Rasa yang Pernah Hilang

1.9K 73 0
                                    

Hari ini Yudi sekeluarga berangkat untuk nyekar ke kuburan orang tuanya. Sepanjang perjalanan Yudi tak banyak bicara. Ima memaklumi Yudi masih terbawa perasaan dikarenakan kenangan masa lalunya.

Satu jam perjalanan akhirnya sampailah mereka di kuburan kedua orang tua Yudi. Mereka meletakkan bunga yang tadi sempat dibeli dipinggir jalan. Lalu mereka membacakan doa bersama. Yudi, Ima, dan Azqa berjongkok di pinggiran makam kedua orang tua Yudi.

"Ma..Pa...Maaf..baru sekarang Yudi datang...Yudi membawa keluarga Yudi...Ini istri dan anak Yudi. Maaf, kalau selama ini Yudi tidak bisa menjadi anak kebanggaan mama dan papa, Yudi berjanji untuk sering-sering menjenguk ke sini dan mengajak menantu dan cucu kalian ini. Yudi sudah mengikhlaskan segala apa yang sudah terjadi di masa lalu"

Ima terisak mendengar perkataan Yudi tersebut. Ia tahu selama beberapa tahun ini suaminya selalu memikirkan masalah itu. Ia tahu pernikahan mereka terhalang restu dari kedua orang tua Yudi. Azqa yang melihat pemandangan tersebut mengerjapkan mata.

" Nda...kenapa Ayah nangis...ini kuburan siapa Nda..."

Memang Azqa belum di beritahu kalau tujuan mereka ke kota ini untuk nyekar ke makam kakek neneknya.

Ima mengelus rambut Azqa. Ia perlu menjelaskan kepada Azqa.

"Azqa....ini makam Opa dan Oma Azqa..orang tua Ayah. Ayah sedih, karena gak bisa ketemu lagi sama mereka"
"Mmhhh....gitu ya nda..."
"Iya...sayang...Azqa..kirim doa ya..buat Opa dan Oma..kan Azqa udah bisa baca Alfatihah"
" Iya..nda..."

Yudi yang mendengar pembicaraan anak dan istrinya menjadi terenyuh. Ia memeluk mereka, jujur ada perasaan lega di dadanya. Bertahun-tahun, seperti ada bongkahan batu yang mengganjal di hatinya, sekarang batu itu itu seperti hancur berkeping-keping.

"Yang, aku mau menengok rumahku dulu ya..bolehkan??"
"Iya..sayang.."
"Yuk.."

Mereka berjalan beriringan menuju rumah kediaman orang tua Yudi.
~
Mereka telah sampai di rumah kedua orang tua Yudi. Rumah itu masih megah seperti dahulu. Namun terlihat sunyi. Yudi memencet bel. Setelah berkali-kali memencet akhirnya ada yang membuka pintu.

"Ya...Allah..den Yudi.....kemana saja..." Itu Bik Salam salam pembantu di rumah keluarga Yudi. Ia yang mengurus Yudi sejak kecil.

Yudi memeluk Bik Salam yang sudah dianggapnya sebagai neneknya.

"Yudi, tinggal jauh bik...oh ya..kenalkan ini istri dan anak Yudi..."

Ima dan Azqa tersenyum dan bersalaman dengan Bik Salam.

"Ya...Allah..Den Yudi sudah punya Istri dan anak....ayo..den masuk dulu..ini rumah den Yudi juga"

Mereka memasuki kediaman orang tua Yudi, suasananya terlihat suram. Yudi bisa memakluminya.

"Bibik..buatin minuman ya...pasti haus deh..."
"Iya..bik"

Yudi berdiri, berkeliling di rumah itu. Keadaan masih seperti dahulu tak ada yang berubah. Ia memasuki kamarnya sewaktu dulu. Kamar itu bersih. Bik Salam rajin membersihkannya. Ada sedikit ngilu di hatinya ketika memasuki kamar itu. Di jendela kamar itu ia dulu melihat Ima yang menangis di bawah guyuran hujan.

Dibukanya lemari pakaiannya. Masih ada beberapa pakaiannya yang tergantung. Dibukanya lemari satunya yang berisikan perlengkapan mendaki gunungnya. Ia tersenyum, barang-barang inilah yang jadi saksi pertemuannya dengan Ima pertama kali.

Yudi mengumpulkan benda-benda tersebut. Rencananya akan ia bawa ke rumahnya. Ia berharap, entah kapan ia bisa memuaskan keinginannya untuk mendaki gunung kembali seperti dulu.

Kutemukan Cintaku di Kaki GunungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang