PART 31
REHAT
"Mau lihat fotonya, nggak?"
Mama sudah nongkrong di kamarku pagi - pagi begini dengan selembar foto yang mungkin beliau curi dari rumah juragan saat bertamu.
Akhir pekan ini aku pulang lagi ke rumah karena patah hati, dari pada bayar gigolo untuk menghibur diri kan mahal.
Aku putus. Benar – benar putus sejak hari itu. Aku mendapatkan kembali ponselku melalui Ananda. Lihat? Dia bahkan tidak mau menyerahkannya sendiri.
"Nggak!" aku mengubur wajahku pada bantal.
"Nyesel lho, anaknya juragan ini sudah tinggi, kulitnya putih. Ih... lebih putih dari kamu. Hidungnya mancung, lebih mancung dari kamu. Rambutnya bukan hitam, Mal, tapi coklat agak merah gitu. Mama curiga itu istrinya juragan apa selingkuh sama orang Turki ya?"
Astaghfirullah... ibuk - ibuk!
"Juragan kalau nggak keseringan pantau proyek juga putih kok, Ma," kataku.
"Kalau gitu mau lihat fotonya nih."
"Nggak, Mama. Kalau memang jodoh nggak usah mandang fisik, Kumala percaya pilihan Mama dan Papa yang terbaik." Kumala sudah tidak percaya pilihan Kumala sendiri.
"Tumben anak Mama jadi..." Mama mikir apa nih? "Kamu nggak sakit kan, Nak?" entah mengapa Mamaku menjadi panik dan memanggil Papa, "Pa... Papa, Kumala kenapa ini, Pa?"
Papaku yang sedang asyik menyangrai kopi di belakang harus berlarian ke kamarku lengkap dengan celemek kotornya.
"Kenapa apa, Ma?" tanya Papa bingung.
Mama berbisik pada Papa seolah aku tak dapat mendengarnya, "Anak kita jadi aneh, Pa."
Papa balas berbisik, "aneh apanya?"
"Jadi nurut."
Papa menghela napas, begitu pula dengan aku. Mama ini serius nggak sih kayak gini? Aku lagi nggak mood ladenin guyonan Mama ah.
Papa mengerti apa yang terjadi padaku, atau setidaknya tebakan Papa mungkin lebih tepat dari pada tebakan kesambet ala Mama.
Papa mendorong Mama menjauh, "sangrai kopi sana, nanti gosong."
"Nggak mau, Pa. Nanti Mama bau."
"Ya jangan gangguin Kumala, Ma. Kasihan anak kita jodohnya lari lagi," kemudian Papa menoleh padaku dan bertanya dengan nada prihatin, "jangan - jangan kamu suka makan sayap ayam ya?"
Mitos itu sih, Papa...
"Atau gara - gara nggak nurut sama Mama waktu disuruh mandi sebelum maghrib."
Mitos lagi, ah!
"Bisa jadi tuh," sahut Papa lagi, "makanya jangan males, anak perawan harus rajin."
Aku hanya bisa tersenyum iri melihat tingkah Papa yang ternyata sama saja dengan Mama. Pantas jika mereka berjodoh.
Aku dan Erlangga nggak ada kesamaan apapun tuh. Terima ajalah kenyataan kita tidak berjodoh nggak usah dipaksain. Aku sudah berjuang juga jadi ini memang takdir.
"Pa-" Mama mengendus, "kopinya gosong."
Papaku segera berlari kembali ke belakang sambil berseru, "argh! Gara - gara Kumala ini."
Ya udahlah, terlanjur terpuruk gini, silakan limpahkan segala kesalahan padaku. Aku Awkeren, aku penuh dosa.
"Eh," Mama kembali mendekatiku dengan sikap ratu gosip khas ibu - ibu, "Mama ini harus sikut - sikutan sama Jeng Hadi, anaknya yang bungsu mau dijodohin sama anaknya juragan juga. Kamu tahukan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
Chick-LitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...