Seperti janji Ipang, ia membawa Ima ke makam suami dan anaknya. Sesampai di makam Ima meluapkan perasaannya, tak ada yang dapat ia ucapkan ia hanya bisa menangis tersedu.
Satu hal yang membuat Ipang salut terhadap Ima. Cobaan yang dihadapi Ima sangatlah berat namun Ima terlihat sangat tegar. Ipang mengelus punggung Ima, ia tahu tak ada yang dapat menggantikan Yudi dan Azqa di hatinya karena mereka pernah jadi bagian yang sangat penting dalam hidup Ima.
~
Setelah pulang dari makam, Ipang melanjutkan perjalanan ke Villa miliknya. Ia berharap dengan suasana baru dapat menghilangkan sedikit demi sedikit kesedihan Ima. Rencana ini sudah direncanakan jauh hari bersama kedua orang tua Ima.
Sekitar 2 jam perjalanan, maka sampailah mereka di sebuah daerah yang sangat asri, di tempat inilah berdiri Villa milik Ipang. Villa ini mempunyai fasilitas yang sangat lengkap seperti kolam air panas.
Ipang mengajak Ima memasuki Villa tersebut, ternyata kedua orang tua Ima sudah menunggu. Ipang menunjukkan kamar tidur Ima. Kamar tidur tersebut mempunyai desain yang sangat unik, karena mempunyai balkon tersendiri yang langsung menghadap ke arah pegunungan.
Ima melangkah ke arah balkon tersebut, ia menyukai tempat tersebut dengan hawa yang sangat sejuk.Di villa tersebut juga di tempatkan dua orang ART dan satu orang sopir pribadi.
Sementara Ima menikmati suasana di atas balkon, Ipang dan kedua orang tua Ima sedang berbincang.
"Makasih Nak Ipang sudah mau nolong Ima"
"Iya..pak..bu..saya berharap Ima dapat sedikit demi sedikit menghilangkan rasa trauma terhadap kejadian yang di alaminya"
"Kami tak tahu harus bagaimana membalas kebaikan nak Ipang"
"Saya....menyukai Ima sejak lama, saya rela berkorban demi Ima bu..biarlah ia tak membalas rasa ini, tapi saya bahagia jika melihat dia juga bahagia"
"Kami terharu nak, begitu tulus pengorbananmu terhadap Ima, kami akan mendukungmu nak"
"Emmhh...sudah sore..Bapak dan Ibu pamit dulu nak, kami hanya berpesan Nak Ipang dapat menjaga Ima"
"Pasti Pak...saya akan menjaga Ima"
Kedua orang tua tersebutpun berpamitan kepada Ima dan Ipang, mereka berjanji setiap minggu akan menengok Ima.
~
Untuk sementara Ipang menginap Villa tersebut, ia berniat untuk menemani Ima beberapa hari sampai Ima terbiasa dengan keadaan di Villa.
Ipang tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamar Ima. Namun ketika malam sudah sangat larut ia masih saja gelisah tak bisa tidur. Ia coba memejamkan matanya, namun masih saja ia susah tidur. Ia ke dapur berniat membuat cokelat hangat, barangkali dengan minuman hangat ia dapat menenangkan pikirannya. Sehingga ia dapat tidur. Ketika ia sibuk membuat cokelat. Tiba-tiba lampu mati mendadak, memang di daerah itu sering terjadi mati lampu mendadak.
Pelan-pelan Ipang mengambil senter cadangan yang ada di dapur, ia juga membawa susu cokelat yang sudah selesai dibuatnya ke kamar. Ketika ia melewati kamar Ima, ia mendengar isak tangis. Diberanikannya untuk mengetuk pintu kamar Ima.
"Im..Ima...kamu kenapa menangis"
Tak ada jawaban dari Ima, akhirnya Ipang memberanikan diri membuka kamar Ima yang tidak terkunci. Dengan penerangan senter yang remang-remang terlihat Ima yang yang sedang meringkuk di pojok tempat tidur. Di letakkannya minuman yang telah dibuatnya tadi, segera ia mendekatinya.
"Ipang..aku takut.."
Ima menghambur ke pelukan Ipang. Ipang terkejut karena Ima hanya menggunakan baju kaos longgar dan tidak menggunakan bra, serta hanya menggunakan celana dalam. Sejenak kelelakian Ipang menggeliat. Tapi ia segera menyingkirkan rasa itu. Ia membalas memeluk Ima.
"Aku ada disini...jangan takut"
Ipang mengelus rambut Ima, ia mengusap punggung Ima.
"Aku takut Pang..."
"Sudah..kamu tidur ya..jangan takut...aku akan menemani kamu"
"Kamu tidur di sini Pang..jangan tinggalin aku"
Sejenak Ipang ragu, walau bagaimana pun ia lelaki normal, untuk tidur satu ranjang dengan wanita rasanya ia tidak sanggup. Namun ketika melihat air mata Ima yang mengalir akhirnya ia meng-iyakan permintaan Ima tersebut. Ia segera menyelimuti Ima dan memeluk Ima, ada berbagai perasaan yang berkecamuk dalam dada Ipang. Seandainya Ima tahu rasa cintanya begitu besar, apakah Ima dapat menerima rasa cinta tersebut.