PART 30
BAIKAN UNTUK BERAKHIR
"Halo?" aku menjawab panggilan dari Erlangga sore ini di salon. Nggak ada kerjaan tuh enak juga, waktunya pulang ya pulang, tidak perlu mengulur waktu lagi.
"Diangkat juga..."
"Ada apa, Pak?" aku masih mempertahankan nada yang netral, tanpa benci, tanpa merajuk.
"Saya butuh kemeja kerja baru, bisa bantu pilihin?"
"Waduh, maaf banget, Pak. Bukannya nggak bisa," tapi nggak mau, "saya sedang sibuk hari ini sampai hari minggu nanti."
"Marah ya dihukum saya?"
"Nggak. Hm..., saya sedang di luar nih, Pak. Maaf ya, selamat sore."
"Sama sia-"
Kututup panggilan itu sepihak karena bukan konteks pekerjaan jadinya aku berani. Tapi kalau ditelepon karena urusan kerja sampai subuh juga kujabanin.
Ah, jadi pengen kerja bareng Erlangga sampai subuh.
Non job = Jomblo
Wajar jika aku kesal pada Erlangga, mungkin yang namanya pasangan tidak bisa benar - benar bersikap profesional dalam satu lingkungan kerja.
Tapi aku tidak membencinya, jujur saja untuk mengusir rasa kangen aku kerap menyibukan diri dengan hal lain. Seperti ke salon hari ini, pijat sambil luluran tuh enak banget.
Setelah dari salon badan rasanya wangi banget, rambut wangi, stres hilang, tapi kangen Erlangganya balik lagi. Dia jadi nyari kemeja nggak ya? Apa cuma asal - asalan saja?
Aku sedang asyik menjajal dress baru yang kubeli di Shopee, rambutku sempat dicatok spiral gantung gitu tadi sehingga lebih bervolume dan memberi efek pada bentuk wajah, kemudian kupadukan dengan make up minimalis ala Korea yang ternyata ribet untuk mendapatkan hasil glowing. Nama dan finish-nya aja yang minimalis, prosesnya... berlapis - lapis. Tapi sebanding kok, cantik juga.
Coba bisa bangun jam tiga pagi buat dandan beginian ke kantor.
Nah, udah cantik, waktunya foto - foto di beranda kamar, lumayan buat ganti profile picture. Masa iya pakai foto aku lagi tidur sama Erlangga, eh by the way foto itu masih kusimpan. Sayang dong kalau dihapus.
Sedang hebohnya selfie tiba - tiba ada panggilan masuk dari Irena. Ngapain nih anak? Jangan - jangan disuruh Erlangga lagi.
"Halo, Ren?"
"Om di situ nggak?" kudengar suara Irena agak berbeda.
"Nggak, Ren. Kenapa?"
"Kata Mba Nanda, Om udah pulang dari tadi tapi kok nggak sampai - sampai ya?"
"Masih di jalan kali, Ren. Eh kamu kenapa cariin Om?"
"Perut Rena kan sakit, biasa sih, tapi takut ada apa - apa. Udah mau malam gini tapi Om belum pulang, Rena takut, Te."
"Tadi sih Ega minta dianterin beli kemeja tapi aku nggak bisa, mungkin dia lagi di mall, Ren. Coba telepon aja."
"Yah, Tante... kalau bisa juga aku nggak hubungin Te Mala," ia terdiam sebentar, "tante bisa ke sini sebentar nggak? Soalnya Garda nggak berani ke rumah, dia bilang kalau aku mau dijagain ya akunya yang harus ke kosan dia. Tapi aku takut sama Om."
Oke, Garda dibawa - bawa lagi, bisa aja nih si Irena. Kalau sudah menyebutkan nama Garda, tidak bisa tidak aku harus pergi. Tanggung jawab dong, Mal. Siapa suruh punya hubungan paralel sama Garda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
Chick-LitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...