Hari demi hari dilalui keluarga Yudi dengan penuh kebahagiaan. Mereka membangun keluarga mereka atas dasar cinta, kepercayaan, dan tentu saja persahabatan. Azqa pun semakin tumbuh besar. Tak terasa ia sudah memasuki Taman Kanak-Kanak. Kini kesibukan Ima bertambah yaitu mengantar jemput Azqa ke sekolah.
Ima cukup menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Dengan mengantar Azqa ia dapat bertemu dengan orang tua anak-anak yang lain. Mereka sering mengobrol atau berbagi informasi seputar hal-hal remeh temeh dalam rumah tangga.
Namun, suatu hari ia menerima pesan lagi-lagi dari nomor tak dikenal yang isinya.
HAI..WANITA BUSUK
Ima sangat terkejut membaca pesan itu. Ia berusaha tidak memperdulikannya dan tidak menceritakannya pada Yudi. Tapi beberapa hari kemudian Ia menerima kembali pesan yang bernada sama. Bahkan ia juga menerima surat kaleng di bawah pintu rumahnya. Akhirnya ia menceritakan hal tersebut pada suaminya. Pada mulanya Yudi menganggap hal itu hanya perbuatan orang iseng saja. Namun pesan itu semakin sering saja diterima oleh istrinya. Sehingga ia memanggil sahabat-sahabat mereka.
Mereka bertujuh duduk di ruang tamu untuk membahas hal tersebut.
"Elo punya musuh Yud ??" Ipang memulai pembicaraan
"Ya..gak lah...gue gak musuhan sama siapapun..usaha-usaha gue dijalankan dengan cara yang halal"
"Kalo menurut gue nih Yud..pesan itukan ditujukan kepada Ima, artinya pengirimnya ini orang yang gak suka liat istri lo bahagia"
"Tapiii...siapa ya...."
"Gini aja yud..kita liat perkembangannya beberapa hari ini, kalo cuma pesan-pesan yang dikirim itu kan gak nyakitin keluarga lo secara fisik kita biarin aja. Tapi kalo sudah ada tindakan dari si pengirim yang udah ngebahayain keluarga lo kita cepat bertindak. Untuk sementara anak sama istri lo perginya ditemenin sama Bi Edah aja" kata Umar memberikan saran.Yudi setuju dengan usul sahabat-sahabatnya. Ia sangat memohon bantuan mereka, karena mereka sudah dianggap saudara. Ima diminta menenangkan diri dulu.
~
Setelah teman-teman mereka pulang. Yudi mengajak Ima ke kamar. Ia segera memeluk istrinya. Diusapnya kepala Ima
"Kamu gak usah takut sayang...aku akan selalu menjaga keluarga kita"
"Yang...kamu janji ya..."
"Aku janji sayang..."Ima semakin memeluk erat Yudi. Seakan-akan ia takut kehilangan Yudi. Yudi membalas pelukan Ima. Pelukan itu merupakan pelukan takut kehilangan.