PART 12
BAPERWARE
Sialan! Diduluin anak kecil. Belum bisa cari duit sendiri malah coba – coba bikin anak. Ini gimana caranya bilang ke Pakde ya? Mending aku coba atasi sendiri dulu aja lagi pula Tria janji bantu aku kalau ada masalah.
Aku menoleh pada pria di sisiku, sejak tadi dia hanya diam menatap ke depan. Kualihkan pandanganku ke arah tangan kami yang bertaut, Tria menggenggam tanganku di atas pangkuannya.
"Kamu mikirin apa sih?" tanya Tria sambil mengusap daguku dengan ibu jarinya.
"Kalau nanti aku kesulitan hadapin Omnya Rena, aku boleh hubungin kamu ya. Aku takut ngabarin orang rumah, kalau Omnya Rena nyamperin mereka sambil bawa parang gimana?"
"Iya," Tria kembali menoleh ke depan, "hubungi aku aja."
"Tapi sebisa mungkin aku atasi sendiri kok."
Tria meremas lembut tanganku, "jangan semuanya diatasi sendiri, kamu itu perempuan lho, sekali - sekali percaya sama laki - laki."
Laki – laki mana yang bisa kupercaya, Tria?
Aku hanya tersenyum tipis lalu memalingkan wajahku ke arah jendela. Grab sedang membawa kami menuju bandara, sebentar lagi aku dan Tria akan dihadapkan pada ujian hubungan jarak jauh. Hubungan dimana suami – istri yang sudah menikah saja tidak lagi saling percaya, yang tunangan bisa selingkuh, yang pacaran bisa putus, lalu apa kabar dengan kami yang tidak mengikrarkan hubungan apapun?
Akhirnya tiba saat berpisah. Aku tidak bisa masuk ke dalam untuk mengantarnya. Dengan sabar kutunggu Tria menyelesaikan panggilannya, orang penting tuh gini, sibuk terus.
"...mungkin dua jam lagi sampe. Harus banget nih lembur? Okelah, apa kata nanti." Tria mengakhiri panggilannya lalu menghadap ke arahku. Ia memperhatikan wajahku baik - baik mulai dari rambut sampai ke dada. Kenapa harus dada yang dipelototin di depan umum?
Ia menyelipkan rambut ke balik telingaku, "jaga diri kamu buat aku ya. Doakan ketemu lagi kita udah bisa tunangan atau lamaran sekalian."
"Amin..." sahutku pelan, "kamu juga jangan nakal di sana."
Tria tersenyum geli, "nakal dong, kan cowok."
Aku mendengus, "ya udah, kamu masuk sana gih."
"Dari sini langsung pulang."
"Iya, kok jadi kamu yang bawel."
Sekali lagi Tria merapikan sulur rambutku yang berantakan, "udah kangen aja-"
Tiba – tiba ia terdiam. Kulihat rahangnya berkedut dan sorot matanya memancarkan antara waspada dan cemas.
Aku jadi ikutan cemas, "ada apa?"
Tria menutup jarak di antara kami, ia meremas kedua pundakku, lalu merendahkan wajahnya sejajar denganku.
"Kamu sayang aku, kan?"
Kok tiba – tiba tanya itu? Dahiku mengernyit bingung, "kamu kenapa?"
"Tinggal jawab aja. Kamu sayang aku, kan?"
Aku mengangguk tak yakin, "sayang."
Ia menangkup pipiku, "tunggu aku kembali," kemudian tak kuduga ia mengecup keningku.
Oh! Hei! Ini di depan umum. Main cium – cium aja.
Sebelum pergi, ia mengedarkan pandangan sekali lagi ke belakangku. Sepertinya bukan hanya aku yang berat berpisah darinya, Tria aja bolak balik lihatin aku.
Aku menggaruk kening yang tadi dicium Tria dengan buru - buru. Kok jadi gatel ya? Kayaknya Tria lupa bercukur tadi pagi.
Tria sudah lenyap dari pandangan dan aku masih berdiri di sana. Aku sedih tapi tidak heboh, bahkan aku tidak menangis. Mungkin ini yang dinamakan hubungan yang dewasa, jarak bukan lagi masalah selama komitmen sudah digenggam. Saling percaya saja. Eh, komitmen apa ya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
ChickLitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...