PART 16
IMAM-KU
Tatapan gadis muda di hadapanku begitu nanar. Kelihatan banget kalau dia merindukan laki - laki yang bertanggung jawab atas masalah ini.
"Garda kok menghindar dari aku sih, Kak?"
Entah berapa kali dia mengajukan pertanyaan yang sama. Beberapa opsi jawaban pun terlintas di benakku. Mulai dari dia nggak siap nikah muda, sampai kemungkinan dia sudah punya gebetan baru. Tapi jawaban yang kuberikan pada Irena masih sama.
"Dia masih shock, Rena. Dia bukan hanya menghindari kamu, tapi juga kami semua."
Aku menoleh ketika Erlangga datang dengan dua kaleng Bintang Zero original dingin yang diletakan di atas meja.
"Cuma ada ini yang praktis di kulkas, nggak apa - apa ya?" ujar Erlangga sembari duduk di sofa seberang kami berdua.
"Kok aku minum soda sih, Om?"
"Bukan buat kamu," jawabnya, "jus aja."
"Habis, Om."
"Kok nggak bilang sih? Tahu gitu sebelum pulang Om mampir beli."
Irena mencebik, mungkin dia kesel sama diri sendiri sekarang. Ia memegang tanganku dan mengguncangnya.
"Kak, teleponin Garda ya, siapa tahu sama Kak Mala bakal diang-"
"Apa?" Nada bingung Erlangga menyela rengekan Irena.
Kami berdua menoleh padanya dengan wajah balik bertanya. Erlangga memajukan tubuh ke depan dan menopang dengan sikunya di lutut.
"'Kak?'"
Kok nadanya kayak nggak terima gitu ya saya dipanggil 'Kak' sama Irena?
Irena mengangguk pelan antara bingung dan bingung. Ah pokoknya bingunglah! "Iya... Kak Mala. Garda manggilnya Mba Kumal."
Pria itu menyandarkan punggung lalu mendengus sinis, "Ren, Kumala ini sudah tiga puluh tahun. Om sama dia cuma beda lima tahun."
Salah woy! Tahun depan baru tiga puluh tahun, udah main ganti nama orang seenaknya, sekarang main ganti umur saya.
"Om selalu ajarkan sopan santun sama kamu. Panggil 'Tante'," lanjut Erlangga serius.
Aku tidak membantah, hanya menelan saliva lalu nyengir garing kepada Irena. Emang penting gitu Irena manggil aku apa, mau dipanggil Tante, Kakak, Onty, Nenek sekalian juga terserah. Nggak ngaruh apa - apa juga. Heran deh, hal kecil begini pake dikoreksi.
"Nggak apa - apa, panggil Tante aja."
Sedang asyik ngobrol bertiga tetiba hapeku di atas meja bunyi. Ada panggilan video call masuk dengan nama Tria di sana. Celaka dua belas, Mal!
Seluruh mata tertuju pada benda itu. Kuambil hapeku tapi tidak kujawab, kubiarkan saja meraung di tanganku. Erlangga mendengus kasar tiba – tiba, aku tahu dia nggak suka ada hape di antara kita. Maksudnya kita bertiga.
"Kalo video call jam segini itu biasanya dari..." Irena sengaja menggantung kalimatnya.
Selang beberapa detik setelah terputus, panggilan video call dari Tria masuk lagi. Dan kami menjadi canggung lagi.
"Jawab aja, Te." Dengan polosnya Irena mempersilahkan.
Tapi aku meringis lalu berbisik, "gimana ya..."
Aku dan Irena tersentak mendengar Erlangga berdecak keras lalu pergi meninggalkan kami berdua.
"Om kenapa bete gitu ya?" tanya Irena heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
ChickLitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...