Yudi dan keluarga kembali pulang. Sepanjang perjalanan Yudi tak banyak bicara. Akhirnya Ima tertidur di samping Yudi. Azqa juga terlihat kelelahan ia juga tertidur di jok belakang.
Yudi terlihat sangat lelah, lelah badan, hati dan pikiran. Sepanjang perjalanan sangat gelap dan licin dikarenakan hujan yang mengguyur sejak sore tadi. Selain itu angin kencang juga menumbangkan pohon sehingga mengenai tali jalur listrik dan memadamkan aliran listrik.
Yudi terus menyetir walaupun matanya sangat mengantuk. Tapi ia sangat kasihan dengan anak dan istrinya yang juga terlihat sangat lelah. Jadi ia ingin cepat-cepat sampai dirumah dan segera beristirahat.
Tiba-tiba dari arah depan sebuah truk melaju kencang menuju arah yang berlawanan. Yudi sangat terkejut, kemudian hanya gelap ia rasa.
~
KRINGGGGSuara telpon di tengah malam mengagetkan Ipang.
"Halo.."
"Ini Ipang ya..."
"Iya.."
"Ini orang tua Ima...Ima dan Yudi nak...kecelakaan"
"Astaghfirullah, sekarang mereka dimana Bu ?"Mamanya Ima menyebutkan alamat Rumah Sakit. Ipang bergegas mengambil kunci motor dan jaketnya. Ia tak memperdulikan hujan lebat. Sebelumnya ia menghubungi teman-teman yang lainnya.
~
~
Setelah sampai di Rumah Sakit, terlihat kedua orang tua Ima. Setelah melihat Ipang mereka langsung memeluk.
"Yudi dan Azqa...."
"Kenapa Bu..??"
"Mereka meninggal"
"Ima bagaimana Bu.."
"Ima masih belum sadarkan diri.."
"Ya..Allah..mengapa begini Bu"
"Ipang, mengapa kami harus kehilangan menantu dan cucu kami secepat ini"
Mama Ima menangis tersedu-sedu, dan terlihat sangat terpukul. Ipang hanya bisa memeluknya dan berusaha menabahkan hatinya.Teman-teman Ipang yang lain akhirnya tiba, mereka sangat sedih setelah mengetahui kepergian Yudi dan Azqa.
~
Ipang dan kedua orang tua Ima menunggu di ruang tunggu. Sementara dokter masih mengambil tindakan terhadap Ima. Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka. Terlihat dokter yang menangani Ima.
"Keluarga Pasien"
"Kami dok..bagaimana keadaan anak kami"
"Anak Ibu mengalami benturan keras di kepalanya. Ia masih belum sadar, namun ia sudah melewati masa kritisnya. Kita semua berdoa semoga pasien cepat sadar"Kedua orang tua Ima menangis tersedu-sedu mendengar penjelasan dokter tersebut. Ipang hanya bisa terduduk lemah. Ia berdiri melihat keadaan Ima, tak terasa air matanya menetes melihat keadaan sahabatnya tersebut. Begitu berat masalah yang akan dihadapinya. Ia tidak mengetahui kedua orang yang dicintainya sudah pergi meninggalkannya lebih dahulu.