PART 28
MENDAKI GUNUNG LEWATI LEMBAH
Erlangga aja berjuang, masa aku nggak?
Setelah kupikir - pikir aku memang belum pernah memperjuangkan hubungan asmaraku. Aku nggak neko - neko sih, kebetulan aku menyukai pria yang juga suka padaku—kecuali Brad Pitt, aku suka dia tapi dia bahkan tidak kenal aku—sehingga aku tidak pernah tahu rasanya berjuang mendapatkan hati seseorang.
Dulu saat ditembak Tria yang cuek aku benar - benar kaget. Masa es batu gini bisa suka sama aku? Kami sudah kenal sebelum jadian, Mamanya Tria temennya Mamaku. Temen apa temen juga nggak tahu, ngakunya gitu.
Saat itu pacaran dan nggak pacaran rasanya sama saja, dia lebih mirip seperti kakak laki - lakiku. Dia main ke rumah berjam - jam hanya untuk numpang tidur di sofa, kalau nggak ya main PS sama kakakku. Itu pun nggak nanggung karena dia juga numpang mandi sore dan makan di rumahku. Mama serasa punya anak lagi, katanya.
Nggak heran sih kalau Mama sayang banget sama Tria, di wisudanya saja Mamaku datang, aku yang tidak.
Saat kuliah Tria memberiku pengalaman pacaran dewasa. Semua kegiatan kami 21+. Yah kalian tahulah seperti apa aku dan Tria waktu itu. Kalau kuingat lagi dada ini rasanya sesak.
Pacaran sama Gusti tidak banyak berkesan di kepalaku, mungkin karena Gusti agak terang - terangan menunjukan bahwa dia suka padaku saat pertamakali dia diterima di kantor. Perhatiannya lebih seperti dipaksakan. Dia bersikap penuh wibawa ketika bersamaku tapi petakilan kalau sudah kumpul sama teman - temannya. Denganku, Gusti tidak menjadi dirinya sendiri, mungkin karena dia berusaha mengimbangiku yang usianya sudah over lap. Oke, ini berlebihan.
Hingga Erlangga datang dan aku mengira dia adalah malaikat. Kesan pertama aku berjumpa dengannya sama seperti perempuan pada umumnya, mataku hijau lihat yang begituan. Ganteng banget. Sudah gitu suaranya berat, jarang bicara, tatapannya tegas, dan wanginya dia setiap kali lewat bikin orang bertanya - tanya, "merk apa ya?" jantungku sukses berdebar - debar.
Itu kesan pertama, catat. Karena seiring berjalannya waktu dia berubah menjadi malaikat maut. Mulutnya tajam—waktu itu aku belum tahu kalau mulutnya beneran tajam dan bisa bikin leher aku merah. By the way, aku sedang marahan sama dia karena kecerobohannya, dia nggak ngerasain gerahnya nutupin bekas cupang pakai rambut digerai. Kalau ada yang mendekat secara refleks pasti megangin rambut supaya nggak geser, ribet ah.
Balik lagi, Erlangga menunjukan ketegasannya dalam bekerja, ketika dia mau A diharapkan kita semua bisa beri dia A+ dan sialnya aku selalu memberinya B- di awal masa kerja. Maklum di kantor sebelumnya aku bukan marketing jadi masih belajar. Yang bikin pusing adalah ketika Erlangga turun tangan langsung memperhatikan kinerjaku, dia melangkahi Pandji atasanku langsung. Kan aku yang pusing.
Segala bentuk keindahan Erlangga tertutup oleh kata - katanya yang nyinyir setiap kali aku gagal, aku menjadi kebal terhadap pesonanya setelah satu tahun bekerjasama. Gimana nggak, isinya dicaci maki melulu.
Tapi semua berubah sejak aku tahu kalau dua kotak KFC yang dia pesan waktu itu salah satunya untukku, pertamakalinya dia ingin makan siang bersamaku di kantor. Tapi aku tidak peka, malah kukatai bahwa makanan itu tidak sehat.
Sepertinya sejak saat itu pandanganku terhadap Erlangga sudah berubah. Dia jadi ganteng lagi dan pesonanya terpancar kembali. Dan yang penting sepertinya dia menginginkan aku, aw!
Jijik, Mal!
Yah, sekali - sekali narsis kan bagus untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Sejak saat itu pula aku melihat sisi lain Erlangga, lebih tepatnya perubahan sikapnya terhadapku. Terkadang manja walau bossy-nya nggak bisa hilang, terkadang perhatiannya tidak bisa ditebak seperti tiba - tiba bikinin jamu instan kemarin, tapi parahnya dia posesif. Ya nggak apa - apa sih selama nggak keterlaluan dan katanya dia mau berubah pelan - pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
ChickLitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...