Asha terdiam sekejap setelah memikirkan soal postingan itu. "Masa sih?, sampe segitunya?. Emangnyaa apa salah Asha?," celetuk Asha.
"Natashaa... dari pada kamu mikir-mikir gak jelas, mending kamu mainan piano aja yuk bareng sama aku. Aku kangen lho sama permainan piano kamu," pinta si Alvin.
Asha hanya mendengus pelan, dia mengikuti apa yang di katakan oleh Alvin.
Asha langsung masuk ke ruang kedap suara disebelah kamarnya. Itu adalah ruang dimana Asha membuang seluruh keluh kesahnya, menuangkannya ke semua alunan suara yang merdu
"Lagu apa ya?," gumam Asha kebingungan sambil duduk di depan pianonya. Asha menggunakan piano yamaha B1 SC2 Silent upright. Sebenarnya Asha lebih sering menggunakan grand piano yamaha tipe C7. Tapi piano itu sudah di pindahkan ke tempat neneknya di bandung, karna... si Asha sengaja membeli drum, dan memakan tempat.
"Sha, aku riquest dong," pinta si Alvin sembari duduk di sebelah Asha. "Apa?," tanya Asha. "Angel without wings, sama... snow in my heart," ucap Alvin. "Ok ok," sahut Asha.
Dia mulai membuka buku panduan not balok di atas piano-nya. Beberapa detik kemudian, Asha mulai meletakkan jemarinya ke tust piano. Ia pun langsung memainkan piano itu.Alvin mendengarkan permainan piano Asha dengan memejamkan matanya karna si Asha itu selalu menghayati setiap jengkal musik. Inilah kemampuan si Asha. Dia bisa begitu mudahnya menguasai musik. Rasanya, semua bunyi suara yang di dengar Asha itu mengalir seperti air di sungai, seperti salju kecil yang turun dari langit dan menyejukkan hati.
Beberapa menit kemudian, Asha telah selesai bermain piano-nya. Sekarang dia tertarik dengan drum yang tepajang itu.
"Kuylah, sekali-kali berisik sebentar. Ahahaha," celetuk si Asha. "Inaaa Anaaa kalean di mana sih?. Gak guna banget dah, gak nongol-nongol dari tadi," teriak si Asha.
Alvin yang melihat tingkah Asha, dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya."Natasha aku ada di sini," ucap si Ana.
Asha langsung kaget, dia mencari asal suara itu, menengok ke kanan dan kekiri, tetapi tetap saja tidak ada keberadaan si Ana. Lalu si Alvin mengode Asha. "Noh di atas," ucap Alvin.Jjrreeengg!!!
"HUWAAAA ALVINNN!!!," teriak Asha kaget, karna melihat Ana dan Ina yang menapak di atas atap, dengan kepala yang berada di bawah seperti kelalawar. Apalagi mata Ana yang tiba-tiba melotot seperti pocong!. Ahahaha. "ANJAY, KALIAN NGAPAIN SIH AH!, NAKUTIN MULU!," kesal si Asha.
"Maafkan kami Natasha," ucap Ana yang sudah berada di samping Asha dengan menundukkan kepalanya karna merasa bersalah. "Eh, gak papa kok. Aku yang seharusnya maaf. Uuu, maaf yaaa, tadi aku reflek. Jadi... gak sengaja nggentak kalian," jelas si Asha. "Sini peluk," tawarnya sembari melebarkan kedua tangannya. Ina dan Ana langsung terjun ke pelukkan Natasha itu. Malaikat yang sangat baik hati. Walaupun sifatnya seperti anak kecil. Ahahaha."Ana sama Ina enak ya, masih bisa peluk si Asha. Sedangkan aku?. Haaa takutnya nanti di jambak sama Tio", celetuk Alvin merengek tak jelas. "Kalo gue bukan pacar Tio, elo maksa buat meluk gue, gue juga gak akan pernah mau co!," sahut Asha menatap sinis ke arah Alvin.
"Bang Alvin belum beruntung", ucap Ina yang membuat Asha menengok kepadanya.
"Iiih, ih ih ihh, udah mau ngeluarin suaraa niiih", ucap Asha terkagum-kagum.
"Emangnya aku bakal membisu terus", ketus si Ina yang memutarkan bola matanya. "Nah gitu dong, sering-sering bicaraaa. Kan ngeliatinnya lucu gituu, tambah imut," ucap Asha.Sementara itu... di belahan bumi lainnya...
"KELAAA!, kenapaaa?!, kenapa hati ini rasanya sedih sekaliii?!," celetuk cewek itu seperti memohon kepada tuhan dengan menyebutkan nama si Kela. Kela hanya menatap datar ke arah cewek itu dengan bosan.
"Kelaaa?!. Oh Kelaaa!, aku gak bisa hidup tanpa Natashaa kuuu!!. Natashaa gak berangkat hari inii?!. Rasanyaaa, serpihan hatiku menghilang," celetuknya lagi.
Rupanya dia adalah Vania!. "Van, ll-loo duduk aja deh. Gg-ggue geli liat elo kayak orang gila gitu," ucap Kela menyuruh si Vania. "TAPI GUE KANGEN SAMA ASHAAA!!!. KELAA YANG CANTIK!, YANG BADANYA SEKSIHH, KALO DI LIHAT DARI SAMPING!," cetus Vania tak henti-henti."Van, udah deh. Elu tu kayak di tinggal sama pacar aja," ucap Viola mulai kesal. "Eh, ada yang jual es cream panas gak?. Gue pengin ngasih itu, buat ngirim ke Natasha. Sekalian ngeband di rumah Natasha. Oh iya!, mumpung Natasha udah ada drum baru. Kuylah!, kita ngeband di sana!. Ngajak kak Rena sekalian. Btw, si burung beoo... kagak usah ah, dia kan..," oceh si Vania.
"Sumpah ini orang kayak udah kehabisan obat aja," kesal Viola dengan pandangannya yang masih melihat tingkah temannya itu.
"Woy!, gue nawarin kagak ada yang jawab?!," cetus Vania yang membuat Kela tersentak. "Oke deh oke, kapan emangnya?," tanya Kela dengan baik-baik. "NANTI!, JAM 2 MALEM!," sahut Vania yang mengegas!. "Van, bisa gak?. Seharii aja, kalo jawab pertanyaan temennya itu gak usah ngegaz!," pinta si Viola yang memegangi dan memijit pelan kepalanya.
"Ini udah fotokopian dari sananya, gak bisa di rubah. Kalo mau di rubah nanti bikin bubur merah putih lagi, sekalian ganti nama," sahut si Vania dengan santainya.
Kela dan Viola hanya memutarkan bola matanya karna kesal. Lalu si Kela langsung kebingungan dengan salah satu postingan yang terpajang di medsos nya itu."Van, lo tau gak?, maksud komentar ini?. Biasanya kan elo ahli logika,"ucap Kela menyodorkan ponselnya. "Lhoh?, ini kan foto Asha sama Tio yang ada di panggung kemarin?. Emangnya kenapa sih?," bingungnya tak faham.
"Coba, baca tuh captionnya, terus... liat setiap komentar dari @ZiraArara_11," jelas si Kela. Vania langsung memperhatikan setiap kata yang terpapar di postingan itu. Dia menyambungkan arti, dari caption dan salah satu komentar, yang bertuliskan sepakat kan Co?. Ok, udah kita rencanain.
Vania mulai sedikit mengerti, dan akhirnya... dia sudah tau apa arti semua postingan itu."Ini soal kejadian yang di sungai itu... dan.. Asha. Mm, iya gue paham. Jadi gitu ya?, hhh berani-berani nya ni bocah. Awas aja lo," ucap Vania bergumam sendiri sambil memunculkan senyuman miringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natasha The Indigo Angel
Novela Juvenil[SUDAH TERSEDIA DI GUEPEDIA INDONESIA] Saat umurku menginjak 17 tahun, tak di sangka mata batinku terbuka. Aku bisa melihat 'mereka' Aku benar benar bingung, apakah semua ini karna aku yang menginginkannya? Dan tuhan mengabulkan permintaanku karna a...