41. Penjelasan Natasha

255 13 0
                                    

Sudah 2 hari Asha hanya duduk di kursi roda dan sering melamun. Entahlah, mungkin kejadian itu benar-benar merusak batinnya. Ternyata kaki Asha juga terkena luka dalam, dan tidak bisa untuk berjalan saat ini, karna itu ia menggunakan kursi roda terus.
Asha benar-benar tidak bisa di ajak bicara, padahal kejadian itu sudah 3 hari berlalu, tapi baginya... kejadian ini benar-benar membekas. Bagaimana tidak?, Natasha sudah di rendahkan, bahkan di lecehkan dengan omongan yang tidak senonoh.
"

Natasha, kamu inget gak?, waktu kamu nyanyi di panggung pentas seni. Kamu nyanyi sampe nangis-nangis lhoo. Tapi suara kamu merdu banget. Sha, coba keluarin suara kamu dong, aku pengin denger", ucap Tio di sebelah Asha.
"Sha, sudah 2 hari kamu cuek ke aku lho. Aku pulang dari sekolah langsung kesini itu demi kamu, aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa", ucap Tio yang mengelus rambut Asha yang mulai panjang.
"Sha, rambut kamu tambah panjang ya, dulu kan cuma sebahu, sekarang udah sepunggung. Tapi cantik sih", ujar Tio yang tersenyum kecil.
Setiap ucapan yang dikatakan oleh Tio tidak di gubris oleh Asha, dia benar-benar diam seperti patung. Sama sekali tak bersuara, wajahnya pun agak pucat karna Asha susah kalau disuruh untuk makan.
"Natasha makan ya, dari tadi siang kamu belum makan. Makan ya?, sesuap aja gak papa kok, yang penting perutnya udah diisi walopun cuma sedikit", jelas si Tio yang mengambil semangkuk bubur.
Saat Tio memberikan sesendok bubur dan menyodorkannya ke mulut Asha, Asha tetap saja tidak mau membuka mulutnya.
"Sha... buka mulut kamu ayo, makan sedikit aja", ucap Tio dengan lembut.
"Natasha...", panggilnya.
"Sha jangan kayak gini ya, kapan kamu sembuh nantinya?. Temen-temen udah nungguin kamu lho, kasian Vania duduk sendirian di kelas", jelas si Tio yang membujuk Asha. Tapi tetap saja, hasilnya nihil.
Saat Tio memperhatikan pandangan Asha, dia benar-benar melamun, pandangannya begitu kosong dan sayu. Tapi anehnya, Asha seperti ingin menutup matanya, dan anehnya juga, Asha seperti menahan rasa sakit.
"Asha kamu gak papa?", tanya si Tio.
"Asha kamu kenapa?, kok kayak gak kuat?, Asha kalo sakit bilang Sha", ujar si Tio.
Tiba-tiba...

Brukh
Ternyata Asha jatuh pingsan!, untung saja dia ada di kursi roda. Yang di pegangi oleh Tio.
"Asha!?, Asha kenapa Sha?!. Asha bangun!", teriak si Tio mulai panik.
Tio yang menopang tubuh Asha, karna hampir saja jatuh kedepan, Tio langsung memeluk Asha, dan mencoba menggendong si Asha untuk di pindahkan ke ranjang.
"Asha!, Asha bangun Sha!", panggilnya berulang kali.
Tio yang tak bisa menyadarkan si Asha, dia langsung keluar dari kamar VIP dan mencari dokter psikis yang biasanya memeriksa kondisi Asha. Mungkin hanya Tio yang sedang menjaga Asha saat ini, pasalnya mama dan papa Asha sedang pulang sebentar, sedangkan si Firgi... dia ada band di kampusnya.
Sebenarnya bukan hanya Firgi saja, seharusnya banStarPisces akan tampil di lomba band sekabupaten, tapi si Vania mengundurkannya karna kondisi Asha yang tidak mungkin untuk beraktifitas.
Dokter mengatakan, jika Asha sudah terkena penyakit psikis depressed. Dan, Asha tidak di  berbolehkan untuk bertemu semua teman-temannya. Tapi jika beberapa mungkin masih boleh.
"Asha bangun Sha...", ucap Tio yang menggenggam erat tangan Asha.
"Biarkan Natasha tertidur dulu ya nak Tio. Dia hanya kelelahan saja", ujar pak dokter.
Tio hanya mengangguk pelan, sedangkan dokter itu sudah keluar dari kamar Asha.
"Natashaaa... cepet sembuh ya", ucap Tio yang ikut menidurkan kepalanya di pinggir ranjang.

Pukul 15:34
"Gimana kabar Asha?", tanya Zidan.
"Katanya sih masih parah, dia gak mau bicara sama sekali", ucap Viola.
"Sebenarnya siapa yang tega mengeroyok Asha hingga seperti ini?", ucap Kela.
"Arrghh!!!. Siapapun pelakunya!, dia gak akan kabur dari gue!", geram si Vania yang mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Michael... Ina, Ana... kenapa lo semua gak mau bilang dan jelasin ke gue soal ini. Gue tau kalo mata batin Asha udah tertutup waktu kejadian itu", gumam Vania di dalam hati.

Sementara itu...
Asha sudah terbangun dari tidurnya, dia merasakan ada yang menggenggam erat tangan kanannya, ia sudah mulai tidak menghiraukan sekelilingnya lagi. Kali ini si Asha menengok ke sebelah kanan, dan rupanya Tio tertidur disini.
Tangan kiri Asha mencoba menepuk kepala Tio dengan perlahan.
"Alwi Natio... hi", ucap Asha lirih dengan suaranya yang agak serak.
Tio yang tertidur lalu mendengar namanya terpanggil, ia menaikkan kepalanya.
"Natasha... kamu udah sadar?, kamu kok jadi gak mau bicara gitu sih?", ucap Tio.
"Yah...", sahut Asha singkat yang menudukan kepalanya.
"Tio... kenapa kamu setia banget sama aku?", tanya si Asha. Tapi tiba-tiba, Tio justru memeluk Asha dengan erat.
"Sha gue kangen sama elo, gue gak mau kehilangan elo Sha", ucap si Tio.
Asha hanya terdiam sekejap, dia tak membalas pelukannya, melainkan mendorong Tio agar terlepas dari pelukannya.
"Aku gak tau", ucap Asha yang menekuk kedua lututnya.
1 menit...
2 menit...
5 menit...
7 menit...
"Tio. Gimana kabar temen-temen?", tanya si Asha. "Baik-baik aja. Dan... mereka katanya rindu banget sama kamu", ucap si Tio.
"Aku pengin pulang", sahut si Asha yang menatap ke arah Tio.
"Tapi kamu kan belum sembuh", jelas si Tio.
Asha tak menggubris balasan Tio, dia langsung turun dari ranjangnya, Tio pun langsung menuntun si Asha untuk duduk di kursi roda.
"Tio aku pengin keluar, males disini terus", ujar Asha. "Yaudah, kita ketaman yuk", ucap Tio sembari mendorong kursi roda itu.
Mereka pun langsung pergi ke taman depan  ruangan VIP, Tio langsung duduk di bangku taman, sedangkan Asha masih ada di kursi roda.
"Tio, aku mau bicara serius sama kamu", ucap Asha.
"Tio, kenapa elo setia banget sama Asha?. Sedangkan Asha udah rapuh kayak gini, Asha punya penyakit, Asha sering sakit-sakitan, Asha bukan cewek yang sempurna. Tapi kenapa Tio mau sama Asha?", tanya si Asha meyakinkan. Tio yang mendengar setiap kata yang di lontarkan oleh Asha, dia langsung terkejut.
"Natasha... jawaban aku cuma singkat. Ya, karna... kamu itu cinta pertama aku. Aku gak memandang diri kamu lemah ataupun tidak sempurna. Dimataku diri kamu itu tetap sempurna Sha, kamu wanita yang sangat kuat", jelas si Tio.
"Tio, aku mau bilang serius lagi", ucap Asha. "Kita..."
"Apa Sha?", tanya Tio mulai penasaran.
"Kita... Kita udahan ya", ucap Asha singkat yang mendengus nafasnya dengan berat.
"Maksud kamu?!", tanya Tio mulai kebingungan. "Iya, kita udahan", ucap Asha singkat.
"Sha ini gak mungkin kan?. Kamu mutusin aku?", tanya si Tio yang berjongkok menghadap ke arah Asha. "Ya", ucap si Asha sangat yakin. Tio yang yang tadinya berjongkok, sekarang ia berdiri dan menatap serius ke wajah Asha.
"Kenapa Sha?!. Tapi, aku bener-bener sayang sama kamu", ujar si Tio.
"Selama ini aku cuma jadiin kamu bahan pelampiasan aku aja kok", jelas si Asha tak banyak basa basi, Asha tak sadar bahwa air matanya sudah menetes.
"Sha kamu bohong. Ini bercanda kan?!", kaget si Tio dengan nada yang naik 1 oktaf.
"Nggak kok. Aku serius, aku cuma buat kamu bahan pelampiasan aku. Daripada kita lanjutin hubungan ini, mending kita putus", sahut si Asha.
Kata-kata nya yang serius dan tak bisa di prediksi ini bohong atau tidak, intinya... penjelasan si Asha membuat hati Tio tertusuk sekali, Tio yang sudah berjuang mendekati Asha, menolong Asha... menemani Asha saat ia oprasi, dan saat ini juga... semuanya adalah usaha yang sia-sia di fikirannya. Sedangkan Asha, dia menahan tangisannya.
"Terserah kamu, kamu mau benci aku atau tidak. Tapi aku sudah melepaskan kamu dari penjara ini", ucap si Asha.

Prokk prok prrok

"Tanks you for time", ujar si Tio.
"Gue bakal menjauh dari elo. Makasih atas semua sandiwara nya. Lo bener-bener pinter ekting soal cinta ya Sha", jelas si Tio yang meninggalkan Asha.
Wajah Tio memanas, rahangnya mengeras, matanyapun terasa memanas juga. Entahlah, antara sakit hati dan amarahnya semuanya menjadi satu, rasanya benar benar terpukul sekali.
"ARRRGHH!!!, GUE UDAH SALAH MENILAI ELO SHA!!", geram Tio di lorong koridor yang sepi.







Natasha The Indigo Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang