Asha langsung di bawa ke UKS, dan di tangani oleh kakak-kakak PMR. Vania tetap mengikuti Asha, karna dia tau soal gejala-gejala pada penyakit Asha itu.
"Asha, kenapa elo gak bilang gue sih!?. Elo juga gak mau makaan!," gumam Vania di dalam hati yang penuh dengan kekhawatiran.
"Dek, kamu temennya Natasha ya?. Natasha punya gejala anemia kan?," tanya salah satu kakak PMR itu. "Iya kak, Natasha punya anemia kronis. Pernah sampe 2 jam dia gak sadar diri," jelas si Vania. Pihak PMR langsung melakukan penanganan pertama, karna penyakit anemia kronis ini bukanlah penakit biasa.Rupanya, sampai 1 jam upacara penutupan selesai pun Asha juga tak kunjung sadar. Dia masih tergeletak di ranjang UKS. "Ashaa... cepet sadar ya shaa," ucap Vania yang masih setia menunggu.
Tak lama kemudian, ada yang memasuki UKS dengan terburu-buru. "Kak?!, ada yang namanya Natasha?!," teriak lelaki itu. Rupanya dia adalah Tio!. "Di ranjang paling pojok, dia lagi sama temennya," ucap kakak PMR itu. "Terimakasih kak," sahut Tio yang langsung lari ke arah ranjang paling pojok disana.
"Vania, Asha udah sadar?!," tanya Tio tergesa-gesa. "Kenapa bisa sampe kayak gini?!," tanya si Tio. "Yo, elo tenang dulu. Ini bukan salah elo karna kejadian tadi kok. Asha... Natasha dari pertama memang punya penyakit anemia kronis. Dari SMP juga dia pernah kayak gini. Tadi dia telat makan juga, jadi kambuh gini. Sebenarnya dia juga gak tahan berdiri kalo lagi panas banget kayak tadi. Tapi dia tetep maksa," jelas si Vania yang masing memegang tangan Asha.
Tio hanya tertunduk di ranjang bagian bawah, sepertinya dia sedang merenungi kesalahannya?. "Asha bangun sha," ucap Tio sambil menepuk kaki Asha. "Elo sabar aja ya... jangan panik gitu," ucap Vania menenangkan Tio.
"Eh, ini kan udah jam pulang. Kok elo gak ikut rombongan bus nya?," tanya Vania. "Tadi, gue mau jemput Asha sama minta maaf dan jelasin soal kejadian tadi, tapi... waktu gue ke tenda SMA Savana, mereka udah siap siap mau pulang, gue cari elo sama Asha tapi kata pak Farhan, Asha masih di UKS. Makanya gue ke sini aja. Dan mereka udah pulang duluan. Terus, nanti masih ada bus cadangan kok," jelas si Tio. "Oooh", sahut Vania singkat.
Tio langsung berdiri dari duduknya dan mengalih ke arah kepala ranjang, dia duduk dan melihat wajah Asha yang pucat.
"Imut banget mashaallah," celetuk Tio tak sadar. "Gak usah di liatin gitu deh. Nanti elo kena diabetes!," cetus Vania. Tio tak menyahut Vania, dia justru terus memandangi wajah Asha sembari menekan-nekan pipi Asha dengan jari telunjuknya.
"Dih, squisy," cetus Tio. "Anak orang buat mainan!. Kayak gak pernah mainan squisy aja lo!," ucap Vania. "Pernah sih, punya adek gue. Tapi gak seimut pipi Asha," ucap Tio. "Hhh sumpah, gak baik gue ada di sini," cetus Vania.Sampai 2 menit, Tio masih saja mengotak-atik pipi Asha seperti squisy. Sampai dia gemas sekali, Tio mencubit hidung Asha.
"Tahan napas tahan napasss," cetus Tio yang tersenyum jahil. "Woi!, kasihan!. Nanti malah gak bangun bangun!," ucap Vania sembari menepis tangan Tio.
"Kira-kira, kalo di cubit hidungnya. Si Asha ngerasain sakit gak sih?," tanya si Tio seperti anak kecil. "Gak tau, kan yang sakit Asha, bukan gue. Elo tu pesis banget deh kayak Asha. Udah umur 17 tahun tapi masih kayak anak kecil umur 7 tahun!," kesal si Vania. "Jodoh mah ginii, hahahaha," celetuk Tio.Sampai beberapa menit kemudian. Mata Asha sudah berkedut.artinya, dia sudah hampir sadar!. Asha mulai berkedip sedikit, dan mencoba membuka matanya. Sedangkan Tio, dia masih menatap kosong ke wajah Asha. Dan...
"Gue ada di mana bro," celetuk Asha.
Tio dan Vania langsung tersentak kaget karna Asha tiba-tiba mengucapkan kata seperti itu. Mereka berdua langsung senang sekali karna Asha sudah sadar, tak sengaja, si Vania dan Tio langsung memeluk Asha!. Tapi si Tio di cegah oleh Vania hingga terjatuh. Akhirnya yang memeluk Asha adalah sahabatnya saja... hahahaha.
"Hii, gue cuma pinsan aja, kok elo mikir gue bakal mati sih Van?!," cetus Asha. "Yee, elo udah pinsan selama 2 setengah jam tau!. Nih!, Tio nungguin elo sampe mainin pipi sama hidung elo kayak squisy!. Emangnya gue gak sebel apah?. Jelas sebel lah!, evek jomblo sih uhuhuu," ocehnya.
"Asha, maafin aku. Tadi itu namanya Zira. Dia tu cewek centil dari dulu, playgirl sih. Gue justru udah kesel banget sama dia!. Cuma dianya aja yang sok gitu. Plis Asha jangan salah faham, maafin Tio," jelas si Tio. "Bener kata Tio. Gak mungkin lah!, cowok kayak Tio bakal deket sama cewek matre kayak dia!," cetus Vania. "Elo jangan mudah sakit hati ya Sha," lanjutnya.
"Iya kok, gue ngerti," sahut Asha sembari berganti posisi dengan duduk di kepala ranjang. "Jangan telat makan lagi ya sayaang," celetuk Tio, yang membuat mata Vania terbelalak tak percaya. Sedangkan Asha, dia baru saja sadar, rasanya ingin pinsan lagi. Asha tak tahan jika sudah seperti ini, dia langsung membuka selimutnya dan turun dari kasur UKS, lalu...Dap dap dap dap!
"ASHA JANGAN LARI!!!!," teriak Tio dan Vania bersamaan. Ok, dia lari lagi!, Uhuhu "Lhoh udah sadar?," celetuk kakak PMR yang kebingungan karna pasien telah kabur dari kandangnya!. "Asha jangan lari nanti jatuh!," teriak Tio yang mengejar Asha. Benar kata Tio, Asha tiba-tiba hampir saja terjatuh. Tapi, untungnya, si Tio langsung menarik tangan Asha.
"Udah di bilangin gak usah lari-lari. Dasar pasien gak punya tata krama nih," cetus si Tio. Asha justru menunduk dan berjongkok, dia menenggelamkan kepalanya di kedua kakinya, seperti anak hilang.
"Natashaa," panggil Tio.
"Sha ini hari terakhir lho," ucap Tio.
"Natasha berdiri, jangan kayak gitu," pintanya lagi.
Asha langsung berdiri dan...
"Tio, aku minta nomor HP kamu," ucapnya yang membuat Tio kebingungan. Sebenarnya, difikiran Tio adalah... mungkin Asha bakal memeluknya, tapi?
"Minta," ucapnya lagi. "Ok", sahut Tio dengan kesal.
"Dih kenapa?, gak ikhlas nih?," tanya Asha yang memanyunkan mulutnya. "Ikhlas kok," ucap Tio singkat. "Ooohh, iya-iya aku tau," celetuk si Asha. "Sini peluk", ucapnya yang membuat mata Tio terbelalak tak percaya. Tio langsung melangkah, lalu hampir saja memeluk Asha.
Tapi....
"Ets, kata bu ustadzah... itu gak boleeh, bukan mukhromnya!. Ahahahahaha," tawanya lagi lalu kabur meninggalkan Tio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natasha The Indigo Angel
Genç Kurgu[SUDAH TERSEDIA DI GUEPEDIA INDONESIA] Saat umurku menginjak 17 tahun, tak di sangka mata batinku terbuka. Aku bisa melihat 'mereka' Aku benar benar bingung, apakah semua ini karna aku yang menginginkannya? Dan tuhan mengabulkan permintaanku karna a...