Bab 36

415 22 1
                                    

Selamat membaca semoga suka

Jangan lupa
Vote
Comment
Share
Dan follow

Sekian

~~~~~~~

Pagi tiba dan Bryan terbangun karena merasa lehernya sakit, ternyata dia tidur duduk di sofa jadi itu wajar saja.

Bryan melihat Lara masih tertidur segera memakai kesempatan itu untuk menelefon papa. Bryan berjalan ke ruang tv lalu menelefon papanya.

"Halo pa, maaf Bryan mengganggu pagi - pagi, Bryan lagi di rumah Lara karena Lara mendadak sakit, jadi semalem aku ke rumah Lara lagi" ucap Bryan.

"Iya engga apa - apa kok, mengerti"

" Pa, sepertinya Bryan belum bisa pulang dalam waktu cepat, karena Lara masih sakit dan keluarganya lagi di luar negeri. Tapi, ada yang mau Bryan bicarakan sama papa"

"Iya gak apa - apa papa mengerti. Jadi, ada apa nak ?"

"Bryan di terima di Havard pa"

"APA ?! Kamu serius Bryan ?"

"Iya Pa Bryan serius"

"Bagus sekali Bryan, papa bangga sekali sama kamu"

"Tapi ada masalahnya pa, Bryan ga bisa ninggalin Lara, jangankan ninggalin, Bryan bahkan ga bisa ngomongin ini ke Lara karena dia pasti akan sedih harus di tinggal sama Bryan"

"Kenapa seperti itu ? Papa tau persis Lara sayang sekali sama mu nak, jadi pasti dia akan mendukung kamu, kamu ga usah takut akan itu" nasehat papa ada benarnya.

"Oke deh Bryan akan segera kasih tau Lara" ucap Bryan.

"Aku udah denger semuanya kamu ga usah kasih tau aku lagi" ucap Lara dari arah tangga, ternyata Lara sedari tadi mendengar percakapan Bryan dengan papa. Sebebarnya Lara terkejut bukan main dan bingung untuk bereaksi seperti apa tapi dia tidak mau menuntukan eksoresinya.

"Pa nanti Bryan telefon papa lagi" ucap Bryan sambil mematikan telefon.

"Laa.." ucap Bryan mencoba membujuk Lara untuk mendengar penjelasannya

"Havard ya.. aku bangga sama kamu, kamu ga usah khawatir aku akan dukung kamu " ucap Lara, Bryan melihat kecanggungan pada raut wajah Lara dan senyuman palsu terbaik yang dia coba berikan. Bryan segera memeluk Lara dan raut wajah Lara sudah tidak dapat di kontrol lagi. Lara sudah tak kuasa menahan isaknya segera dikeluarkannya dengan sekeras - kerasnya.

Setelah beberapa menit Lara menangis dia akhirnya berhenti dengan tubuh yang masih dalam dekapan Bryan.

Lara baru saja membalas dekapan Bryan.

"B.. maaf aku nangis" ucap Lara.

"Gapapa, gapapa, aku wajar banget sama reaksi kamu" ucap Bryan.

"Aku gak tau.. aku--" ucap Lara bingung sendiri dan kehabisan kata - kata.

"Aku-- aku seneng buat kamu, aku dukung kamu-- aku bangga sama kamu-- tapi aku juga takut B-- kalo nanti kamu sama akan ninggalin aku-- aku baru kehilangan Steven beberapa tahun lalu karena penyakitnya, aku ga mau kehilangan lagi-- aku ga mau kehilangan kamu-- gimana kalo nanti jauh jauh dari aku akan membuat kamu bosen sama aku--" ucap Lara cepat dan terbata - bata dengan wajah sedih. Sangat sedih sekali untuk di deskripsikan.

"Sayang!" Panggil Bryan membuat Lara sadar dan berhenti bersuara agar tidak terlalu panik dan sesak napas.

"Aku bingung by" ucap Lara benar - benar bingung harus berbuat apa. Kalau dia merelakan Bryan pergi ke Havard nanti dia hanya takut kalau Bryan akan meninggalkannya, bosan padanya, lelah akannya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang