Pendakian kali ini terasa sangat berarti bagi Ima. Ia menemukan cintanya kembali, hatinya mengikhlaskan kepergian Yudi. Ia akhirnya menerima cinta Ipang, yang selama ini menyimpan perasaan terhadapnya. Ipang yang selama ini menjadi sahabatnya ternyata menyimpan perasaan yang sangat mendalam terhadapnya. Mereka menuruni gunung dengan perasaan yang bahagia, sepanjang jalan mereka saling bergandengan tangan. Ipang berjanji, ia akan melamar Ima kepada kedua orang tuanya, dan segera menjadikan Ima menjadikan pendamping hidupnya.
Kebetulan saat itu musim panas sedang berlangsung, bertepatan dengan mekarnya bunga anggrek hutan, sepanjang jalan yang mereka lalui berbagai bunga anggrek hutan dari berbagai spesies sedang bermekaran. Mekarnya berbagai bunga tersebut menarik perhatian kumbang dan kupu-kupu yang menghinggapinya. Ada perasaan damai di hati Ima ketika melihat pemandangan tersebut. Sejenak langkahnya terhenti melihat keindahan bunga tersebut. Ipang yang melihat hal tersebut mendekati Ima.
" Kenapa? mau bunga itu...?"
Ima menggeleng
" Tak usahlah, jika kau petik bunga itu, kasian kumbang-kumbang itu kemana ia akan hinggap?"
Ipang tersenyum mendengar perkataan Ima, Ia tahu Ima memang mempunyai sifat mudah kasihan. Ia mengelus rambut Ima dengan lembut. Dari saku celananya ia mengeluarkan sebuah kalung. Ia menyibak rambut Ima, kemudian ia memakaikannya ke leher Ima yang jenjang.
" Kalau ini, kamu jangan menolak ya....ini bukti akau serius sama kamu, pulang dari sini aku akan secepatnya melamar kamu pada ayah dan ibu"
" Ipang..."
" Kenapa? kamu gak mau jadi istriku"
" Bukan begitu Pang, aku malu sama kamu.."
" Kenapa harus malu, aku mencintaimu sejak dulu, sampai sekarang cintaku pada mu tak pernah berubah....sampai sekarang aku masih selalu cinta sama kamu..."
Ima menangis terharu mendengar kata-kata Ipang, ia menghambur ke dalam pelukan Ipang. Ipang menyambut pelukan Ima tersebut, seakan-akan tak ingin melepaskan pelukan tersebut.
" Udah... jangan nangis, kita mulai kehidupan baru kita, kita bina keluarga yang bahagia, hanya ada aku dan kamu"
Ima mengangguk, Ia merasa betul-betul mantap memilih Ipang menjadi suaminya. Ada rasa bahagia yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata ketika ia mendengar kata-kata Ipang tersebut.
~~
Ima dan Ipang tiba di Villa pada sore hati, pembantu mereka yang melihat melihat mereka datang menjadi terheran-heran, ada ekspresi wajah bahagia yang terpancar di wajah keduanya.
" Bik...siapin makan malam yang enak ya malam ini..."
" Iya...ada apa nih Mas...ada acara apa...?"
" ehmmm...gak papa sih...cuma mau makan yang enak aja...."
" Cieeee....kayaknya kita bakalan punya nyonya nih..."
" Hushh...macam-macam aja...."
Ipang tersenyum sambil melirik Ima yang terlihat salah tingkah. Ima masuk ke kamar, ia ingin segera mandi menyegarkan tubuhnya. Rencananya besok Ipang akan mengajaknya ke rumah orang tuanya, Ipang ingin melamarnya secara langsung.
Ima segera membersihkan badannya yang terasa lengket oleh keringat, Ia ingin berendam di air hangat agar badannya terasa segar. Sambil berendam ia kembali tersenyum kejadian tadi, Ia teringat Ipang yang melamarnya. Terpancar ketulusan cinta di wajah Ipang, itulah yang membuat hatinya mantap menerima cinta Ipang.
Setelah selesai berendam, Ima bergegas mengenakan pakaian, Ia mengenakan dress selutut warna pink, sesuai dengan kulitnya yang putih, Ia menjalin rambutnya dengan ikatan tinggi. Tak lupa ia mengoleskan lipstik tipis dan bedak. Ia segera keluar kamar menuju meja makan, di sana sudah ada Ipang yang menunggu. Ipang terlihat sangat tampan dengan kemeja putih dan celana jeans biru.
Ipang tak berkedip menatap Ima, Ima yang biasa terlihat tomboy sekarang terlihat cantik dengan bibir tipis yang merah merekah.
" Ipang, kok diam aja...'
Ipang tersipu mendengar perkataan Ima tersebut.
" Ima, kamu cantik...."
" Ah, kamu bisa aja...kita makan yuk...aku laper..."
Ima berusaha mengalihkan perasaan hatinya, sebenarnya hatinya terasa berdebar mendengar perkataan Ipang tersebut.
" Ya udah...kita makan"
Ima mengambilkan makanan untuk Ipang, Ipang tertegun mendengar perlakuan Ima tersebut.
" Ipang, ini Udang nya kamu suka kan sama udang goreng...."
" Ii..iya Ima....Emhhhh...Ima...makasih Ya...."
" Hmmm...buat apa pang..?"
" Kamu mau nerima aku...."
Ima tersenyum dan tertunduk mendengar perkataan Ipang tersebut. Mereka akhirnya menyantap makanan tersebut dalam diam, ada sedikit rasa canggung diantara mereka.
~~
Setelah selesai makan malam, Ima duduk di bangku taman di samping Villa, Ipang mendekati Ima, Ia memeluk Ima dari belakang.
" Udah malam, kok masih disini...nanti masuk angin.."
" Sebentar Mas, aku masih mau nikmatin malam"
" Apa, kamu panggil aku Mas..."
" Iya..bentar lagi kamu jadi suamiku...jadi aku panggil kamu Mas Ipang.."
Ipang tertawa mendengar perkataan Ima tersebut. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Ia mengecup leher Ima. Sejenak tengkuk Ima meremang terhadap perlakuan Ipang. Ima berbalik menghadap ke arah Ipang, sejenak mereka bertatapan. Entah siapa yang memulai, akhirnya bibir mereka bertemu dan saling melumat satu sama lain. Mereka melepaskan rasa kecanggungan yang selama ini mereka rasakan. Bulan dan bintang menjadi saksi cinta mereka. Dua Insan yang sedang jatuh cinta.