PART 29
TURTLENECK
Hm... udah mirip Lisa Blackpink belum? Dengan style turtleneck aku berangkat ke kantor hari ini. Terasa semakin salah kostum saat cuaca sedang panas - panasnya bulan ini, yang lihat pasti ikutan gerah.
Aku sengaja datang lebih pagi agar tidak berjumpa dengan teman - teman kantor ketika absen. Ada hikmahnya juga aku hari ini dipanggil ke kantor pusat untuk mempertanggung jawabkan berkas Kresna Pramono.
Kalau saja bertemu Wening atau kader partai Perindo dengan dandanan seperti ini bisa digosipin habis check in nih.
Semalam aku dihukum Erlangga. Yah, bukan dihukum juga sih. Ya intinya inti, core of the core, aku tahu dia hanya sedang kecewa sama aku.
Hubungannya apa sama turtleneck? Coba simpulkanlah.
Untung saja berbusana turtleneck atau blouse tanpa lengan sudah lumrah di kantor pusat, sehingga aku tidak terlalu mencolok di antara yang lain.
"Nan, Pak Erlangga di dalam?" tanyaku pada sekretarisnya.
Ananda mengangguk lalu berbisik, "cowok Mba Mala uring - uringan hari ini. Kondomnya nggak cocok ya, Mba?"
Aku meringis kering, "iya kali."
"Berarti lebih suka nggak pake dong."
Aku mencoba tersenyum tapi kaku, "Ya udah aku masuk dulu."
"Ngomong - ngomong Mba Mala cantik hari ini pakai turtleneck."
Secara spontan aku menangkup leherku, "makasih ya, Nan."
Setelah mengetuk pintu neraka, aku masuk ke dalamnya. Ruang kerja Erlangga tidak sepenuhnya sunyi, ia sedang memutar musik dengan lirih.
"Pagi, Pak Erlangga!" kuucapkan salam lalu kuhampiri mejanya, kutinggalkan pintu dalam keadaan terbuka. Sengaja.
"..." Erlangga tidak membalas salamku. Di tangannya ada beberapa lembar dokumen yang sedang ia baca dengan tekun.
Setelah duduk aku tersentak mendengar suara pintu ditutup. Ini pasti ulah Ananda. Habislah aku, dengan pintu tertutup Erlangga bebas meluapkan kemurkaannya tanpa sungkan.
Kutunggu ia menyelesaikan berkasnya dengan sabar. Sesekali kulirik wajahnya yang tampan tapi keras hari ini. Dia persis seperti GM yang kutemui setahun yang lalu, GM kasar dan banyak tuntutan. Pandanganku turun pada jemarinya yang panjang dan sedang menggenggam kertas lalu naik kembali ke mulutnya yang dikatup rapat.
Dengan lancang benakku melayang pada kejadian malam itu...
Erlangga datang bersama sopir kantor yang mungkin sengaja ia bayar untuk menjemputku tengah malam karena seharian ini dia sudah lelah menyetir.
Wajahnya terlihat begitu cemas saat menemuiku. Ia menyentuh kedua pundakku di depan umum.
"Kamu nggak apa - apa?"
Aku berusaha tidak menggigil di bawah sentuhannya, "nggak apa - apa kok, Ga."
"Kamu kehabisan uang ya? Biar hotelnya saya yang bayar."
Aku menahan lengannya, "bukan, Ga. Sebenarnya ada seseorang yang butuh ke klinik."
"Kamu sama siapa di sini?" nada posesif dan curiganya keluar.
Aku membawa Erlangga ke kamar Kresna, sebelum membuka pintu aku harus menjelaskan padanya apa posisi Kresna dalam petualanganku hari ini. Aku tidak akan mengadukan apa yang ia racaukan. Itu tidak benar, aku yakin Kresna pun tidak sadar telah mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
ChickLitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...