23. Perpisahan

341 18 0
                                    

Vania hanya berdiri mematung, bibirnya bergetar karna tak percaya oleh kemampuannya itu. Ternyata Vania bisa melakukan hal ini?. "Baa-bbb-bagaimana bisa?," ucap Vania.
"Lhoh?, Van kamu lagi ngapain sih berdiri disitu?, duduk aja deh," ucap Kela kebingungan. Tio langsung mengode Vania untuk duduk kembali, dari pada banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas.
"Kenaapa gue bi-biisaaa," ucapnya lagi tak percaya. "Kenapa sih Van?,"bingung Viola yang duduknya berada di depan Vania. "Eh, ee-enggak," ucap Vania singkat. Viola dan Kela hanya mendengus pelan karna melihat Vania yang bertingkah aneh itu.
"Indra ke 6 kakak itu sama seperti kami", ucap Ana.
'Maksud kamu?', bingung si Vania.
"Mata kakak tergolong indra ke 6 yang spesial hehe. Dulu kami juga tidak tau cara menggunakannya. Tapi?, saat kami terkepung oleh tentara belanda. Ina tiba-tiba menggunakan kemampuannya itu", jelas Ana.
'Tapi kalian kan sudah ma-'
"Memang benar. Tetapi aku juga tidak tau akan hal itu, mengapa mataku ini masih bisa di gunakan", sahut Ana.
Vania tak menggubris si Ana lagi, dia justru hanya menatap kosong ke telapak tangannya.
"Aku...", cetusnya di dalam hati.
Tak sadar, dia malah tertidur pulas?.

***

Pukul 19:12
Sesampainya di sekolah.
"Akhirnya sampai jugaaa," ucap Asha yang mengusap-usap matanya. Karna langkah Asha yang sempoyongan, Tio langsung menuntun pacaranya itu.
"Jadi makan gak?," tanya si Tio. "Aku gak laper," sahut Asha. "Kamu belum makan dari tadi siang lhoh Sha," jelas si Tio. "Lagian, tadi juga kamu bilang sendiri, kalo kamu laper," lanjutnya. "Itukan tadi, sekarang enggak," sahut Asha yang memanyunkan mulutnya. "Jangan rewel deh, yuk cari makan dulu. Mumpung belum malem banget," ucap Tio mengajak Asha untuk makan. "Enggak ah, nanti aku makan di rumah aja," jawab Asha.
"Eh Asha, makan malem aja yuk bareng, mumpung aku bawa mobil. Ini kan hari terakhir lho, besok kamu gak ketemu aku,"  ucap Tio. "Iiihhhh Tio mah!," kesal si Asha. "Yaudah ayok!, hehehe," tawanya yang membuat Tio tersenyum.
"Sekalian aku anterin pulang ya?," tawarnya. "Terserah kamu. Eh, tapi kamu nanti kalo di tanyain sama kakak aku, harus berani jawab ya. Soalnyaa, kakak aku itu lebih bawel dari pada papah atau mamah aku tau!," jelas si Asha yang tekekeh pelan. "Ahahaha. Iyaa malaikat yang cantiik," ucap Tio.

Setelah mereka sampai di cafe, Tio langsung memesan makanan dan minuman.
"Sha, kamu mau minum apa?," tanya Tio yang menawarkan Asha. "Kopi aja. Dari kemarin aku pengin kopi gak jadi-jadi," jelas si Asha. "Jangan kopi, nanti malah gak bisa tidur," ucap Tio melarang. "Aku pengin kopi, intinya kopi," tegas si Asha.
Tio tak menjawab Asha, dia mending meladeninya dari pada ribut tidak jelas.
"Pesen makan apa nih?,"tanya Tio kembali. "Aku gak laper," sahut Asha. "Dari tadi siang kamu belum makan lho. Aku pesenin nasi goreng ya," tawarnya. "Aku gak lapeer Tioo," sahut Asha menolak. "Bawel, udah aku pesenin," jelas Tio yang membuat Asha memutarkan bola matanya.

Beberapa menit kemudian, makanan dan minuman yang di pesan pun sudah datang.
"Nih makan, kalo gak di makan... aku suruh kamu makan punyaku juga!,"tegas Tio. "Oohh, ngancem ya?," kesal si Asha. "Jangan rewel ah, cepet nih makan," pinta Tio yang menyodorkan nasi goreng itu ke arah Asha. "Ya allaah, Tio aku gak laper," rengek Asha.
"Aku suapin ya?," tawarnya.
Tetapi si Asha tetap saja menolak, dia memutarkan bola matanya kesal. "Tio, aku gak laper sumpah," tolak si Asha.
"Natashaa... Asha sayaang," ucap Tio yang membuat Asha semakin kesal. Si Asa justru menundukkan kepalanya. "Yo, jangan kayak gitu napa," ucap Asha tak jelas. "Yaudah, kamunya makan dong!," tegas Tio dengan sabar. Daripada Asha di rayu terus oleh Tio, dia langsung mengikuti perintah pacarnya itu. Asha mulai membuka mulutnya dengan kesal. Si Tio tersenyum kecil karna Asha sudah mau makan dan mengunyah makananya walaupun dengan wajah kesalnya.

***

Selesai dari cafe, Tio langsung mengantarkan Asha pulang. Dari pada terlalu malam?. Tak lama kemudian, Asha sampai di depan gerbang rumahnya, tapi si Asha tidak mau turun dari mobil Tio.
"Udah sampe, kok gak turun?," tanya Tio. "Ohh, gitu?, ngusir ya?," sahut Asha dengan kesal. "Enggak, tapikan ini udah sampe di rumah kamu. Nanti malah di tungguin sama kakak kamu lho," ucap Tio.
"Sumpah, sama sekali gak peka. Gak romantis ih," ocehnya di dalam hati.
"Ashaa... kenapa?, marah sama aku?," tanya Tio dengan sabar. "Jangan mikir kalo kita mau pisah selamanya lho!, kan masih bisa ketemu," ucap Tio yang membuat Asha menengok 90° ke arah Tio.
".....", tak ada jawaban dari Asha. "Yaudah, kamu mau nginep di rumah aku?," tawarnya yang menbuat mata Asha terbelalak.
"WOY!, KAGAK GITU!. YAUDAH AKU TURUN!," teriak Asha spontan. "Mbaknya galak banget astaghfirullah," sahut Tio yang terkekeh pelan. "Yaudah sana turun," ucap Tio. Asha langsung membuka pintu mobil. Saat ia hendak turun, tangannya malah di tarik oleh Tio.
"Apalagi siih?," kesal Asha. "I love you. Nice dream, my girlfriend," ucap Tio yang membuat wajah Asha seperti tomat!. Asha justru berjongkok sebentar, lalu berdiri lagi.
"Yaudah. Mmm, I love you to, BUS TAYO!. Ahahahahaha," jawab si Asha dengan tawa-nya. Tio hanya terkekeh pelan, dia melambaikan tangannya ke arah Asha.

Natasha The Indigo Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang