Yudi POV
Malam semakin larut. Ku lihat suasana rumah yang gelap. Mungkin Ima sudah tertidur. Aku tersenyum membayangkan Ima yang sedang tertidur pulas. Di tas ku ada oleh-oleh yang ku bawakan dari luar kota. Aku tahu Ima sangat suka keripik Tempe, makanya waktu aku berkunjung ke luar kota ketika melihat keripik tempe aku langsung ingat Ima, langsung ku borong keripik itu.
Pelan-pelan ku ketuk pintu depan, Bi Idah membukakan pintu.
"Baru pulang pak...??"
"Iya bi, Ibu mana?"
"Ibu dikamar, seharian ibu tidak keluar kamar kelihatannya gak enak badan"Aku terkejut mendengar penuturan Bi Idah, pelan-pelan aku naik ke lantai 2. Ku buka pintu kamar Azqa, ku lihat ia tertidur pulas. Ku cium keningnya perlahan. Kututup pintu kamar Azqa. Lalu aku menuju kamarku. Ku lihat istriku berselimut. Ku dekati dia. Niat hatiku ingin mengecup keningnya melepas rindu setelah beberapa hari tak bertemu. Namun samar-samar ku dengar isakan tangisnya.
Aku tercekat mendengar suara itu. Ia sentuh bahunya, namun ia menepis tanganku. Aku sangat terkejut belum pernah istriku seperti ini.
"Yang...ada apa??"
"Aku yang seharusnya bertanya ada apa..siapa perempuan itu?"Aku terkejut melihat wajah Ima, matanya bengkak wajahnya terlihat kusut.
"Perempuan siapa yang..??"
"Perempuan yang kau temui di restoran, jadi ini alasanmu ke luar kota. Ingin bertemu perempuan itu??"
"Maksud mu apa yang....aku tidak paham"Ima bangkit dari tempat tidurnya. Diambilnya HP di meja, ia memperlihatkan sebuat foto yang membuat aku terkejut. Itu memang fotoku.
"Ini...kamu masih tidak mengakuinya, sekali lagi aku tanya..siapa dia?"
Ada kilatan marah dan terluka dimata Ima.
"Yang, dengarin aku, dengar penjelasan aku"
"Penjelasan apa...foto itu sudah menjelaskan semuanya. Tega sekali kamu pada ku"Ima semakin histeris. Untung kamarku kedap suara, jika tidak pasti suara Ima sampai keluar dan mengagetkan seisi rumah. Aku berusaha memeluk Ima, namun ia terus meronta. Belum pernah ku lihat ia semarah itu. Aku terus berusaha menenangkan Ima. Ku peluk ia.
"Yang, dengarin dulu...itu fitnah. Itu tidak seperti yang kamu lihat"
Setelah mendengar itu, rontaan Ima melemah. Ku peluk ia semakin erat ku kecup keningnya.
"Yang, foto itu rekayasa. Kami tidak berdua. Tapi bertiga dengan Arif kepala marketing. Perempuan itu adik arif, ia kebetulan singgah di restoran tempat aku makan siang dengan arif. Memang betul aku hampir memegang wajahnya karena saat itu saus yang pakai buat makan mengenai wajahnya. Aku reflek hampir memegang karena saus itu pedas dan membahayakan kalau mengenai matanya. Kalau kau tak percaya silakan telpon arif"
Ku dengar Ima masih terisak dipelukanku. Ia ku ciumi
"Yang, waktu aku mengucapkan ijab kabul untuk menikahimu, maka aku juga berjanji untuk selalu membahagiakan mu dan tidak akan pernah menyakitimu. Masa hanya karena foto yang direkayasa oleh orang yang tidak bertanggungjawab itu kamu tidak mempercayai aku"
"Aku takut yang....aku takut kamu meninggalkan aku" kata Ima disela isak tangisnya.
"Aku berjanji yang..tidak akan pernah menyakitimu"Ku peluk Ima, ku kecup bibirnya. Ia masih terisak. Namun ia terlihat tenang.
"Kamu udah makan yang...kalo belum kita makan sama-sama ya...udahan dong nangisnya. Cuci muka dulu biar cantiknya kelihatan"
Ima tersenyum, ia mengangguk.
~
Setelah makan dan membersihkan diri. Ima tertidur. Ku selimuti tubuhnya. Ia lah wanita yang sangat ku sayangi. Aku berjanji akan selalu membahagiakan Ima dan Azqa.Ku raih ponsel Ima yang tergeletak di dekat lemari. Ku buka pesan WA yang mengirimkan foto tersebut. Segera ku salin nomor pengirimnya ke ponselku. Segera ku hapus pesan tersebut di ponsel Ima. Tugasku adah mencari tahu siapa pengirim pesan ini. Yang jelas siapapun yang mengirim pesan ini adalah orang yang berniat menghancurkan rumah tanggaku.