Bab 10 : Bintang

45 5 0
                                    

Satu bintang telah pergi dari tanah gelap bernama Desa Tumpah Sari ini. Sekarang hanya tujuh yang bersedia menerangi Desa Tumpah Sari hingga ke masa pencerahan. Mereka adalah Vega, Surya, Matahari, Kartika, Najam, Astarina, dan aku sendiri.

Surya menjadi laki-laki satu-satunya dalam Operasi Tumpah Sari ini setelah Bintang mengucapkan salam perpisahan kepadanya. Postur tubuhnya seperti model dengan rambut merah. Baru beberapa hari, kulit laki-laki keturunan cina-indo ini gosong seperti arang. Pria berumur 42 tahun ini ahli dalam bidang penyakit infeksi menular.

Membicarakan Surya, maka tak lepas dari Kartika, perempuan yang memakai cincin yang sama di jarinya. Wanita bertubuh seperti anak SMP ini adalah orang Solo asli. Dia mendapat lamaran Surya ketika masih duduk di sekolah kebidanan.

Jika Surya dan Kartika bergabung denganku karena mereka ingin membangkitkan desa, Vega hanya sekedar ikut-ikutan. Perempuan yang baru dua langkah di dunia medis ini mengira akan mendapat ilmu tambahan saat mengikuti operasi yang penuh keringat dan darah ini. Meskipun begitu, tak tampak penyesalan di wajah perempuan asal Jakarta ini.

Vega berbeda dengan Matahari. Wanita paruh baya yang belum menikah ini memang mendedikasikan dirinya untuk menolong sesama. Dialah yang paling aktif dalam mengobati pasien. Sekilas, wajah dan sikap wanita muslimah ini mirip dengan ibuku, Mariah.

Mengingat ibuku, kuingat dengan Astarina. Perempuan berusia 30 tahun ini adalah mantan murid Ibu yang sangat ahli dalam membongkar organ, terutama jantung. Kardiolog asal Semarang ini ikut serta dalam operasi karena ingin membalas budi Ibu dahulu.

Balas budi, salah satu alasan dokter mengikuti Operasi Tumpah Sari. Alasan ini juga dipakai oleh Najam. Perempuan tomboy lulusan UGM ini membalas kebaikanku yang merawat dengan baik ayahnya yang terkena komplikasi ginjal dengan meminjamkan mobil dan menyediakan makanan katering.

Ketujuh bintang yang tersisa merotasi Desa Tumpah Sari dengan segala kilauannya dan kehangatannya. Tanah gelap yang diisi hanya musim dingin ini kembali tersinari oleh matahari harapan yang terbit dari jiwa-jiwa penolong. Gemetar karena dingin yang menyengat pun secara perlahan-lahan melambat dan memudar dari tumbuhan-tumbuhan renta di Desa Tumpah Sari.

Kartika dan Astasari adalah bintang yang paling berkilau di mata anak-anak, lansia, dan orang tua warga Desa Tumpah Sari. Selain mengobati anggota keluarga yang terjangkit DBD, Kartika dan Astarina mengajarkan alfabet kepada mereka yang buta huruf. Mereka menggelar kelas dadakan di waktu-waktu sempit mereka. Berbekal papan tulis dan kapur, mereka berdua berjuang memberantas buta huruf di desa yang tidak memiliki satu pun sekolah.

SDN 03 Pagi adalah sekolah terdekat yang jaraknya 50 km lebih. Beberapa siswa dari desa ini harus berangkat sebelum azan subuh untuk sampai sebelum bel berbunyi. Jalan kaki adalah langkah yang tepat karena ada jalan pintas yang dapat memotong setengah waktu perjalanan. Akan tetapi, mereka harus melewati sungai besar, lembah dalam, dan bukit tinggi. Rintangan yang berat itulah yang menyebabkan setengah warga desa putus sekolah.

Dengan adanya Katika dan Astasari, beberapa tanaman kecil mendapat cahaya untuk berfotosintesis. Anak-anak dapat menyerap a-z ke otak mereka semudah beo meniru suara daripada lansia dan orang tua. Benih-benih masa depan Desa Tumpah Sari itu setidaknya dapat mengeja 'iya', 'tidak', dan nama mereka sendiri untuk keperluan masa depan.

Dokter bertugas untuk merawat luka fisik pasien. Namun, kami juga bebas untuk menyembuhkan pikiran yang buta akan pengetahuan seperti matahari yang menyinari. Selain itu, kami juga dapat menyumbangkan kehangatan-kehangatan kami yang tak terpakai di rumah.

Sekitar 70 pakaian bekas, 16 selimut, 7 handuk, dan 102 jenis kain yang berbeda-beda tiba di Desa Tumpah Sari dengan truk khusus. Semua benda itu adalah amanah yang disumbangkan oleh dokter, pasien, dan pengunjung Rumah Sakit Sejahtera. Akhirnya, kotak-kotak yang berjajar di aula RSS tidak sia-sia dengan tersenyumnya keluarga kecil yang menggigil di malam hari. Najam dan Vega adalah tersangka utama yang menyetir kegiatan ini.

Lakon SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang