Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡.
.
.Bagian 3 • Started
_____________________Sesudah teman-teman Nakyung membicarakan tentang tantangan apa yang harus ia dilakukan. Kini atensi Nakyung mengarah pada Jaemin. Padahal tadi pemuda bemarga Na itu tersenyum sendiri dan sekarang berubah diam. Dan itu membuat Nakyung menjadi penasaran, sebenarnya apa alasan dibalik senyum lelaki yang ia sukai itu.
Jika dipikir-pikir, seharusnya Jaemin sudah mengetahui tentang perasaan Nakyung karena Haechan pada saat berdiskusi pasti juga sudah memberitahunya.
Tetapi Nakyung juga mulai berpikir, atau jangan-jangan Jaemin mempunyai perasaan yang sama? Namun dirinya terlalu takut menyatakan perasaannya seperti Jeno. Takut cintanya ditolak.
Berakhir Jaemin tahu jika Nakyung suka dengannya. Dan itulah yang menjadi alasan kenapa Jaemin tersenyum sendiri.
Ia menggedikkan bahu.
Namun tidak sampai disitu. Pikiran Nakyung mulai berkelana lagi. Mempunyai pendapat lain. Mungkin saja Haechan hanya mengarang, menambah-nambahkan supaya Nakyung mau menjalankan tantangannya.
Ah, tapi.
Nakyung menggelengkan kepala, ia jadi merasa pusing sendiri. Entah harus percaya pada pendapatnya yang mana. Ia memutuskan untuk mengikuti arus air, mengalir sampai pertanyaannya terjawab sendiri.
"Wankawan, gua mau balik kelas dulu ya," kata Nakyung lalu dijawab anggukan dari sahabatnya. Setelahnya ia beranjak untuk ke luar kantin. Tapi langkahnya perlahan memelan, ia merasa ada seseorang yang berjalan tepat di belakangnya. Bahkan bulu kuduknya sedikit berdiri.
Didetik selanjutnya, Nakyung memilih menghentikan langkahnya. Ia memutuskan untuk berbalik dan ternyata Jaemin lah yang mengikutinya. Nakyung bernafas lega.
"Kenapa Jaem?" tanya Nakyung dengan wajah datar padahal jantungnya sudah berdetak dua kali lebih cepat. Namanya saja juga jaga image.
Jaemin yang ditanya tak langsung menjawab. Lelaki bemarga Na itu malah melamun.
"Oi?" Nakyung menjetikkan jemarinya tepat diwajah Jaemin.
"Cinta lo gak bertepuk sebelah tangan kok, gua juga suka sama lo," kata Jaemin dengan senyuman andalannya.
"Eh?" Nakyung melongo sekaligus merasa ada yang berdetak kencang didada kirinya.
"Telinga gua gak salah denger, kan?" batin Nakyung bingung juga senang.
"Tadi Haechan bilang pas rembukkan, gua awalnya kaget, tapi setelah dilihat-lihat lagi betapa seriusnya dia, jadi gua percaya. Dan kalau boleh jujur, sebenernya udah lama sih gua juga suka. Tapi belum punya nyali buat ngungkapinnya, karna yah, takut ditolak. Juga takut nanti malah hubungan kita sebagai sahabat jadi renggang, tentunya gua gamau itu terjadi," kata Jaemin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Setidaknya mampu menutupi rasa canggungnya.
Nakyung mendumal dalam hati, "Nah bener kan, dasar Echan ember." Sebal dengan temannya yang satu itu.
Tapi disisi lain, Nakyung juga senang.
"Gua gak suka denger lo harus jadi temen si cupu dan otomatis bakal deket juga," kata Jaemin dengan ekspresi tak ikhlas. "Tapi gua percaya, kalo lo bisa ngejalanin dare tanpa ada benih cinta yang bakal tumbuh buat si cupu." Lagi-lagi dengan senyum menenangkan hati Nakyung.
"Semangat ya! Gua bakal setia nungguin lo," tambah Jaemin sambil memberikan kepalan tangan yang ditinju pada udara kosong.
Nakyung termenung. Tangan kanannya yang menggantung kini sudah mendarat di dada kirinya. Degup jantungnya berdetak semakin cepat. Ia masih memproses fakta yang baru saja terungkap, terasa tiba-tiba sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupu [Huang Renjun]✅
Ficção Adolescente[15+] [Follow me before read] Sebagai cewe yang berbaik hati dan tidak sombong, gua bakal jadiin si cupu temen. Gua selalu jadi temen yang baik buat dia. "Makasih ya kamu udah mau jadi temen aku" Renjun selalu mengulang kata-kata itu terus, sampai...