035

3.3K 138 0
                                    

Setelah kemarin mendapat kabar tentang kecelakaan Alexander. Rudy, Intan, Dika, Samuel, Seyra, Maxilliam, Aisyah, Naira, Faishal, Rena, Reyhan, Andien, Kevin, Ardilla, Zidan, Kenzo, Auryn, Meysa, dan Dion beserta anak-anak dari mereka langsung berangkat ke francisco menggunakan jet pribadi milik Dika, Rudy, Samuel, dan Ashilla.


Kini mereka sedang bersiap-siap untuk pemberangkatan ke Francisco. Ardilla dan Zidan pun ikut serta dengan mereka dengan alasan setelah menjenguk Alexander mereka akan berbulan madu.

Setelah semuanya selesai mereka menaiki jet pribadi sesuai dengan keluarganya masing-masing.

Selama dalam perjalanan menuju Francisco, Naira tidak henti-hentinya menangis karena ia takut Alexander kenapa-kenapa. Apalagi setelah mendengar bahwa Alexander sangat kritis. Percayalah, hanya Alexander yang Naira dan Maxilliam punya selain keluarga dari pasangannya.

Faishal yang biasanya ribut dan absurd, kini menjadi serius dan selalu setia menenangkan Naira.

"Humairaa.. Laa tahzan. Berdoa lah terus kepada Allaah, semoga Daddy tidak kenapa-kenapa," ujar Faishal lembut yang masih mendekap Naira dalam pelukannya.

"Aku.. Aku, ta-takut Mas. Aku takut Daddy pergi, sep--" lirihan Naira di potong oleh Faishal.

"Sssth.. Jangan bicara seperti itu, Humaira. Berdoa lah terus untuk kebaikan Daddy. Lebih baik, sekarang kamu tidur ya. Nanti jika sudah sampai, Mas akan bangunin kamu," ujar Faishal sangat lembut sambil sesekali mengecup kening Naira. Naira hanya mengangguk sebagai jawabannya, sambil mencari posisi nyaman dalam dekapan Faishal.

"Tumben tu anak nggk absurd kaya biasanya," celetuk seseorang sangat pelan, sampai orang yang sedang dibicarakannya tidak mendengar.

"Huush.. Mas, nggk boleh gitu. Ini suasananya beda. Bagus dong kalau anak kita nggk absurd kaya kamu," balas Seyra sambil mencubit perut Samuel. Ya, siapa lagi kalau bukan Samuel yang suka nyeletuk.

---

Sedangkan di posisi Maxilliam. Sama hal nya dengan Naira yang menangis, ia memang sudah tidak menangis, tapi tatapan matanya kosong.

Sebenarnya Maxilliam ingin menangis, namun ia berusaha sekuat mungkin untuk menahan tangisnya dengan cara melamun.

"Maaas.." tegur Aisyah mengusap tangannya ke bahu Maxilliam.

"Mas jangan kebanyakan melamun. Berdoa lah semoga Daddy tidak kenapa-kenapa," ujar Aisyah dengan tersenyum manis.

"Butuh pelukan?" tawar Aisyah yang langsung di angguki oleh Maxilliam meski hanya anggukan lemah.

Aisyah langsung membawa Maxilliam dalam dekapannya. Aisyah juga sedih mendengar bahwa Alexander sedang kritis. Tapi, ia berusaha untuk bisa tegar. Jika aku lemah, siapa yang akan menguatkan suamiku?, pikir Aisyah.

Entah kenapa dekapan Aisyah terasa nyaman untuk Maxilliam, membuat air mata yang sedari ia tahan turun begitu saja. Bahkan kini, badan Maxilliam sudah bergetar karena tangisnya yang semakin deras.

Aisyah juga tau bahwa Maxilliam sedang menangis, terlihat dari tubuhnya yang bergetar dan jilbabnya yang basah. Mengetahui bahwa suaminya menangis, ia mempererat pelukannya dengan tangannya yang mengusap punggung suaminya untuk menyalurkan kekuatan.

Aisyah ✔ (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang