Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡.
.
.Bagian 20 • Sandaran
_________________________Sesampainya di sekolah. Nakyung dan Renjun berjalan beriringan di sepanjang koridor. Dan Nakyung selama di perjalan menuju sekolah tadi, ia sempat membatin jika para murid akan menatapnya penuh tanda tanya. Yang ternyata batinannya benar. Para murid kini menatap dengan penuh tanda tanya. Ada juga yang mulai berbisik, menduga duga alasan dibalik kebersamaan Nakyung dan Renjun pagi ini. Parahnya Renjun malah dibilang sebagai orang ketiga.
Astaga. Dasar mereka tidak punya kerjaan sekali.
Namun Nakyung juga punya persepsi lain. Mengingat dua hari lalu dia kan baru saja mengakhiri hubungannya dengan Jaemin. Entah berita itu sudah menyebar atau belum sebab kemarin kan Nakyung tidak berangkat sekolah karena perutnya sakit.
Tapi yang namanya Lee Nakyung, pasti memilih untuk menganggap semua opini pada murid hanyalah angin lalu semata. Beban hidupnya sudah berat, jadi tak perlu ia menambah nambah lagi dengan memikirkan ucapan orang lain. Toh itu juga tak berpengaruh bagi hidupnya.
Nakyung dan Renjun kini sudah sampai di kelas XII Mipa 3 setelah berhasil melewati kicauan para murid di sepanjang koridor. Dan pandangan Nakyung langsung jatuh pada Jaemin yang sibuk bermain ponsel dengan lengan kirinya sedang digelayuti oleh Hina si ketua cheerleader. Dan berarti gadis itu duduk di kursi milik Nakyung.
Nakyung mendecih pelan. Tapi sesudahnya ia memilih tak peduli. Berjalan dengan langkah biasa menuju bangkunya. Tapi yang orang lain lihat malah seperti ia ingin mengajak bertengkar.
Astaga.
"Minggir." Kata Nakyung datar sedatarnya. Ia sedang malas banyak bicara. Ditambah dirinya sedang datang bulan. Dimana jika Nakyung tak bisa menahan ucapannya sudah dipastikan sekelas akan terkena imbasnya. Beruntung itu sudah menjadi hal biasa untuk murid sekelas yang bisa bisanya sabar menghadapi perempuan yang sudah seperti singa sedang bunting.
Hina yang sedang asik menggelayuti lengan Jaemin dengan sok manja lalu beralih menatap sinis Nakyung. Tapi didetik selanjutnya, ia kembali melihat ke arah Jaemin.
Nakyung menggulirkan bola mata malas. "Lo punya telinga ga sih?" Memang nada bicaranya datar. Tapi malah kesannya benar-benar ingin seperti mengajak bertengkar.
Hina kembali menatap ke arah Nakyung. Dilihat dari ekspresinya jika Hina sekarang sedang sebal. Ingin membalas pun hanya dilewatkan dari tatapannya. Ingin Nakyung melakukan sesuatu pada bola mata di depannya yang seperti ingin keluar dari tempatnya. Lalu Hina keluar kelas walaupun dengan perasaan terpaksa.
Beberapa detik kemudian terdengar helaan nafas lega dari para murid di kelas yang sedari tadi diam diam memperhatikan. Ada juga murid dari kelas lain yang memperhatikan dari balik jendela ikut menghela nafas, meskipun ada yang mengomel sebab tak jadi mendapat tontonan gratis.
Ah, mungkin orang yang mendumal itu belum tahu.
Jika Hina sampai menanggapi dengan ucapan dan parahnya tangan juga maju. Akan dipastikan terjadi pertikaian sengit antar keduanya dan itu mampu membuat satu sekolah heboh sendiri.
Mungkin pertikaian karena merebutkan lelaki atau perempuan itu sudah biasa. Ya biasa jika yang bermasalah itu adalah murid tak terlalu famous. Tapi karena Hina dan Nakyung sama sama terkenal, maka dampaknya akan lebih besar.
Boom!
Kembali fokus pada Nakyung yang sudah mendudukkan diri di bangkunya, itu pun karena Jaemin yang sedari tadi memainkan ponsel beralih menatap Nakyung dalam. Dan tatapan Jaemin seolah menghipnotis untuk duduk. Lalu tanpa diduga Jaemin langsung merengkuh tubuh mungil Nakyung yang masih dalam keadaan tak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupu [Huang Renjun]✅
Подростковая литература[15+] [Follow me before read] Sebagai cewe yang berbaik hati dan tidak sombong, gua bakal jadiin si cupu temen. Gua selalu jadi temen yang baik buat dia. "Makasih ya kamu udah mau jadi temen aku" Renjun selalu mengulang kata-kata itu terus, sampai...