017

3.1K 156 0
                                    

^^

Dia, adalah seseorang yang bisa membuat aku tahu bagaimana rasanya mencintai dan dicintai.
Tapi Dia juga yang sekarang sudah mengisi hatiku, meski aku tau itu tak mungkin, karena kita berbeda.

°Aisyah°

***

Hari ini adalah hari Jum'at, dimana Aisyah selalu menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak kecil yang berada di rumah yang Aisyah beli satu tahun yang lalu. Bisa dibilang rumah itu adalah panti asuhan, di mana mereka semua sudah tidak mempunyai keluarga.

Keluarga Rudy pun sudah mengetahui kalau Aisyah mempunyai panti asuhan, dan sering ke sana setiap hari jum'at, dari pagi hingga sore.

Anak-anak itu adalah anak kecil yang memang mau belajar tentang agama islam. Tempat itu berisi anak kecil yang beragama islam bahkan ada juga yang nonis.

Di sana juga ada beberapa pengajar yang masih muda seumuran dengan Aisyah, dan beberapa wanita paruh baya yang ditugaskan untuk memasak, mereka semua beragama Islam.

Nama panti asuhan tersebut bernama Ar-Rahman, kenapa dinamakan Ar-Rahman? Entahlah Aisyah sendiri pun tidak tahu, hanya saja ia menyukai surat tersebut, bahkan ia bermimpi suatu hari nanti akan ada yang melantunkan surat Ar-Rahman di hari spesialnya nanti.

Bahasa apa yang  dipakai di tempat panti asuhan? Sebenarnya memakai bahasa inggris, tapi karena Author tidak bisa bahasa inggris, bahasa inggris pun Author masih sering translate, jadi percakapan yang Author tulis pakai bahasa Indonesia ok!, hehe..

"Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh," salam Aisyah dibalik pintu,

"Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh," jawab Meysa sambil membuka pintu, dan senyumnya terbit ketika mengetahui bahwa Aisyah lah yang datang berkunjung.

Meysa Azzahra, dia merupakan salah satu pengajar di Panti Asuhan juga yang usianya sama dengan Aisyah hanya berjarak beberapa bulan. Ia merupakan sahabat dari Aisyah, mereka bertemu ketika Aisyah sedang berada di sebuah toko kue dan tidak sengaja mereka bertabrakan.

Meysa merantau jauh ke negeri orang hanya untuk kuliahnya, dan mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter.

Meysa sendiri tadinya tinggal ngekost di sekitaran universitasnya, tapi Aisyah mengajak Meysa untuk tinggal di Panti sembari membantu Aisyah mengajar anak-anak panti.

"Kak Qiaaaaaaa," seru anak-anak  yang langsung memeluk Aisyah. Ia memang sering di panggil 'Qia' ketika berada di Panti.

"Hallo semuanya? Gimana nih kabarnya baik kaan? Terus-terus gimana pada kangen sama Kak Qia, nggk?" tanya Aisyah beruntun.

"Iiiih.. Kak Qia bawel, Kakak nanyanya banyak banget," ucap salah satu anak perempuan yang diperkirakan usianya tiga tahun.

"Iiiisssh, kok kamu gitu sih sama Kakak," ucap Aisyah dengan nada cemberut.

"Hahaha, Kakak kok lucu banget ciih, lina kan becanda, Kak," ucap Rina sambil mencubit hidung Aisyah yang tertutup cadar.

"Ya udah, ayok kita masuk, masa Kak Qianya nggk diajak masuk," ucap Meysa yang langsung di angguki semuanya.

"Qii, kamu duduk dulu ya, aku panggil Bunda dulu," ucap Meysa, Bunda disini adalah perempuan paruh baya yang sudah dianggap Bunda oleh semuanya, karena beliau lah yang paling tua.

Aisyah ✔ (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang