BAGIAN 20 ENAM KUNTILANAK

349 8 0
                                    



Dua jam sudah Asnawi mengendarai motornya menuju tempat asal Hayati di daerah irigasi Cimanuk. Dia memacu motornya dengan semangat yang berlipat ganda untuk memperbaiki hubungannya dengan Hayati dan membawanya kembali pulang ke kosannya. Dengan perasAan harap-harap cemas dia mulai melewati jalanan yang sangat sepi menuju ke daerah irigasi itu. Kali ini tidak ada cahaya rembulan yang menerangi Asnawi ketika memasuki kawasan itu, dia mulai melambatkan laju motornya dan sambil mengingat-ingat, dia mencari tempat dimana pertama kali dirinya bertemu dengan Hayati. Dengan keras dia berusaha terus mengingat dan tidak menghiraukan ketakutannya. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon besar tempat mereka pertama kali bertemu yang berada di pinggir jalan. Asnawi menghentikan motor dan memarkirkannya di depan pohon itu. Kondisi di sekitar Asnawi sangat gelap sehingga Asnawi menggunakan senter dari smartphonenya. "HAYATI....KAMU DIMANA??" Asnawi berteriak memanggil Hayati sambil berjalan perlahan memasuki wilayah itu hanya dengan penyinaran dari lampu Smartphone. Asnawi berjalan semakin menjauhi tempat dia memarkirkan motor dan mulai masuk ke dalam sebuah tempat yang lebh mirip hutan. Setengah jam sudah Asnawi berkeliling sambil berteriak memanggil Hayati, namun cuma hasil nihil yang diterima, bahkan Smartphonenya mendadak mati karena kehabisan baterai dan cahaya pun lenyap seketika meninggalkan Asnawi sendirian didalam kegelapan Malam yang sangat mencekam. Asnawi kemudian duduk di atas tanah sambil merogoh-rogoh saku jaketnya untuk mencari pemantik api . Akhirnya setelah merogoh semua saku jaket dan celana, dia menemukan pemantik api dan langsung menyalakannya. Cahaya remang-remang mulai berpendar dari api yang terpancar dari pemantik api dan langsung kembali menerangi Asnawi terbebas dari kungkungan kegelapan. Asnawi berjalan pelan dan memutar-mutar badan untuk melihat kondisi di sekitarnya. Beberapa sAat kemudian dia melihat sebuah sosok perempuan berambut panjang dengan memakai baju gaun putih panjang tengah berjalan dengan posisi memunggungi Asnawi. Sosok perempuan itu berjalan perlahan menjauhi Asnawi. Melihat sosok prempuan itu, Asnawi langsung berlari menghampirinya sambil berteriak-teriak memanggil nama Hayati.

"HAYATI.....HAYATI...akhirnya aku nemuin kamu...maafin aku Hayati...huft..huft" kata Asnawi yang langsung memeluk sosok perempuan itu dai belakang dan menempelkan pipi ke pundaknya. Asnawi merasakan tubuh sosok perempuan itu yang dingin sama seperti Hayati, dia kemudian mengelus-elus dada perempuan itu. "Mas.....mas siapa" tanya perempuan itu. Sontak Asnawi kaget mendengar suara perempuan itu yang berbeda dengan Hayati. Dia langsung melepaskan pelukannya.

"loh ko mas Malah ngelepasin aku...hihihihihi" kata perempuan itu yang masih memunggungi Asnawi.

" siapa kamu...??" tanya Asnawi yag mulai merasakan takut dan mulai menyadari bahwa sosok itu bukan Hayati. Asnawi baru ingat bahwa ketika terakhir bertemu denganya, Hayati tidak memakai baju kuntilanaknya tetapi memakai baju manusia. Tiba-tiba sosok perempuan itu menoleh ke Asnawi dan menunjukan wajah aslinya yang sangat mengerikan. Perempuan berwajah rata, tidak mempunyai mata dan hidung . wajahnya hanya memilik mulut dengan gigi menyerupai gigi gergaji. Perempuan itu tersenyum lebar menyeringai ke Asnawi seperti senyuman seorang psikopat. Asnawi langsung lari setelah meliat wajah Kuntilanak itu. Dengan diterangi oleh cahaya remang-remang dari pemantik api, dia berlari dengan sangat kencang menjauhinya dan semain masuk ke dalam hutan menerjang semak-semak yang cukup tinggi, hingga akhirnya kaki Asnawi tersandung dan jatuh berguling guling ke sebuah turunan kecil. Asnawi terkapar dengan pemantik apinya yang mati, dia berusaha bangkit dan mencoba meyalakan pemantiknya.

Setelah pemantik kembali menyala, Asnawi kaget, ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah bangunan besar yang sangat angker. Bangunan dengan gaya arsitektur belanda ini terlihat sangat tidak terawat dengan kaca jendela yang pecah dan cat tembok yang sudah berlumut. Asnawi lagsung melihat ke arah dirinya jatuh tadi, ternyata Kunti Muka Rata masih mengikutinya, dia langsung kembali berlari menghindari pengejaran Kunti muka rata dan mencoba untuk masuk ke gedung tua itu. Dia mencoba satu persatu pintu masuk yang berjajar banyak di sepanjang dinding depan. Setidaknya ada 4 pintu berukuran kecil yang tersedia, namun semuanya dalam keadAan terkunci dan sampai akhirnya Asnawi sampai ke pintu utama yang berada di bagian tengah gedung, pintu itu berukuran besar. Asnawi mencoba membukanya dan berhasil.

PACARKU KUNTILANAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang