_Rencana_√

2K 255 4
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 15 • Rencana
______________________

Seperti biasa Jaemin akan mengantar Nakyung untuk pulang sekolah. Selama perjalanan menuju kediaman Lee, gadis bersurai hitam panjang legam itu hanya diam. Ia kini sedang melamun. Membiarkan kekasihnya berbicara sendiri, beruntung Jaemin tak menuntut jawaban dan terus berkicau.

Nakyung kini bingung dengan keadaannya sekarang. Tak tahu harus melakukan apa.

Angin panas yang tiba tiba saja menerpa wajah dan surainya saat motor matic (milik seseorang yang selama tiga bulan terakhir ini menjadi temannya) lewat. Dengan jok belakang milik orang itu diisi oleh seorang gadis yang memeluk erat dari belakang dan lelaki yang mengendarai terlihat nyaman nyaman saja, tak memberikan protes sedikit pun.

Bahkan canda tawa terdengar jelas terbawa angin menghampiri indra pendengarannya.

Nakyung tersenyum miris pada dirinya sendiri.

Seharusnya dirinya senang karna sudah mendapatkan apa yang diinginkan selama tiga tahun ini.

Seharusnya ia tak peduli jika lelaki itu bersama gadis lain yang bahkan hanya sekedar sahabat tak lebih. Karena ia tak tahu bagaimana nasib perasaannya jika gadis itu ternyata adalah kekasih lelaki itu.

Dan.

Seharusnya ia tak merasakan sakit, bagai kan ada tangan transparan yang meremat dada kirinya kuat. Berlebihan memang, tapi itu lah yang terjadi.

Nakyung terlalu sibuk dengan pikirannya sampai tak sadar menggigiti bibir bawahnya yang mulai berubah bengkak, beruntung tak mengeluarkan cairan merah pekat yang akan terasa amis jika tertelan.

Dan itu membuat kekasihnya dipenuhi tanda tanya di kepalanya. Menanyakan alasan dibalik bibir bengkaknya. Tapi Nakyung dengan gampangnya berbohong, mengatakan jika bibirnya gatal makanya ia gigit. Sebenarnya Jaemin tak percaya, tapi melihat mimik wajah kekasihnya jadi memilih untuk mengangguk paham. Dirinya ijin pulang dan menitip salam untuk Nyonya Lee.

Lee Nakyung masuk tanpa mengucapkan salam. Langsung menyelonong masuk ke dalam kamar. Merebahkan tubuhnya di atas single bad nya. Menatap atap dengan tatapan kosong.

Ia seperti merasa ada yang hampa.

Sampai dirinya tersadar sudah mulai petang, segera ia membersihkan diri. Dan kembali merebahkan tubuhnya. Kali ini pikirannya tak lagi kosong. Karena pikirannya sekarang terputar tentang pesan pribadi yang Renjun kirimkan tadi siang di sekolah.

Mulutnya mulai bermonolog sendiri dengan diselimuti perasaan kesal.

Ia menendang selimutnya, hampir saja terjatuh.

"Maksudnya dia apa sih?" Nakyung mulai bermonolog

"Si cupu nyuruh gua ngerjain tugas dari Pak Ceye sendiri, huh!" Kembali ia menendang selimut.

"Iya gua tau kalau ditolak itu gak enak apalagi kayak kemarin, kelewatan juga."

"Hwaaaaa. Terus gua harus apa??" Nakyung mengerucutkan bibir sedih. Ia bingung harus apa.

"Apa gua minta maaf sama dia aja ya?" Ia mengetuk ngetukkan ibu jari kanannya ke dagu. "Tapi masa minta maaf supaya tugasnya bisa dikerjain bareng lalu marah lagi. Haaaaah."

"Pusing gua lama lama mah. Serasa mau pecah ini kepala." Nakyung menarik narik surainya kesal.

Dirinya terus saja misuh misuh sendiri. Mengguling gulingkan tubuhnya ke kanan ke kiri di atas kasur empuknya. Beruntung ia tak sampai terjatuh ke lantai. Jika iya pasti akan sakit. Nakyung tentu tak ingin membiarkan tubuhnya mencium ubin yang pastinya dingin.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang