar ketika memantulkan cahaya yang dipancarkan sebuah lampu kristal besar yang menggantung di langit-langit rumah.

"Jaenal apa kabar nih?.....pasti dia udah gede?" tanya Asnawi

"Alhamdulillah baik Den, dia lagi ngerjain PR di kamar Bibi, sekarang di udah sekolah kelas 1 SD" jawab Bi Asih dengan senyuman manisnya.

"oh iya, nih ada oleh-oleh buat Jaenal..." Asnawi mengeluarkan sebuah permen loli besar dari balik saku jaketnya.

"wAaahhh.....ini permen favoritnya Jaenal...makasih banget Aden..tapiii.....buat Ibunya mana??" tanya Bi Asih dengan menegadahkan tangan kanannya ke Asnawi.

"kalo buat Ibunya ada syaratnya dong.......nih...." kata Asnawi sambil menepuk-nepuk pipi kirinya dengan jari telunjuknya bermaksud meminta ciuman pipi dari Bi Asih. Tiba-tiba Bi Asih langsung nyosor mencium Bibir Asnawi sambil memeluk leher Asnawi. Asnawi kembali kaget menerima ciuman Bibir dari Bi Asih, dia merasakan gesekan antara Bibirnya dengan Bibir Bi Asih yang lembut dan jilatan lidahnya yang seakan menghisap lidah Asnawi ke dalam mulut Bi Asih. Asnawi merasakan ciuman Bibir Bi Asih lebih liar daripada ciuman Bibirnya Cascade di aula kampus beberapa waktu yang lalu.

"nih udah syaratnya.......sekarang mana oleh-oleh buat aku???" kata Bi Asih dengan ekspresi muka tanpa dosanya.

"kok beneran cium Bibir sih..!! kan aku cuman bercanda minta minta cium pipi" kata Asnawi yang masih shock dan memegangi Bibirnya.

"heheheheh Kagok Edan (Tanggung Gila) Den Nawi.......abisnya Aden mancing-mancing Bibi Wae" kata Bi Asih tertawa.

Asnawi kemudian mengeluarkan sekotak cokelat berbentuk hati dari saku jaketnya dengan tangan bergetar, kemudian memberikannya ke Bi Asih.

"waw kue cokelat cinta.....makasih banget Aden....." kata Bi Asih dengan senyum merekah.

"oh iya jadi lupa......Cascade nya ada??" tanya Asnawi

"Non Cascade ada dikamarnya, sana gih temuin dia langsung ke kamarnya.........Aden pasti laper yah, Bibi masakin nasi goreng spesial yah buat Aden" kata Bi Asih.

"Boleh-boleh......laper banget nih...spesial pake apa?" tanya Asnawi

"Spesial pake CINTA......" jawab Bi Asih yang berjalan menuju dapur dan menjauhi Asnawi sambil melemparkan sebuah ciuman udara ke arahnya.

Asnawi masih bediri ditengah ruang tamu dengan keheranan melihat tingkah Bi Asih yang menjadi Agresif." Seandainya gua yang jadi tuan rumah disini, udah gue jadiin istri tuh si Bi Asih" gumam Asnawi dalam hati sambil melihat Bi Asih berjalan menuju dapur. Asnawi bertanya-tanya dalam hati kenapa cewek secantik Bi Asih Cuma bisa jadi Pembantu? Padahal kan lebih pantas menjadi foto model atau artis FTV, mungkin Tuhan berkehendak lain atas penentuan nasib hidup Bi Asih. Dirinya kembali pusing dan terpikir pikiran aneh dengan apa yang dialaminya akhir-akhir ini, kenapa setiap cewek bertingkah agresif pada dirinya, dimulai denga Cascade, Hayati dan yang terakhir Bi Asih. Dan semua cewek itu cantik-cantik. "mungkin ini hadiah dari Tuhan karna selama ini gue udah sabar ngejomblo" gumamnya lagi dalam hati sambil tersenyum sendiri.      

PACARKU KUNTILANAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang