Bagi Kumala Andini, move on dari seorang mantan terindah bernama Tria Hardy tidaklah mudah. Bahkan ketika sang mantan lebih memilih ta'aruf dengan gadis yang jauh lebih baik alih - alih menerima sinyal untuk balikan dari Kumala. Ia rela resign demi...
Bandara sudah seperti terminal bus saking ramenya. Aku, Jeje, dan Mas Djena sudah nggak asyik lagi nungguin tim OJK datang.
"Katanya lima orang?" bisik Jeje kepadaku ketika melihat mereka berjalan keluar. Hanya empat orang yang berjalan berkelompok menghampiri kami dengan koper mereka.
Orang - orang OJK tuh tampilannya keren ya. Eksekutif muda banget, barangnya branded, dan kelihatan banget kalau mereka sudah sering business trip.
"Nggak tahu juga, mungkin mereka berubah pikiran gitu," jawabku sekenanya.
"Sambut gih, lo kan cewek." Jeje menyikut pinggangku. "Sihir mereka dengan pesona lo sampai mereka lupa mau audit kantor kita."
"Emang aku punya pesona?" cibirku ironi, "lagian biarin Mas Djena aja deh, remahan nggak penting macam kita gini ngikut aja."
Kami memperhatikan ketika Mas Djena terlibat obrolan dengan salah satu dari mereka. Basa basi yang tidak terdengar seperti basa basi. Lelucon soal fraud dan temuan justru membuat kami semua tersenyum kaku. Gini amat jadi pendosa.
Kemudian Mas Djena menghampiri kami dan mengabarkan, "satu orang lagi pesawatnya beda, datangnya sekitar dua puluh menit lagi. Kalian cabut duluan aja deh, biar gue tunggu sisanya."
"Aku aja deh yang nunggu, Mas." Aku langsung mengajukan diri, "soalnya setelah ini aku mau mampir kantor pusat, ada urusan."
"Sama Erlangga?" tanya Djena dan aku hanya mengedikan alisku.
"CLBK lo?" ledek Jeje.
Aku menautkan alis, "CLBK apaan?"
"Cuti Lo Bermasalah Kan." Jeje menjawab sambil nyengir lebar.
Djena mendengus geli, "maksa banget sih, Je."
Aku langsung menarik kesimpulan, "oh... jadi kamu yang aduin aku ke Big Boss ya?"
Wajah Jeje langsung miring karena bingung, "ngadu apaan?"
"Nggak usah bohong!"
"Eh, sumpah. Bukan gue. Emang cuti lo kenapa sih?"
Aku melirik Mas Djena tapi aku memilih tutup mulut atau gosipnya akan melebar.
"Ya udah kalau gitu gue duluan. Je, lo ikut gue buat angkat - angkat barang."
Setelah mobil kantor meninggalkan bandara, saat itu juga aku merasa bodoh. Aku sedang menunggu siapa coba? Belum kantongin nama juga, mereka sudah main cabut aja.
Aku memutuskan untuk menghubungi Mas Djena. Rupanya Mas Djena sudah memberikan nomor ponselku pada tamu yang hendak aku jemput.
Lebih baik aku menghabiskan waktu di Chatime. Belum lama minum aku mendapat pesan baru.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.