_Cemburu_√

2.8K 308 3
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 6 • Cemburu
_______________________

Nakyung sudah berusaha sebesar mungkin untuk menahan kepalanya yang sekian waktu berjalan terasa berat. Padahal ia sudah menyangga dagunya dengan tangan, tapi tetap saja. Rasa pusingnya malah semakin menjadi. Dirinya memutuskan untuk menelungkupkan kepalanya diantara lipatan tangan. Kondisinya sekarang benar-benar tak bisa diajak diskusi.

Bu Suzy yang sibuk menjelaskan tak sengaja melihat salah satu muridnya tertidur, beliau ingin mengingatkan jika di kelas tak boleh tidur. Tapi karna Renjun langsung mengangkat tangan kanannya dan berisyarat jika muridnya itu adalah Nakyung yang sedang sakit. Bu Suzy memutuskan untuk mengurungkan niatnya.

Tak terasa tiga jam berlalu dengan cepat. Bu Suzy sebelum mengakhiri pelajarannya, beliau memberikan tugas yang harus dikumpulkan minggu depan. Dan beliau juga mengingatkan Haechan tentang tugas tambahannya untuk mengerjakan soal halaman dua puluh lima.

Nakyung tidur dengan nyenyak, beruntung ia tidak mendengkur, jadi tak perlu merasa malu nantinya.

Namun Nakyung tak lagi menyelami alam mimpinya, saat dirinya dibangunkan oleh Renjun sesudah Bu Suzy meninggalkan kelas diikuti para murid yang sudah dipastikan akan langsung menyerbu kantin sekolah.

"Kyung." Renjun memanggil pelan. Tak ada respon. Ia mengulang panggilannya, namun kali ini sambil menepuk-nepuk pundak Nakyung. Sebenarnya ia ragu karna lancang memegang pundak Nakyung, tapi mau bagaimana lagi. Renjun tidak mau Nakyung melewatkan jam makan siangnya. Takutnya Gadis bemarga Lee itu malah semakin sakit.

Nakyung yang terasa tidurnya terganggu. Langsung saja menganggkat kepala dengan kedua kelopak matanya yang masih setia menutup.

"Ha?" kata Nakyung sambil mengusap-usap kelopak matanya. Juga menguap pelan dengan ditutupi oleh tangan. Sedang beradaptasi dengan cahaya lampu kelas.

"Kamu lucu." Renjun berkata pelan.

"Eh, dia muji gua? Ah, tapi biasalah cecan gitu lho," batin Nakyung membanggakan diri. Ia memang dari dulu sudah kebal dengan pujian tentang dirinya yang lucu.

"Iya tahu, karna gua emang lucu dari lahir."

"Tapi itu ada sungai kecil."

"Maksud lo?" tanya Nakyung bingung.

"Itu dipipi kamu," kata Renjun sambil menunjuk pipi kanannya sendiri. Sedangkan Nakyung tak mau ambil pusing, langsung saja ia mengambil ponselnya diloker. Memeriksa ada apa dipipinya. Seketika rasa malu menyelimuti dirinya. Perlahan tapi pasti, Nakyung menjulurkan tangan untuk masuk ke dalam tasnya. Mengambil tisu basah lalu menghapus "sungai kecil" dipipi kanannya.

"Apa lihat-lihat?" ketus Nakyung saat tahu Renjun ternyata sedari tadi memperhatikan. Ia berusaha menutupi rasa malunya.

"Kan aku punya mata."

"Dih, jangan bilang-bilang ke murid-murid lho."

"Emangnya kenapa?"

"Pokoknya jangan bilang ke murid-murid. Karna kalo bilang gua bakal..." Nakyung menggantungkan kalimatnya. Sekiranya apa yang bisa mengancam Renjun untuk tutup mulut. Ia takut image-nya sebagai primadona sekolah tercemar sebab perihal "sungai kecil". Ia tak ingin Somi yang mengambil alih tempat primadona seluruhnya.

"Kamu bakal apa?"

"Apa aja boleh lah. Awas aja lo sampai ember sama murid lain."

"Iya, aku cuman bercanda. Lucu aja lihat muka kamu, merah."

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang