PART 19
ISYANA
Aku dan Erlangga hanya lihat - lihatan, makin lama genggamannya di tanganku makin erat. Aku tahu nih, si Big Boss udah gemes pengen cium kening tapi nggak bisa karena Isyana masih menempelkan wajahnya di permukaan jendela mobil Erlangga dan memperhatikan kami.
"Ya udah, saya balik dulu." Ia mengangkat tangannya ke wajahku, "sini pamitan."
Aku menautkan alis karena bingung, ini orang kesambet setan mana ya? Tiba - tiba suruh cium tangan.
Setelah aku turun, Pajero milik Erlangga membelah jalan raya sepi di tengah malam. Ya Allah, nitip ya, supaya selamat sampai rumah. Udah larut malam soalnya.
Kualihkan pandanganku pada Isyana yang memperhatikanku sejak tadi. Gadis muda ini tak pernah kehilangan senyum. Kebetulan dia lebih pendek dari aku sih, jadi imut - imut gitu.
"Mas Temmy kan rumahnya di sini juga, kok nggak ke sana aja?" Basa basi nih padahal aku lagi males banget nampung orang, badan capek semua.
"Aku datang nggak bilang - bilang. Mba Kumala jangan bilang Mas Temmy ya."
Kubuka pintu gerbang dan mengajaknya masuk, "Loh, kalau ada apa - apa sama kamu gimana?"
"Insyallah, nggak." Dia mengikutiku dengan patuh naik ke kamar.
Kubiarkan dia meletakan ranselnya di kursi, "Ngomong – ngomong tahu kosan aku darimana?"
"Dari Kak Tria," jawabnya dengan hati - hati.
Aku tetap tidak bisa santai mendengarnya. Blazerku pun harus tertahan sesaat ketika hendak dilepaskan.
"Oh, ya? Masih komunikasi baik sama Tria?"
Isyana duduk di tepi ranjangku setelah melepas sepatu dan kaos kakinya, "gimana ya? Menurut aku begitu."
Kalau menurut Tria?
Ia menghela napas, "aku sih positive thinking aja. Kalau chat aku nggak dibalas berarti dia sibuk. Tapi Kak Tria nggak pernah secara langsung bilang kalau dia terganggu, jadi aku fine - fine aja."
Aku mengangguk. Kuat juga mentalnya nih anak. Tria yang kukenal memang seperti itu, jarang tebar pesona, kalau sama cewek agresif dia selalu dingin. Justru sukanya sama yang pendiam, lugu, malu - malu.
"Jadi kamu nggak putus asa dicuekin?"
Ia tersenyum polos sekaligus malu, "nggak. Setiap hari aku ingetin sholat."
"Dan Tria nggak respon sama sekali?"
"Kadang - kadang bilang makasih, tapi seringnya dibaca aja. Cuma kalo penting dibales kok. Seperti alamat Mba Kumala ini, aku bilang kalau ada urusan riset bisnis di sini tapi nggak mau ganggu keluarganya Mas Temmy, eh disaranin ke kosan Mba, pas banget."
"Oh? Kamu ada urusan bisnis apa?"
"Ya sebenarnya cuma survey gerai minuman aja sih, nggak nginep juga bisa. Tapi aku kepingin ketemu Mba Kumala."
Aku menautkan alis ke arahnya, "Kamu mau ngomong apa sama aku?"
Isyana tidak langsung menjawab, dia tampak berpikir keras. Aku melihat usahanya untuk tersenyum seperti tadi namun sepertinya kali ini gagal, senyumnya kering.
"Akhirnya untuk pertamakalinya Kak Tria kirim pesan duluan, Mba," jawabnya dengan nada riang tapi kok raut wajahnya bertolak belakang?
Kemudian ia melanjutkan, "dia bilang kalau mau melamar Mba Kumala tahun depan jadi dia minta supaya aku berhenti memberi perhatian dan mulai ta'aruf lagi dengan yang lain."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan (takut) CLBK
ChickLitBagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...