Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡.
.
.Bagian 31 • Jealous
_____________________Secerca cahaya pagi mulai menguntit keadaan kamar seseorang, membiarkan tidur mereka terganggu oleh hangatnya matahari. Burung-burung juga saling beradu siulan, mulai terbang dari sarangnya untuk mencari sesuatu yang bisa mengisi perut. Dedaunan mulai bergoyang, menari-nari diterpa semilir angin. Embun pagi dengan cekatan mempertahankan posisinya supaya tak terhempas ke bumi.
Yeoja dengan muka bantalnya mulai mengerjapkan mata, mentari pagi berhasil mengganggu tidur nyenyaknya. Ia melenguh pelan, merenggangkan tubuh rampingnya supaya tidak kaku. Diusap kedua matanya dan mulai berjalan linglung menuju kamar mandi. Dibasuh wajahnya dengan air keran yang mengalir, menikmati setiap tetes liquid bening nan dingin itu. Setelahnya ia menggosok gigi, mandinya nanti aja.
Hari minggu tidak jaman mandi dua kali, sekarang modelnya mandi siang supaya pagi sama sorenya direkap.
Jika gadis itu ditanya kenapa, ia akan dengan entengnya menjawab, "hemat air apa salahnya?"
"Eh." Dirinya mendadak ingat tentang kejadian kemarin malam, tapi rasanya itu hanya mimpi semata. Kalau tidak, dirinya bisa malu sendiri jika ketauan takut dengan korden putih di jendelanya dan dikira hantu.
"Tunggu deh." Nakyung mulai sadar, "bukannya odol gua kemarin dipinjem sama Renjun? Kok udah balik aja." Ia buru-buru pergi ke kamarnya Bang Taeyong. Memastikan kejadian kemarin itu hanya mimpi atau bukan.
Ha! Kosong!?
Itulah yang terlintas di benaknya, jelas-jelas kamar abangnya masih sama sebelum ditinggal oleh sang empu. Ada yang tidak beres nih, batinnya lalu pergi ke dapur. Menemui eomma nya yang pasti sedang sibuk memasak untuk . Sekalian bantu-bantu.
"Eomma, Nakyung bantu ya." Nyonya Lee mengangguk sebagai balasan lalu memberikan Nakyung cuttingboard dan knife serta sayuran yang harus dipotong.
"Kemarin ada yang nginep ya eomma?" tanya Nakyung membuka suara.
"Nginep?" Nyonya Lee bertanya balik.
"Iya, tidur di kamarnya Bang Tiwai." Nakyung bingung sendiri, dia itu sebenarnya tidak suka langsung to the point kalau bertanya tentang masalah tertentu. Basa-basi dulu takutnya nanti kegeeran, ketahuan berharapnya.
"Gak ada tuh, kemarin eomma sempat nutup kamarnya, tapi gak ada orang."
"Lah." Nakyung mulai dibuat bingung, eomma nya pasti tidak bohong. Tapi tidak mungkin kejadian tadi malam hanyalah mimpi semata, Nakyung kan berharapnya benar-benar terjadi.
Dasar.
Labil memang tadi katanya malu kalau mengingat kejadian kemarin, hmm.
"Eomma gak lagi bohong, kan?" tanya Nakyung mulai tak percaya.
"Kamu sebenernya kenapa sih? Main sana jangan belajar terus."
"Ih eomma," rajuk Nakyung yang kini memilih berusaha mencari topik lain bermaksud memancing Nyonya Lee mengatakan hal lain perihal Renjun.
Iya Renjun.
"Kemarin ada tamu yang dateng, gak?" tanya Nakyung setelah mendapatkan pembahasan yang semakin ngalor ngidul.
"Au ah kamu nanya sukanya ngulur-ngulur, kalo tanya ya to the point jangan setengah-tengah. Gih sana kamu mandi aja, perawan tuh harus rajin mandi supaya gampang nyari suami." Nyonya Lee jadi sebal sendiri, kan.
"Kok nyasar sampe ke sana sih eomma?" kesal Nakyung.
"Kamu sih nanya muter-muter. Kalo mau kepoin Renjun, bilang aja atuh. Gak usah gengsi." Nyonya Lee tertawa kecil melihat perubahan warna wajah anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cupu [Huang Renjun]✅
Ficção Adolescente[15+] [Follow me before read] Sebagai cewe yang berbaik hati dan tidak sombong, gua bakal jadiin si cupu temen. Gua selalu jadi temen yang baik buat dia. "Makasih ya kamu udah mau jadi temen aku" Renjun selalu mengulang kata-kata itu terus, sampai...