42. Rasa Sakit yang Tersembunyi

268 11 0
                                    

Asha tak bertenaga, dia hanya menatap lesu ke arah lantai, dia benar-benar menahan rasa sakit di hatinya soal kejadian tadi. Sampai pukul 5 sore untung saja kakaknya datang.
"Lhoh kamu kok sendirian?", tanya si Firgi yang mendekati ke depan Asha.
"Hm ya", sahut Asha singkat yang masih menatap kearah bawah sesekali memainkan kukunya sendiri.
"Eh, udah mau bersuara nihh... Ini semua berkat Tio ya?. Mmm btw, Tio dimana kok gak ada disini?", tanya si kakak.
Dan tiba-tiba, Asha malah menangis dan memeluk Firgi dengan erat.
"Eh Ca, kamu kenapa?", tanya Firgi yang membalas pelukan Asha.
"Huhuuu hiks hiks heenghuuh hiks hhh ahaa hiiiks", tangisnya tak henti-henti. Asha menuangkan semua kekesalannya di pelukan sang kakak. Firgi masih mengelus kepala Asha dengan lembut, dia membiarkan adiknya menangis hingga puas. Dan beberapa menit kemudian, Asha sudah kesal untuk menangis lagi, dia mengusap Air matanya tapi ia masih memeluk dan memegang erat baju sang kakak.
"Ca, tolong cerita sama abang. Kamu ada masalah sama Tio?. Cerita aja Ca, daripada kependem nanti malah tambah sakit di hati", lirih kakaknya.
"Banng Firgi... Asha udah salah", jelas si Asha yang membuat Firgi kebingungan.
"Salah kenapa?, emang kamu buat kesalahan apa", tanyanya kembali.
"Asha udah mutusin Tio bang. Asha malu!, Asha malu sendiri kalo Tio jadi pacar Asha. Asha gak sempurna, Asha cuma jadi beban Tio, Asha udah nyusahin Tio. Asha sebenarnya masih sayang sama Tio, tapi Asha... Asha gak mau kalo Tio punya pacar yang kayak Asha, benar... Asha ini manja, Asha selalu menopang masalah Asha ke orang lain terus", jelasnya sembari menangis.
"Iya-iya... abang ngerti, udah jangan nangis terus...", ujar Firgi yang masih mengelus rambut adiknya.
Kali ini hati Asha sudah tidak terlalu sakit, karna dia bisa mencurahkan semuanya ke kakaknya. Tapi soal kejadian yang membuat Asha sampai depresi, dia masih tidaj mau menceritakan hal itu ke orang lain, bahkan ke keluarganya sendiri pun dia tidak mau.

Asha sudah sedikit tenang, dia langsung di pindahkan di sofa oleh kakaknya. Firgi pun langsung mengambil semangkuk bubur yang masih utuh.
"Makan dulu ya", ucap Firgi. Asha hanya mengangguk pelan. Firgi mulai tersenyum karna adiknya sudah mau makan walaupun sedikit-sedikit.
"Eh, ini masih hari rabu. Katanya minggu depan udah ujian ya?, kira-kira kamu kuat gak Sha?", tanya si Firgi membuka topik pembicaraan.
"Inshaallah Asha kuat", sahut Asha dengan suara seraknya.
"Emm, tadi Vania kerumah. Dia nanyain keadaan kamu, tadi juga malah Vania main sendiri di ruang musik. Terus, ada salam tuh dari Vania. Jawab dong", ucap Firgi.
"Iya, Wa'alaikumussalam", sahut si Asha.
"Waahhh, udah mau makan sama bicara nih yee", celetuk Zari si ayah Asha yang masuk ke kamar. Asha hanya tersenyum kecil melihat ayah dan ibunya tersenyum.
"Sha, tadi papah tanya ke dokter Evan, dokter psikisnya kamu. Katanya besok masih boleh pulang, tapi kamu harus istirahat dulu di rumah. Gak boleh berangkat ke sekolah", jelas si Zari. Asha hanya mengangguk singkat.

***

Keesokkan harinya di SMA Savana.
"Eh, kata kak Firgi, Asha udah pulang dari rumah sakit lho... pulang sekolah kita jenguk yuk", jelas si Kela.
"Wah udah sembuh ya?. Ayo kita jenguk yuk", ujar Zidan.
"Kela, Zidan, Viola, lo semua mau jenguk Asha?. Tapi plis, jangan tanyain soal kenapa Asha bisa sampe kayak gini ya, soalnya nanti dia jadi trauma", jelas si Vania.
"Iya gue tau kok. Yaudah, nanti kita naik mobilnya Zidan ya. Eh, Tio juga di ajak dong", ujar Kela.
"Ok ok", sahut Vania dan Zidan bersamaan.

Sepulang sekolah mereka berkumpul untuk menjenguk Asha di rumah. Sebelum mereka menuju ke rumah Natasha, mereka mau mengajak Tio di SMAN Dirgata.
Vania dan Zidan turun dari mobilnya untuk mengajak Tio yang masih di dalam sekolahnya.
Saat Vania berjalan melewati kantin SMAN Dirgata, tak di sengaja dia melihat Tio dengan 1 perempuan, sepertinya mereka sedang berbincang-bincang
"Tio!", Vania memanggil si Tio dengan suara kerasnya.
Tio yang merasa terpanggil, dia menengok ke arah belakang, saat dirinya melihat keberadaan Vania dan Zidan di situ, Tio hanya menatap datar dan dingin, sama sekali tidak berekspresi, dan detik berikutnya, Tio langsung membuang muka dan berbicara dengan cewek di depannya itu. Siapa lagi?, kalau bukan Zira?!. Hah?!, kenapa Tio bisa dekat dengan Zira?!.
Vania yang geram melihat Tio bertingkah seperti itu, dia langsung mendekat ke arah Tio.
"Yo!, lo kok malah berduaan sama cewek ini sih?", tegur si Vania mulai marah.
"Asha udah sembuh, dia udah pulang di rumah, tujuan gue kesini mau jemput elo. Tapi elo malah deketin cewek lain", ujar Vania tanpa basa basi.
Zira yang mendengar ucapan Vania, dia hanya tersenyum sinis dan diam saja.
"Asha?, siapa sih Asha?. Gue gak kenal kok", cetus Tio yang bernada dingin tanpa menengok ke arah Vania sama sekali.
"Tio!, Asha lagi depresi!, Asha lagi sakit!, elo kok malah kayak gini sih!. Maksud elo apa?!, kenapa lo gak nganggap Asha?!", gerutu si Vania.
"Hei, lu bukan murid sini, gak usah cari keributan deh. Sono urusin sahabat lo sendiri, gue udah bukan siapa-siapanya lagi", ucap Tio yang membuat mata Vania terbelalak tak percaya.
"TIO!. SEJAK KAPAN LO MALAH JADI COWOK BRENGSEK KAYAK GINI?!", geram Vania kehilangan kesabarannya.
"Pergi dari sini atau lo bakal gue laporin ke BK, dengan alasan... membuat keributan", cetus Tio yang bernada semakin dingin tetapi tegas.
"SAMPAH LO!, OMONG KOSONG!. Lo bilang elo itu cowok yang baik!, cowok yang cinta sama seseorang, yang gak ngelihat dari fisik!. Tapi apa?!, waktu Asha sakit parah, sampe dia gak mau bicara sama sekali, lo malah ninggalin Asha!", teriak Vania, ia langsung pergi meninggalkan Tio, daripada dirinya terus-terusan mengomel tak jelas.
Zidan yang melihat kejadian itu hanya melongo sekejap dan berlalu mengikuti langkah Vania.
Saat, mereka pergi ke mobil mereka, Vania masih saja berekspresi marah karna kejadian tadi, rasanya dia benar-benar ingin meledak!.
"Van lo kenapa?", tanya Viola.
"Ssstt, gak usah di tanyain", ucap Zidan lirih. Vania masih seperti api yang berkobar, sedangkan teman-temannya... mereka hanya bertanya-tanya kenapa Vania seperti ini.
"Lah, Tio dimana?", tanya Viola kembali.
"Ssstt, jangan sebut nama itu. Udah lo diem aja", ucap Zidan dengan lirih. Viola, dia hanya mendengus kesal.

***

Sesampainya di rumah Asha, mereka berlarian masuk ke rumah Asha, mereka benar-benar sangat rindu dengan 1 temannya ini.
"ASSALAMU'ALLAIKUMM!!!, ASHAAA!!!", teriak semuanya yang masuk ke dalam rumah Asha. Ya, siapa lagi kalau bukan kerjaan Zidan, Vania, Viola, dan Kela.
"Wa'allaikumussalamm", sahut Adhela yang keluar ke ruang tamu. Vania dan yang lainnya langsung bersalaman dengan mamah Asha.
"Eh, pada jenguk Asha ya?, mm Asha habis makan di taman belakang, nanti tante panggilkan ya", ucap Adhela.
"Ok tant", sahut Kela dengan jempol andalannya.
Tak menunggu waktu lama, Asha pun keluar dan berlari seperti anak kecil, karna dia sangat senang bisa bertemu dengan teman-temannya lagi.
"HUWWAAAA ADA SAPI, KAMBING, LANDAK, SAMA ULAARR!!!. AKU RINDU BANGETTT KYAA!!!", teriak Asha seperti anak kecil yang berpelukan dengan teman-temannya ibarat kartun Teletubbies.
"Ngaco lu Sha!, dikira kita hewan apah!", cetus si Viola.
"Ehehehe sorry-sorry. Eh duduk sini, jangan malu-malu kucing", ujar Asha dengan senyum lebarnya. Sedangkan Vania, dia hanya tersenyum kecil karna melihat tingkah Asha yang biasa-biasa saja, tidak seperti orang yang sedang terluka hatinya.
"Sha, lo memang ahlinya menyembunyikan rasa sakit yang ada di diri elo ya...", gumam si Vania yang melamun sekejap.
"VAN!, sini ih duduk sini!, berdiri gitu kayak patung!", cetus Asha yang menghampiri Vania dan menarik tangan Vania.
Setelah Asha mempersilahkan teman-temannya untuk duduk, Asha langsung mengambil minuman, makanan yang ada di rumahnya. Dia benar-benar sibuk sekali, padahal dirinya baru saja sembuh. Tapi tetap saja, Asha itu seperti kucing liar!, hahaha.
"Ashaaa, udah jangan repot-repoot!!!, kamu baru aja sembuh udah pecilatan kayak tikus di kejar kucing!", ujar Viola.
"Sha, aku punya hadiah buat kamu", ucap Zidan.
"Wah, apa tuh?", sahut Asha dengan ekspresi sinar mataharinya.
"Taraaa!!!, gantungan kambing!!!. Aku kemaren habis ke Amerika, makannya aku sekalian beli gantungan kambing buat kamu, daripada beli kambingnya", ujar Zidan yang membuat Kela, Viola, dan Vania mengernyitkan dahinya. Tapi tidak dengan Asha, wajahnya begitu bersinar ceria.
"Itumah toko Amerika!, bukan ke Amerikaa!!!. Eh, tapi, makasih banget lhooo!!!", oceh si Asha kegirangan.
"Sama-sama nona maniis", sahut Zidan dengan senyum sok imutnya. Vania yang melihat wajah Zidan, dia hanya bergidik ngeri. Hahaha.
"Sha, kapan lo berangkat sekolah?. Senin depan kan udah ujian tuh", tanya Vania.
"Aku sih penginnya besok berangkat, tapi tetep gak boleh sama bang Firgi. Padahal aku udah sehat banget kayak gini kok, iiih apaan dah bang Firgi!. Kan besok hari jum'at, paling pulang cepet", ucap si Asha.
"Mm bener abang elo sih!, mending elo istirahat aja dulu di rumah", ucap si Viola.
"Tapi aku males kalo di rumah... mau mainan piano juga udah kesel, mau main drum juga gak seru, mau main HP, baca wattpad juga... stok udah habis semua, udah aku makan tuh semua cerita", oceh si Asha.
"Whahaha, bener juga sih. Emang, kalo di rumah memang cepet bosen, tapi kalo kata manusia satu ini mah enggak", ucap Viola yang menunjuk ke arah Kela.
"Kok gue sih?!", gerutu si Kela.
"Kan elo wibu nolep, bagi elo... kalo lo kesepian kan paling cuma ngewibu aja!", jelas Viola yang membuat Zidan, Asha, dan Vania terkekeh pelan.
"Weh-wehhh, perut aku kok kruyuk-kruyuk yaa", ucap Kela.
"Ah!, elo mah mikirnya makanan teroz!", celetuk Zidan.
"eh gak papa ayo makan bareng-bareng!, kalian belum pada makan kan?. Ayo makan bersama!, sebenernya aku tadi makan juga belum selesai, soalnya denger kalian dateng, jadi aku tinggal dulu hehe. Yaudah ayo makan bareng yuk!, jangan malu-malu!. Ibu aku masak makanan banyak banget tuh!, mubadzir kalo gak dimakan", ujar Asha panjang lebar.
"KALO GITU!, AYOOKK!!!", jawab Zidan dan Kela bersamaan dengan sangat semangat!.
"Yaudah ayo kita makan dulu", ucap Vania.
Asha dan teman-temannya langsung berjalan menuju ruang makan, mereka pun makan bersama dan canda tawa bersama juga.

Natasha The Indigo Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang