010

3.5K 175 0
                                    

Hari ini Aisyah kembali dipanggil oleh Naira untuk ke kediaman Alexander, karena orang tuanya masih pergi untuk mengurus perusahaan yang berada di cabang lain. Ketika sudah mendapat izin dari paman dan bibinya, ia langsung berangkat dengan sepeda ontel kesayangannya.


Maxilliam Pov

Kok gue jadi penasaran sama si Aisyah yaa, kenapa wajahnya harus ditutup seperti itu, apa wajahnya jelek? Bahkan, ketika makan pun gue kira dia bakal lepas tuh penutupnya tapi sayang hasilnya nihil.

Padahal gue udah seneng tuh pas Sis Nai ngajak Aisyah makan bareng, karena gue kira dia bakal buka tu penutupnya, tapi kalau dilihat dari matanya yang berwarna hazel dan bulat, bulu matanya yang panjang dan lentik, terlihat sangat cantik dan indah.

Baru pertama kali gue liat cewek model gitu. Oh iya kenapa gue nggak tanya sama Sis Nai aja yaa, begitulah gumaman yang keluar dari mulut Maxilliam.

Lalu, gue pun turun kebawah untuk mencari Sis Nai. Setelah gue bertemu dengannya gue langsung to the point menanyakan tentang Aisyah.

"Oi Sis, gue mau nanya dong. Tu si Aisyah kenapa wajahnya ditutup kek gitu? Emang wajahnya jelek apa? Pake ditutup-tutupi segala, risih gue liatnya. Eh tapi sih kalau diliat-liat dari matanya dia sepertinya cantik deh, Sis. Lo tahu nggk Sis kenapa dia wajahnya ditutup gitu?" tanya gue ke Sis Nai sambil menjatuhkan badan gue di di sofa yang paling empuk.


"Oi Sis, gue nanya malah bengong lo", kata gue sambil menyentil kepalanya.

"Ah, oh itu tuh namanya cadar dek atau bisa disebut niqab sama aja lah pokoknya kek gitu. Intinya penutup wajah, deh. Kenapa nanya-nanya tentang Aisyah, suka lo yaa ma dia?" goda sis Nai sambil menaik nurunkan alisnya.

"Iyee, buk--" Belum selesai gue ngomong tiba-tiba malah ada yang ketok pintu.

"Nah, yang dibicarain dah dateng."

Yang dibicarain dah dateng? Apa itu maksudnya Aisyah? batin gue.

End Maxilliam Pov

Aisyah langsung memencet bel rumah yang ada di hadapannya. Hingga akhirnya muncullah Naira yang membukakan pintunya.


"Aduh, untung aja Aisyah nggk ngetuk pintunya. Kalau nggak, bukannya pintu yang diketuk, eh malah kepala Kak Nai yang di ketuk sama tangan mulus Aisyah ini," ujar Aisyah dengan cengiran dibalik cadarnya, dan Naira bisa mengetahuinya melalui mata Aisyah yang bulat menjadi sipit.

Dengan mata yang memutar malas Naira menjawab, "hmm.. Pede banget, Syah, tangannya mulus. Lagian kalau kepala Kak Nai ke ketuk pun nggk bakal sampai benjol, kok. Yaudah yuk, kita langsung ke kamar Kak Nai aja."

Keduanya langsung bergegas menuju kamar Naira yang membutuhkan perjalanan hampir beberapa menit. Wajar saja rumahnya sangat besar,  dan mempunyai beberapa ruangan.

Di dalam rumah ini, dilantai bawah terdapat 5 kamar tidur, 2 ruangan tengah, 2 dapur, dan 3 kamar mandi.
Sedangkan dilantai kedua terdapat 5 kamar tidur, 2 ruangan olahraga, 3 kamar mandi, dan 1 ruangan perpustakaan. Di lantai ketiga itu terdapat rooftop untuk bersantai ria. Di mana di dalam rooftop itu terdapat tanaman hijau yang asri dan dipenuhi oleh beberapa bunga sehingga terlihat sangat Indah. Di setiap lantai disediakan 1 kolam renang yang lumayan besar. Sedangkan kamar Naira terdapat di lantai kedua.

Aisyah ✔ (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang