Malam semakin larut namun Ipang masih tak dapat tidur. Sementara Ima yang berada dalam pelukannya sudah terlelap, walaupun tidak nyenyak. Sesekali ia mengerang seperti mengigau, jika sudah seperti itu Ipang mengeratkan pelukannya. Posisi mereka saat ini menyamping. Sehingga Ipang dapat menghirup aroma rambut Ima.
Dada Ipang berdebar tak karuan, ia terus menekan kelelakiannya agar tak berontak. Akhirnya dengan susah payah ia dapat tertidur juga.
~
Pagi hari menjelang, Ima menggeliat. Ia sangat terkejut karena ada tangan kekar memeluknya. Ia baru ingat kalau ia lah yang meminta Ipang untuk tidur satu ranjang dengannya. Ia berbalik memandang wajah Ipang. Ia baru sadar ternyata Ipang memiliki wajah yang tampan. Ia tersenyum memandang wajah tersebut, ada rasa yang lain dihatinya. Namun, Ima menepis perasaan itu, ia tak bisa menghilangkan bayangan almarhum suaminya.
Ima sadar diri, Ipang merupakan sahabat baiknya. Tak mungkin ia merusak persahabatan ini dengan mengubahnya jadi cinta. Ipang seorang lelaki mapan dan single. Sedangkan ia hanyalah seorang janda. Selama ini Ipang hanya kasihan padanya sebagai seorang sahabat.
Ima menggelengkan kepalanya. Ia berharap semoga Ipang menemukan pendamping hidupnya.
Pelan-pelan ia bangun dari tidurnya. Ia segera ke kamar mandi, ia terkejut melihat keadaan dirinya. Hanya mengenakan pakaian seadanya. Bagaimana bisa ia tidur dengan laki-laki hanya mengenakan pakaian seperti itu.
Segera ia mandi, agar badannya lebih segar. Hari ini berencana jalan-jalan di sekitar vila.
Ketika ia selesai mandi dilihatnya Ipang sudah tidak ada ditempat tidur. Ima berpikir mungkin Ipang sudah kembali ke kamarnya sendiri. Segera ia berpakaian. Ia mengenakan celana jeans, tanktop dan dilapisi kemeja, dengan rambut diikat tinggi. Ia segera menuju meja makan. Ternyata Ipang sudah menunggunya disana.
~
Sejenak Ipang terpesona melihat penampilan Ima, ia melihat Ima semasa remaja. Ima yang hobi naik gunung, Ima yang lincah, Ima yang ceriwis. Ia jadi senyum-senyum sendiri teringat akan hal tersebut.
"Pang...Pang.....kok senyum-senyum sih"
Panggilan Ima tersebut menyadarkan Ipang akan lamunannya.
"Gak papa...gue jadi teringat gadis remaja yang ceriwis dan hobi naik gunung"
Ima tersenyum sambil memukul pelan lengan Ipang.
"Ya udah..kita sarapan dulu Pang.."
"Ok..Ima...hari ini elo rencananya mau kemana?"
"Gue mau jalan-jalan di sekitar sini aja deh Pang.."
"Oke..gue temenin ya..biar elo ada temen ngobrol"
"Oke deh.."
Akhirnya mereka melanjutkan sarapannya. Pada saat sarapan Ipang sesekali mencuri pandang pada Ima yang menurutnya terlihat semakin cantik.
~
Setelah sarapan Ipang dan Ima berjalan-jalam di sekitar Vila, ternyata Vila tersebut dekat dengan jalur pendakian gunung. Setiap tahun menjelang tahun baru dan 17 agustus daerah itu selalu ramai dengan kedatangan para pendaki gunung dari berbagai daerah. Hutan yang masih perawan dan pemandangan yang sangat indah merupakan daya tarik bagi para pendaki.
Setelah lelah berkeliling, Ima dan Ipang duduk di tepi sungai kecil yang dipenuhi bebatuan.
"Elo gak kerja Pang.."
"Gue yang punya perusahaan..jadi kapan pun gue mau libur bebas aja..."
"Huuuuu...sok kaya lo"
"Biarin..emang gue kaya.."
Ima tertawa sambil menimpuk Ipang dengan ranting kecil.
"Pang, temen-temen yang lain pada kemana..gue kok rasa lamaaa...banget gak ketemu mereka"
"Ima...mereka sekarang udah punya keluarga sendiri...Ya...elo tahulah...mereka gak bisa kayak dulu lagi diajak nongkrong, tapi kalo buat ngumpul sebentar sih..bisa aja..entar gue hubungin mereka ya..."
"Sipp...kalo mereka gak sibuk aja ya..gak enak sama Istri-istri mereka"
"Iya...Ima..."
"Pang..elo kok gak pengen berkeluarga sih..?"
Ipang terperanjat mendengar pertanyaan Ima tersebut. Ia menjadi gugup harus menjawab apa. Karena orang yang ia harap jadi istrinya ada di hadapannya.
"Belum nemu kali...doaian aja ya..."
"Ok deh Pang...Eh, emang bener disini jalur pendakian?"
"Bener...emangnya kenapa ?"
"Gue pengen deh..kembali mendaki kayak dulu.."
Ipang kembali terdiam mendengar perkataan Ima tersebut.
"Udah siang Pang, kita pulang yuk...laper nih gue.."
Entah kenapa kaki Ima hilang keseimbangan ketika berdiri sehingga ia terpeleset jatuh dan menimpa Ipang diatasnya, dengan posisi bibir mereka yang bertemu. Ipang sangat kaget, inilah pertama kalinya ia merasakan bibir perempuan walau dengan tak sengaja, dan hatinya kembali berdebar lebih kencang.