016

2.9K 163 2
                                    

^^

Memang mengadukan semua yang kita rasa kepada Allaah, sang pemilik hati adalah yang utama.
Tapi, kita juga membutuhkan solusi untuk apa yang kita hadapi, bisa saja ada seseorang yang menjadi perantara dari Allaah untuk memberikan solusi terhadap apa yang kita rasakan.

°Aisyah°

***

"Aisyah, Ya Allah, kenapa kamu mabuk lagi, Nak?" tanya Almiera, ibu dari Rebecca yang terkejut ketika melihat anaknya jalan sempoyongan dari arah pintu.

"Udah gue bilang, panggil gue dengan nama Rebecca," ujar Rebecca dingin, dan sedikit serak akibat alkohol,

"Iya nak, iya. Ayo, Ummi antar ke kamar, ya," ajaknya kepada Rebecca, namun dengan cepat anaknya itu malah menepis tangan Almiera dengan kasar yang tiba-tiba sudah berada di pundak anaknya itu, membuat Almiera hampir terjatuh ke belakang.

"AISYAH! YANG SOPAN KAMU SAMA UMMI KAMU!" bentak Dika, Ayah dari Aisyah yang baru pulang dari tempat kerjanya. Ia langsung terkejut ketika melihat Aisyah menepis tangan Almiera dengan kasar.

"AISYAH.. AISYAH.. AISYAH.. BOSEN GUE DENGER NAMA ITU! UDAH GUE BILANG, PANGGIL GUE RE. BEC. CA!" balas Rebecca tidak kalah dengan Dika.

Rebecca langsung masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu dengan kasar, sehingga menimbulkan suara yang sangat kencang.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Aisyah yang tidak terasa pipinya sudah basah dengan air mata yang mengalir deras. Ia menyesali dirinya di masa lalu.
Tapi, bukankah setiap orang bisa berubah? Begitulah yang dipikirkan Aisyah.

Aisyah berjalan untuk membuka pintunya, "Aisyah ayo kita mak-- loh Syah, kamu kenapa nangis?"ajak Rena ketika makan malam telah siap, namun ia terkejut ketika melihat pipi Aisyah yang basah.

Dengan senyum getirnya, Aisyah menjawab, "Tidak Mbak, Aisyah tidak apa-apa. Iya sudah, bentar ya Mbak, Isyah cuci muka dulu abis itu, Isyah nyusul ke meja makan," sambungnya yang hanya mendapatkan anggukan dari Rena.

Setelah itu, Aisyah langsung menuju meja makan dan makan malam bersama. "Assalamu'alaikum Paman, Bibi, Mbak Ren," salamnya dengan ceria.

Aisyah menyembunyikan kesedihannya itu dengan keceriaannya. Tidak lupa ia memoleskan sedikit bedaknya untuk menutupi mata sembabnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka serempak.

Aisyah langsung duduk di kursi yang kosong, dan mulai makan bersama dengan suasana yang hening, hanya suara dentingan sendok dan piring yang berbunyi.

---

"Kau tahu? Kenapa harus ada Bintang dan bulan dimalam hari?" tanya seorang wanita yang kini sedang menatap langit yang indah bersama kekasihnya yang tiduran di paha seorang wanita itu.

"Nggk, emang kenapa?" tanya sang kekasih bingung.

"Malam hari itu bersifat gelap dan pekat 'kan? Bulan hadir untuk menyinari gelapnya malam, dan Bintang datang untuk menghiasi pekatnya malam menjadi indah.

Aisyah ✔ (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang