Ima bermimpi, ia merasa kalau ia sedang duduk di sebuah taman, dari jauh terlihat bayangan dua orang yang sedang menghampirinya. Itu adalah Yudi dan Azqa wajah mereka terlihat berseri.
"Ka..Yudi...Azqa..aku rindu kalian..."
Yudi dan Azqa duduk disamping Ima dengan posisi Ima di tengah-tengah. Yudi membelai rambut Ima, sedangkan Azqa rebahan di paha Ima.
"Ikhlaskan ya.."
"Apa maksud Ka Yudi.."
Yudi hanya tersenyum, dan terus membelai rambut Ima. Tiba-tiba dari samping mereka muncul seorang lelaki. Ima mendongak melihat wajah lelaki itu, yaitu Ipang. Yudi meraih tangan Ima dan Ipang, ia menyatukan tangan Ima dan Ipang. Kemudian Yudi dan Azqa pergi menjauhi Ima dan Ipang, mereka tersenyum dan melambaikan tangan.
"Ka..Yudi..Azqa...jangan tinggalkan aku..."
~
Ima terjaga dari tidurnya, ia merasa mimpi itu jadi nyata, ia mengambil air minum di samping mejanya, badannya basah oleh keringat. Dilihatnya jam weker di samping tempat tidurnya, sudah menunjukkan jam 5 subuh. Sejenak ia merenung apa maksud mimpi tersebut, mengapa Ipang ada di mimpinya. Apakah maksud Yudi dengan kata "Ikhlaskan".
Ima bergegas menunaikan shalat subuh. Ia berdoa dalam shalatnya. Ia berharap dapat menentukan keputusan yang tepat dalam hidupnya.
~
Hari ini puncak nya kedatangan para pendaki, karena malam ini tepat tengah malam sudah memasuki tanggal 17 Agustus, sebagian pendaki biasanya mengadakan apel kemerdekaan di atas gunung.
Ima membuka koper yang dibawanya. Di koper tersebut terdapat perlengkapan mendakinya yang lama, ia mantap akan melakukan pendakian sendiri, karena di tengah perjalanan pasti banyak pendaki yang lain yang bisa dijadikan rekannya.
Ia mempersiapkan segalanya, termasuk bahan makanan. Kebetulan di kamarnya ada lemari es yang penuh dengan makanan cepat saji, ia memasukkan semuanya ke tas. Ia kemudian mengenakan pakaian yang biasa ia gunakan waktu mendaki.
Ima mantap melangkah keluar, ketika semua orang belum bangun. Ia mengendap-endap keluar. Ketika ia membuka pintu.
"Non..mau kemana pagi-pagi gini..?"
"Astagfirullah..Bibik ngagetin aja...Bik..saya minta tolong, jangan bilangin mas Ipang ya...kalo saya mau ikut mendaki..saya mau refresing dulu"
"Beres non...."
Ima mengangguk senang, kemudian ia melanjutkan berjalan menuju jalur pendakian bergabung dengan pendaki yang lain.
~
Ima merasa bebas, ia merasa kembali ke dunianya. Ia sepuasnya menghirup udara pengunungan. Sejenak ia melupakan pernyataan Ipang kemarin. Di perjalanan ia bertemu sesama pendaki, sesekali mereka bertukar senyum dan bertegur sapa. Mereka punya tujuan sama yaitu puncak gunung, dengan waktu sebelum tengah malam.
Pemandangan di jalur pendakian itu sangat indah, kebetulan saat itu musim anggrek hutan berbunga, sehingga menambah indah pemandangan. Pohon-pohon besar yang berada di jalur pendakian itu menambah kesan eksotis pemandangan alam.
Ima terus berjalan tanpa kenal lelah, Ia hanya sesekali berhenti untuk mengisi air minum, rencana nya ia akan berhenti untuk mengisi perut di shelter pertama, yaitu air terjun. Di areal itu biasanya para pendaki menggunakannya untuk beristirahat. Bahkan ada beberapa pendaki yang memasang tenda untuk menginap, biasanya mereka para pendaki dari luar pulau.
~
Sementara itu Ipang yang bangun agak kesiangan merasakan perutnya agak lapar. Ia ke dapur, melewati kamar Ima, ia melihat kamar Ima tertutup rapat. Ipang berpikir Ima masih tidur. Ia menuju ke dapur untuk sarapan, dapur terlihat sepi. Hanya ada pembantunya yang sedang membersihkan dapur.
"Bik..."
"Astaganaga..Mas Ipang ngagetin Bibik aja..."
Ipang tertawa, memang pembantunya itu mudah terkejut.
"Mau sarapan Tuan.."
"Iya nih.."
"Bentar ya..Bibik siapin..."
Pembantunya menyediakan nasi goreng dan teh hangat buat Ipang.
"Ima sudah bangun Bik..?"
"Non Ima ikut mendaki gun...." Bibik segera menutup mulutnya, ia keceplosan dimana Ima.
"Apa Bik..?? Di mana Ima??? Jawab Bik.."
"Anu..mas...non Ima tadi pagi pamit mau ikut mendaki"
Bibik terlihat takut-takut.
"Arrgghhhh...kenapa gak bilang dari tadi sih..."
"Maaf Mas, sama Non Ima gak boleh cerita sama siapa-siapa"
"Ya Udah..aku mau nyusul Ima"
"Mass..."
Ipang tak menghiraukan panggilan Bibik, ia segera ke kamarnya. Ia tahu Ima orang yang keras kemauannya. Jika ia sudah berkehendak maka ia tetap akan melakukannya.
Ipang membuka lemarinya. Ia mengeluarkan perlengkapan ke gunung, Ia mempersiapkan segalanya. Dilihatnya jam sudah menunjukkan jam 9 pagi. Ia berpikir Ima masih belum jauh. Ia harus cepat-cepat menyusul Ima.
Setelah dirasa siap, ia menggendong ranselnya. Ia segera melangkah menyusul Ima mendaki.
"Bik...aku berangkat dulu ya..."
"Wahh..Mas Ipang ganteng banget....sama kayak Non Ima juga cantik banget"
"Sudah..sudah..nanti telat nih..aku berangkat dulu ya.."
"Iya mas..hati-hati..."
Ipang menuju jalur pendakian, walaupun usianya sudah kepala 3 namun ia masih gesit untuk mendaki. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat, hanya satu tujuannya menyusul Ima, ia khawatir dengan gadis tersebut.
