46. Ketahuan

258 13 0
                                    

Natasha masih berjalan menuju kantin, mungkin dia kelelahan karna berteriak mati-matian menyemangati pertandingan bola dari SMA-nya.
Saat Asha telah membeli es teh, ia hendak kembali lagi ke tempat asalnya. Asha yang berjalan tanpa melihat ke arah depan, dia tetap saja melihat ke arah lapangan, alhasil...

Bruukkh!
Chuurhh

"Gawat", celetuk Asha di dalam hati saat melihat siapa yang ada di depannya.
Cewek itu terjatuh dan tersiram es teh nya Asha!. Tiba-tiba, datanglah laki-laki yang familiar sekali di mata Asha.
"So... ss-soorr-ry...."
"LO PUNYA MATA GAK SIH?!", teriak lelaki itu. Tak salah lagi, dia adalah Tio!.
"......"
"MAKIN SINI MAKIN KETERLALUAN AJA LO!", bentak si Tio yang membuat Asha ketakutan dan mundur satu langkah dari arahnya, tiba-tiba..

Cuurrh!

"NIH GANTINYA!. MAKASIH ATAS PEMBERIAN ES TEHNYA!", bentak si Tio semakin keterlaluan. Asha hanya menunduk, pipi dan matanyanya memanas rasanya dia ingin meneteskan air matanya karna Tio sudah bertindak seperti ini, menumpahkan es teh ke kepalanya?!.
"Hukuman buat pecundang", ujar Tio yang menatap lekat ke arah Asha dan berlalu meninggalkan Asha. Sedangkan yang orang-orang yang berada di dekat kantin, mereka hanya melongo melihat kejadian itu.

"Dih kasar banget"
"Kok Asha di gituin sih?"
"Itu Natasha kan?. Kok dia sampe di gituin?, padahal Asha gak sengaja numpahin ke baju cewek yang jatuh itu"
"Iya bener, kok cowoknya malah numpahin balik ke Asha, tapi malah ke kepala Asha sih?"
"Iih gue gak ikut-ikutan"
"Kasian Natasha...."
"eh siapa sih itu cowoknya?!"
"Dih debat"

Bisikan demi bisikan terlontarkan oleh para netijen itu.
Asha tak kuat menahan malu dan tangisnya, dia langsung berlari ke arah toilet. Yang sabar ya Asha...
Asha terus menahan hatinya, rasanya sakit sekali. Tak di sangka Tio bakal seperti ini.
"Aarghhh!!!", geram si Asha.
Dia mencoba tabah dan sabar atas kejadian semua ini, Asha membersihkan wajahnya yang terkena tumpahan es teh. Sesekali ia merapihkan rambutnya.
Setelah puas menangis, menumpahkan segala kekesalannya tadi. Asha langsung keluar dari toilet dan duduk di taman belakang sekolah. Padahal, taman itu tidak boleh di datangi oleh para murid, karna... katanya, tempat itu angker?!.
Asha tak menghiraukan gosip-gosip itu. Dia langsung duduk di taman dan menatap sayu ke arah air yang mengalir di sungai kecil itu.
"Cinta itu.... keras", celetuk lelaki di belakang Asha. Asha yang tadinya melamun, dia tersentak kaget dan membalikkan badannya. Tak disangka, itu adalah Deo.
"Yang sabar ya Sha", ucap Deo.
"Gue tau, gue pernah ngehianatin elo. Gue selingkuh, iya gue aku-akui... gue pengecut. Tapi entah mengapa gue rasa... gue pernah ada di posisi elo kayak gini, waktu elo di tembak sama dia. Gue pernah ngerasain ini Sha... penyesalan... hmm...", jelas si Deo panjang lebar, dia mulai duduk di sebelah Asha.
"Lo gak takut disini?", tanya si Deo.
"Gak. Buat apa takut. Mereka kan temen aku. Tapi.... aku lagi gak bisa liat sih, gak tau nih", ujar si Asha.
"Liat apaan?", tanya Deo mulai penasaran.
"Eh, enggak!", sahut Asha.
"Sha... gue mau bicara penting, tapi lo harus fokus, konsentrasi ya... elo jangan terbawa suasana ok", ucap Deo menenangkan si Asha sebelum menjelaskan sesuatu.
"Mm, ok", sahut Asha.
"Gue... udah tau pelakunya yang ngelabrak elo waktu di lapangan. Gue punya temen, namanya David. Dia anak SMAN Dirgata. Dia tu udah andalan ngestalk para cewek cabe SMAN Dirgata. David tu ahlinya jadi mata-mata BK. Hahaha", ujar si Deo.
"Soal itu..."
"Jangan di bayangin ya Sha. Gue tau itu sakit, gue tau itu menusuk banget di batin elo. Sha, David udah ngerekam semua kejahatan waktu di lapangan. Dan... semua rekaman serta Video itu ada di tangan gue dan David", jelas si Deo.
"Deo... jangan, plis. Gue gak mau kayak gini, nanti malah jadi masalah besar Deo...", jelas si Asha. Matanya mulai memanas lagi.
"Asha, lo tenang dulu ya. Ini demi kebaikan lo, mereka gak cuman bikin elo jatuh kayak kemarin, David udah tau rencana baru mereka lagi", jelas si Deo yang membuat mata Asha terbelalak. Dia masih saja tak mau menatap si Deo.
"Gue udah siapain semuanya", ucap Deo.
"Tapi... aku takut kalo mereka nantinya ketahuan BK dan di keluarin dari sekolah, misalkan aku di pojokkan kayak kemarin lagi, nanti ketauan sama keluarga aku... terus papaku lapor ke pihak polisi?, kan bisa aja... dan... aku takut masa depan mereka jadi menghitam, aku takut", jelas si Asha. Matanya mulai memanas ingin menangis.
"ASHA!, lo harus sadar Sha!. Malaikat kayak elo itu gak pantas di pojokkan oleh iblis kayak mereka!!!. Jangan terlalu baik Sha!, rasakan hati elo, rasakan rasa sakit itu. Aku tau, lo itu mendam semuanya!, jangan gitu Sha... ini bisa memiju kejiwaan kamu", jelas si Deo yang membuat Asha meneteskan air matanya.
"Jangan nangis Sha, ada Vania, Gue, David, dan lainnya. Lo itu kuat", ucap Deo meyakinkan Asha. Asha yang tidak bisa menahan air matanya, kini wajah Asha sudah bercucuran dengan tangisannya sendiri. Deo yang melihat wajah Asha semakin kacau, dia menarik kepala Asha untuk bersender di bahu Deo.
"Butuh bahu?. Gak papa", ujar Deo.
"Ddeoo... maafin aku soal yang duluu!!!", rengek si Asha merasa bersalah.
"Iya Asha... gue gak papa kok, emang gue yang salah, udah deh... jangan nangis ya", ucap si Deo menenangkan si Asha.
"Tan mantan, jangan benci mantan", celetuk Deo yang tertawa kecil. Asha yang menghapus air matanya, dan mendengar ucapan dari Deo itu. Dia langsung mencubit pinggang Deo karna kesal.
"Aaaww!. Eh eh habis nangis main cubit, nakal ni ya!", cetus si Deo yang mencubit pipi Asha sampai Asha meringis kesakitan.
"leepp-ppaassiiinnn ww-wwoo-iii", gerutu si Asha yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
"UDAH YUK BALIK!. MAU LIAT LOMBA LAGI GAK?!, GUE MASUK FINAL!. MUWEHEHEHE", ujar si Deo.
"Okok", sahut Asha yang mengusap air matanya.
Dia langsung mengikuti langkah Deo untuk menuju ke lapangan.
Saat mereka berjalan bersejajar, sepasang mata ini seperti melihat ke arah Deo dan Asha dengan tatapan miris.
"Sorry Sha", ucapnya di dalam hati.
Yah, tak disangka, itu adalah Tio!.

Asha mulai duduk di sebelah Vania, Vania merasa ada yang mendekatinya, dia spontan menoleh ke arah Asha.
"ASHA?!. ASHA KAMU DIMANA AJA?!, Sha kamu gak papa Sha?!, Asha sehat kan!?. Asha?!, tadi kamu di apain ama mantan ke 2?!", oceh si Vania yang memperhatikan rambut Asha dari atas sampai bawah.
"Psstt, gak papa", ucap Asha dengan santai, dia langsung duduk di sebelah Vania.
"Mm, Savana masuk final ya?, guuddd job!", ucap si Asha yang membuat Vania menengok 90° ke arah Asha.
"Iya", sahut Vania singkat.
"Van", panggil si Asha.
"Apa?"
"Gue..."
"Hm?"
"Gue kok kangen ya sama Michael?, gue kangen sama Ina, Ana. Udah beberapa bulan mata batin gue ketutup, Van... gue pengin ngelihat mereka lagi Van. Gimana ya?", ucap si Asha.
"Minta ke bang Firgi suruh di buka", ujar Vania dengan santai.
"Sejak kapan abang gue bisa gituan?", tanya Asha yang mengangkat 1 alisnya.
"Mmm gak tau sih", sahut Vania.
"Hmm", gumam si Asha.

Saat pertandingan final hendak di mulai, semua murid yang melihat lomba itu sekuanya bersorak-sorak. Layar proyektor dari panitia juga bertuliskan, SMA Savana VS SMAN Dirgata. Wow!?.
Saat panitia muncul di layar proyektor, ia kemberi aba-aba untuk memulai pertandingan.
"Ok, untuk SMA Savana, dan SMAN Dirgata untuk bersiap ya. Cek cek, 1 2 3," ujar Panitia itu, yah... panitia tidak di wakili oleh guru, melainkan oleh salah satu murid biasa, hahaha.
Tapi... tiba-tiba...

Dep!
Lampu di lapangan khusus SMA Savana mati!, bukan hanya lampunya saja... layar proyektornya juga mati!.
"Cek cek... semuanya liat ke arah layar proyektor", ucap lelaki itu yang mengambil alih mikecrofone.

Dep!
Layar proyektor pun menyala lagi, dan... sebuah video menyala?!.
Asha, Vania, Kela, Viola, Zira, Alexa, Sabrin, dan... TIO?!, semuanya terbelalak tak percaya melihat video itu!.
"BAGAIMANA BISA?!", geram Zira di dalam hati.
"APA-APAAN INI?!. SIAPA YANG-"
"Jadi semua ini?!. Perkiraan gue bener!", geram Vania.
"Hah?!, Natasha?!", kaget Viola dan Kela.
"Jadi... selama ini..., arrghh!, Zira!?", geram Tio yang menggertakkan giginya.
"Deo...", ucap Asha di dalam hati, ia langsung berdiri sendiri. matanya mulai memanas, wajahnya memerah, lagi-lagi Asha menumpahkan air matanya, kepalanya mulai pusing tapi doa berusaha fokus agar tidak terlalu mengingat kejadian kelamnya itu. Karna, yang sedang di putar di layar proyektor adalah video saat Asha di pukuli dan di cacimaki oleh Zira, Karisma dan teman-temannya!.
"Aku, aku dan temanku sudah merekam kejadian ini dari dulu. Kalian tau kan soal Natasha yang terkena tekanan batin?, ini buktinya. Zira", jelas si Deo di mikecrofone.
Untung saja di lapangan itu sama sekali tidak ada guru, karna... para guru sedang rapat sendiri.
"Iihh gitu banget?!"
"Ya ampun itu kan kak Karisma!"
"Kok Natasha sampai di kayak gitu sih?!"
"Bukannya Natasha baik ya?"
"Eh jadi selama ini... gosip yang dulu itu hoax"
"Ii-ini udah termasuk kekerasann!"

Ucapan demi ucapan terlontarkan oleh para siswa di lapangan futsal itu.
Sedangkan Asha, dia membelalakkan matanya dan terjongkok sembari memegangi kepalanya sendiri, dia benar-benar berusaha keras untuk mengontrol emosionalnya, sama dengan Tio, dia tak percaya soal kejadian yang sebenarnya ini. Hatinya serasa terkikis sekali!.
Sedangkan Zira, dia masih kebingungan mau kabur kemana lagi, karna di lapangan itu benar-benar sangat ramai.
Tiba-tiba...
Lelaki satu ini berjalan dengan santai ke tengah-tengah lapangan. Dan...




Natasha The Indigo Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang