Pukul 02:50
Sudah 2 hari Asha belum sadar juga dari waktu oprasi itu. Dia masih tertidur pulas di atas ranjang di ruang ICU. Tio hanya menatap sayu ke arah Asha, hari ini Tio memang berangkat sekolah. Tapi dia langsung menjenguk si Asha. Betapa setianya dia menunggu sang kekasih terbangun dari tidurnya.
"Natasha... Asha kapan bangun?"
"Asha gak rindu ya sama Tio?. Aku udah kamgen banget sama kamu. Aku kangen canda tawa kamu, senyuman kamu..., aku kangen waktu kamu cemberutt, kamu maraah karna aku sering buat kamu kesel. Inget kan?, waktu pertama kita ketemu?, waktu aku ngehukum kamu suruh bawa tas-tas aku?. Ahahaha lucu ya, eksoresi kamu tu bener-bener marah banget ke aku", ucap Tio dengan nada yang lirih.
"Asha cepet bangun sha, aku kangen kamu. Aku kangen suara kamu, waktu kamu nyanyi di atas panggung... waktu kamu cengeng banget cuma hal sepele", jelas si Tio yang meletakkan dagunya ke ranjang sembari memegang tangan mungil Asha.
"Aku kangen waktu tangan kamu ini nampar muka aku, huu sakit tau. Andai waktu itu aku masih di rumah kamu, mungkin ini gak akan terjadi Sha", ujar Tio yang tak sengaja meneteskan air matanya. Dia tak sadar kalau dirinya sudah menangis.
"Asha bangun sha... aku rindu kamu sha", ucap Tio.
"Kasihan lho, Michael nanyain kabar kamu. Ina sama Ana juga nangis terus tuh di rumah", ujar si Tio sembari menghapus air matanya.
"Dah dulu ya Sha, nanti aku ke sini lagi kok. Aku mau sholat dulu", jelas si Tio yang beranjak dari duduknya. lalu melangkah hendak meninggalkan Asha. Tapi, tiba-tiba...Tep
Tangan mungil itu tiba-tiba menggenggam tangan Tio. Tio yang tersentak kaget, dia langsung membalikkan tubuhnya lalu mengusap kepala Asha. Detik berikutnya, mata Asha berkedut.
"Asha?!", kaget si Tio.
"Dokter!, Natasha sadar!", teriak si Tio memanggil bu dokter yang ada di ruang ICU.
Dokter dan 1 perawat langsung menghampiri ke arah ranjang Asha. Ternyata memang benar, Asha sudah sadar dari kritisnya.
"Ya allah terimakasih", ucap Tio di dalam hatinya, tak disangaka dia meneteskan air matanya lagi.
"Tio...", panggil Asha dengan nada lirihnya yang masih serak.
"Iya Sha aku disini", sahut Tio yang menangkap tangan Asha, dan di bawa ke tangisannya.
"Ashaaa, aku kangen banget sama kamu", ucap Tio.
Asha masih memandang sayu ke arah Tio. Dia langsung membalas ucapan si Tio.
"Iii-iiya, aa-akku ttauu", sahut si Asha dengan terbata-bata.
"Anandan Natasha bisa di pindahkan ke ruangan. Untuk nak Tio, ya?. Bisa menghubungi orang tua Natasha, kalau Natasha sudah siuman", ucap bu dokter dengan sopan.
Tio langsung mengangguk pelan, lalu lari keluar ruang ICU untuk menghampiri kedua orang tua Asha.
"Om!, tante!. Asha!, alhamdulillah!. Asha sudah sadar!", ujar Tio dengan senyuman lebarnya. Firgi yang tadinya masih menatap ke ponselnya dengan lesu, dia langsung terkejut dan tersenyum juga.
"Alhamdulillah ya allaahh. Anakkuu", ucap Adhela penuh syukur.
Mereka sekeluarga mulai berjalan dengan cepat ke arah ruang ICU, tapi tiba-tiba ada ranjang yang keluar dari ruangan itu. Ya!, dia Natasha!.
Adhela langsung berjalan ke arah ranjang itu.
"Maaf, ibu orang tuanya Natasha?", tanya salah satu perawat.
"Iiiya", sahut Adhela.
"Natasha akan di pindahkan ke ruang VIP ya bu, mari ikut", ujar perawat itu mulai mendorong ranjang Asha lagi.
Firgi, Tio, papa, dan mamah Asha langsung mengikuti si Natasha. Rupanya si Natasha masih menutup matanya. Dia sesekali mengintip Tio dengan mata kirinya yang di buka sebelah.
"Pangerankuuu ahaa", tawanya di dalam hati.Setelah Asha di pindahkan ke ruang VIP Tio langsung menghubungi Vania.
"Hallo"
"Ya, apa yo?"
"Van lo udah pulang sekolah?"
"Udah nih, gue mau ke rumah sakit lagi. Mau jenguk Asha"
"Pas banget. Van, ada kabar baik. Alhamdulillah, Asha udah sadar!"
"Alhamdulillaahh ya allah. Okok gue kesana sekarang"Tut tuutt ttuut...
"Nak Tio, tolong jagain Asha ya. Firgi, tante, sama om mau pulang ke rumah sebentar, ada kepentingan", ucap Adhela.
"Eh iya tante", sahut Tio.
"Adek gue jagain yang bener ya bro", celetuk Firgi yang keluar dari kamar VIP itu.
"Sip bos", sahut Tio yang tersenyum lebar.
"Ok, om tinggal dulu ya. Suruh temennya Asha kesini", ujar Zari.
"Iya om, tadi Vania sudah saya hubungi", jelas si Tio.
Zari tak menjawab Tio, dia hanya mengangguk dan memberi jempol ke arah Tio. Setelah itu mereka meninggalkan Tio dan Asha di rumah sakit.
Tio mendengus pelan lalu masuk ke kamar VIP.
"Hmm masih tidur", celetuk Tio menghampiri Asha.
"Padahal udah sadar, tapi tidur terus. Yaudah aku ikut tidur aja deh", ujar Tio yang menunduk di pinggir ranjang.
Tiba-tiba...Pukkh
Tangan itu mendarat ke kepala Tio.
"Nih, katanya kangen di tampar. Mana muka kamu, sini aku tampar", celetuk Asha yang membuat Tio tersentak kaget.
"IMOUTOKUUUU. Ahaa loli aku nih", cetus si Tio yang hendak memeluk Asha.
"Bu ustadzah bilang apa?. Bukan mukhormnya wleee!, ahahahaha", ledek si Asha yang mulai tersenyum kecil.
"Eh, tadi bilang aku loli kamu?. Sejak kapan kamu jadi wibu?, ketularan kela ya?!", ucap si Asha bertanya-tanya.
"Gak juga", sahut Tio yang mengalihkan pandangannya.
"Yo. Aku udah tidur berapa hari", tanya si Asha.
"Mmm 4 hari", sahut Tio.
"Wah baru 4 hari, aku penginnya 33 hari, biar dapet gelar putri tidur, hehehe", ujar Asha yang tertawa kecil.
"Yeee jangan dong!", sahut Tio.
Tak lama kemudian, datanglah perawat yang membawa makanan sore ke kamar Asha.
"Makananya di makan ya mbak Natasha", ujar bu perawat itu sembari meletakkan makanan di meja, lalu keluar lagi dari kamar Asha.
"Sha, makan dulu ya", ucap Tio yang mengambil semangkuk bubur di meja.
"Aku belum laper", sahut Asha yang menggelengkan kepalanya pelan.
"Natashaa", ucap si Tio dengan sabar.
"Asha kalo gak makan kapan sembuhnya?", rayu si Tio.
"Aku gak laper Tioooo", tolak si Asha.
"Gak mau tau, pokoknya harus makan", ucap Tio yang memajukan sesendok bubur kemulut Asha. Tapi anak ini justru membungkam mulutnya sendiri dengan 1 tangan.
"Awsha gwa lapweeeer", ucapnya tidak jelas.
"Natasha sayaang", panggil si Tio yang membujuk Asha terus.
"Gak mau", sahut Asha dengan singkat.
"Sha jangan kayak anak kecil dong!", tegas si Tio.
"Yaudah nanti aja nunggu Asha laper", sahut Asha dengan ketusnya. Saat Asha membuka mulutnya, Tio langsung memasukkan sesendok bubur ke arah Asha.
"Iiiii Twioo maa akwo blwoum lwapey twu", rengek si Asha.
"NATASHAAAA!!!!, AKU RINDUU KAMUU!!!", teriak ketiga orang di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natasha The Indigo Angel
Fiksi Remaja[SUDAH TERSEDIA DI GUEPEDIA INDONESIA] Saat umurku menginjak 17 tahun, tak di sangka mata batinku terbuka. Aku bisa melihat 'mereka' Aku benar benar bingung, apakah semua ini karna aku yang menginginkannya? Dan tuhan mengabulkan permintaanku karna a...