PART 5
KEJUTAN
By the way, kerja jadi gimana gitu rasanya. Setelah kepala dibuat pusing sama Erlangga, sekarang seperti ada kepakan sayap kupu – kupu di perut karena Tria berjarak satu ruang dari ruangan marketing. Auto nggak fokus sama kerjaan. Makan siang bareng bisa nggak ya? Tapi malu mau ngajak duluan.
Aku menyangga kepala sambil memandangi pekerjaanku yang belum selesai. Sejak berangkat tadi pagi aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal, seperti ada satu agenda kerja yang terlewatkan, tapi apapun itu aku benar – benar lupa.
Apa laporan keuangannya Pak Megantara ya? Mungkin juga sih, bendaharanya janjikan nanti sore bisa diambil. Terus apa lagi ya?
"Siapa di sini yang kenal sama Riska?"
Hanun menarik perhatianku karena berseru lantang sambil menutup gagang telepon dengan telapak tangannya.
Aku mengernyitkan dahi lalu melirik Hanun, kayak familiar sama nama itu.
"Cabang lain kali, Nun," sahut Roro.
"Emang siapa nyariin Riska?" tanya Riang penasaran.
Dengan kesal Hanun menjawab, "Pak GM."
Erlangga? Oh iya, kemarin dia salah panggil namaku dengan sebutan 'Riska', siapa tuh Riska? Mampus dicariin Big Boss terus. Udah kayak punya utang aja.
Tapi... kenapa perut aku jadi mules ya? Kalau tadi aku merasakan kepakan sayap kupu – kupu di dalam perut karena kehadiran Tria, sekarang semuanya sirna dilahap Nagininya Erlangga.
"Mana orangnya pake marah - marah lagi," lanjut Hanun.
"Bilang aja, yang namanya Riska nggak ada di cabang Marthadinata," entah mengapa aku jadi terdengar cemas padahal belum tentu yang dimaksud adalah aku.
"Udah, Mal. Tapi orangnya ngotot. Mau bicara sama Riska, titik."
Dengan santainya Riang menimpali, "bilang aja sama Big Boss, besok direkrutin orang namanya Riska deh."
"Hush!" tegur Hanun sambil meletakan telunjuk di bibir. Kemudian ia kembali pada gagang teleponnya, "Pak, sudah saya cek di SDM, di Marthadinata nggak ada yang namanya Ris-" Hanun diam sejenak membuat kami semua penasaran, "baik, Pak!"
Dengan wajah memberengut Hanun menyambungkan panggilan ke ruang Pandji.
"Big Boss kita halu ya," ujar Hanun sambil meletakan bokongnya kembali, "udah dibilangin nggak ada yang namanya Riska masih ngotot aja."
Aku yang tertegun pun mengangguk, "Oh..."
"Itu kalau yang namanya Riska sampai ketemu sama Big Boss, nggak tahu deh bakal diapain. Sakit jiwanya sampe kumat gitu."
Gerutuan Hanun sudah bikin darahku turun separuh. Namaku Kumala Andini, kan? Kuperiksa name tag di dadaku, bener. Kalau begitu Riska bukan aku dong. Tapi perasaan masih nggak enak ya?
Seperti ada lonceng berdentang keras di kepala, akhirnya misteri yang menggelayuti pikiranku seharian ini terjawab sudah. Pekerjaan yang harus diserahkan hari ini.
Ampun gusti! Kenapa bisa lupa sih? Gara – gara Tria nih.
Salahin aja terus, Mal. Tria kan laki – laki—selalu salah.
Lagian Erlangga, sudah kayak mahasiswa tingkat akhir tahu nggak. Revisi – bimbingan. Revisi lagi, bimbingan lagi.
Kuperiksa apa saja yang harus dilengkapi: faktur, pembukuan tiga tahun terakhir, bla bla bla. Kuat, Mal. Nggak lucu kalau kena serangan jantung gegara Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
ChickLitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...