2

37K 3.5K 184
                                    

PART 2

RADEN PANDJI LINGGA RAGNALA A.

Pasti ada yang aduin ini ke Pak GM. Kurang kerjaan banget main aduin urusan pribadi orang ke atasan. Pandji nih pasti. Dia dan Erlangga kan sahabatan, tapi kenapa nggak tegur sendiri sih? Kenapa harus lapor ke Big Boss coba?

"Hah! Pedes banget!" Lidahku mendesis merasakan sensasi terbakar dari sayap ayam Korea level lima yang sengaja kupesan demi menyalurkan emosi.

Level lima sudah paling pedas namun tetap saja tidak mampu menandingi pedasnya mulut Erlangga. Nggak cuma lidah yang sakit, hati dan kepala ini juga sakit kalau urusannya sama dia.

"Bapak tahu darimana?" Aku berada di posisi antara penasaran dan bersalah.

"Logikanya kamu tidak akan repot – repot kembali ke sini dan bersedia saya marahi kalau ujian kamu lulus, 'kan?"

"Sekalipun SKD saya lulus tidak lantas saya jadi pegawai negeri 'kan, Pak."

Senyum kemenangan tersungging di bibir tipisnya. "Jadi benar kamu bolos supaya bisa ikut ujian."

Aku tersenyum kering, kesal banget sebenarnya makan umpan dia, "Bapak sudah tahu ini sebelumnya, kenapa tadi nggak langsung marah – marah aja sih, Pak?"

"Kenapa? Malu bohongnya ketahuan? Hm?"

"..." aku tidak menjawab. Akhirnya aku tahu alasan kenapa pria sempurna ini ditinggalkan istrinya, ya karena dia memang pantas ditinggalkan.

"Saya mau proposal yang benar – benar baru besok atau kamu saya mutasi ke Merauke."

Mataku hampir melompat keluar, dia asal ngomong apa serius? Andai aku dimutasi sejauh itu dari tanah kelahiranku, aku lebih memilih resign dan nikah sama calon pilihan Mama.

Melihatku diam dan mendidih perlahan ia melanjutkan, "bisa 'kan? Atau saya bilang sama Pandji saja supaya take over tugas ini ke yang lain? Ya kalau kamu nggak mampu sih."

Aku memberanikan diri bernegosiasi, "lusa, Pak."

Ia mengernyit jijik, "berani nawar?"

Aku menghela napas, sebenarnya kepingin jambak rambut aku sendiri saking frustasinya, "Pak, tolong kasih saya waktu yang masuk akal, kecuali Bapak terima saya copy-paste, besok saya bawa 'sampah' ini lagi ke meja Bapak. Ini 'kan pekerjaan Crystaline yang harus saya telaah lagi-"

"Selama ini kamu ngapain aja?" aduh, laki! Mulut bisa pedes gini ya?

"Cari prospek saya sendiri, Pak," jawabku angkuh karena aku benar.

Tapi kemudian aku ditantang lagi, "Udah ketemu, belum?"

"..." skakmat! aku mingkem rapat. Belum ada prospek yang berhasil kukerjakan sejak yang pertama.

Dengan wajah gue-bilang-juga-apa dia mengulang pertanyaannya dengan tempo lebih lambat, "selama ini kamu ngapain aja?"

Bangke! Bapak paling bisa ngajak ribut deh, untung saya sabar lho.

Terhitung detik itu aku memproklamirkan diri berada di kubu pria – pria tersakiti. Percuma ganteng kalau mulutnya nyinyir.

Aku meregangkan otot leherku, pedas lumayan mengalihkan suasana hatiku yang buruk tapi ketegangan sarafku tidak bisa dibohongi. Aku mengulur waktu untuk menyantap sepasang sayap ayam yang tersisa, yah... sayap ayam aja pasangan, terus aku sama siapa?

"Kamu lagi. Belum pulang?"

Aku tertegun beberapa detik melihat musuh baruku dengan tampang tanpa dosa menghampiri mejaku, ia membawa segelas kopi di tangannya lalu duduk di seberangku tanpa bertanya lebih dulu.

Jangan (takut) CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang