3. Lagi? (rev)

57 11 0
                                    

Part ini ditulis oleh Nayzaashfa

Akhirnya aku merasakan suatu hal asing. Hal semacam dibunuh tapi tidak mati.

○○○

4 september, minggu

Yoshiko terbangun dari tidurnya. Ia berusaha mengingat kejadian sebelumnya.

Oh iya, kan aku nemenin mama di rumah sakit. Pantes aja aku ada di rumah sakit. Lupa hehe.

Pagi pagi batinnya udah bermonolog. Yoshiko melihat papanya masih tidur, mamanya juga. Ia melihat jam dinding.

Pantas aja masih tidur orang baru jam 3 pagi. Hadehhh

Yoshiko menepuk keningnya. Ia menghampiri papanya yang tertidur di sofa rumah sakit. Ia memegang kening papanya.
Panas. Yoshiko segera mengambil kain untuk mengompres papanya. Yoshiko mengambil handphone nya. Membuka instagram. Ada notif.

Chandra.aa menyukai postingan anda

Jujur saja Yoshiko ingin melompat girang. Ia semakin dekat dengan idolanya itu semenjak ia menghadiri konser sang idola beberapa bulan lalu. Ia saling bertukar nama medsos.

Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama.
Tiba tiba papa nya kejang kejang. Yoshiko panik langsung memanggil dokter.

Mamanya untung saja tidak bangun karena keributan itu. Kalau bangun mama pasti khawatir dan nanti malah ribet.

Papanya dibawa ke UGD. Yoshiko panik. Kenapa papanya tiba tiba seperti itu. Biasanya papa selalu ceria. Ia tak menyangka akan jadi seperti ini.

Ia takut kehilangan papanya.

Dokter itu lama sekali memeriksa papa. Berjam jam Yoshiko menunggu, hampir saja ia lupa kalau mamanya ada di rumah sakit yang sama. Ia pun menitipkan mamanya kepada seorang suster disana.

○○○

Dokter keluar dari UGD dan memindahkan papa ke ICU

Apakah papa separah itu? Kenapa papa tidak pernah menceritakannya pada ku?

Kristal bening hampir jatuh. Yoshiko berlarian mengejar dokter itu bersama papanya yang terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit.

"Pak dokter, izinkan saya masuk pak" Yoshiko menahan air matanya

"Maaf nak, tidak bisa. Kami harus segera menyelamatkan ayahmu" lalu dokter itu menutup pintu ICU

Yoshiko jatuh terduduk. Ia mencubit tangannya sekeras mungkin. Dan sakit.

Bukan mimpi,

Padahal ia berharap itu mimpi. Yoshiko menangis dalam diam. Dia menangis sambil sesekali menggigit bibir agar isakannya tak terdengar. Yoshiko merasa gagal sebagai anak. Dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sampai ia kurang memperhatikan kedua orangtuanya.

Yoshiko tau menangis takkan menyelesaikan semuanya tapi dengan menangis setidaknya ia bisa mencurahkan kepedihannya dalam buliran air mata.

Sambil menunggu dokter keluar, Yoshiko bergegas mencuci mukanya dan mampir ke ruang rawat ibunya.

Tak lama ia menghampiri dokter yang sedang memeriksa ibunya.

"Gimana bu dokter? Keadaan mama udah membaik kan?" Tanya Yoshiko penasaran

"Alhamdulillah, mama kamu sudah dibolehkan pulang hari ini" tersenyum

"Alhamdulillah, kalo gitu gimana administrasi nya dok?"

Lose You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang