_Shut Up!_√

1.7K 229 1
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 25 • Shut Up!
________________________

Berlangsung selama kurang lebih dua belas menit Nakyung didekap erat oleh Jaemin. Baru lah setelah itu pelukan mengendor. Nakyung menarik dirinya, segera ia usap sisa air mata di kedua pipinya yang sedikit berisi. Tangisnya kini sudah mereda.

Jaemin hanya bisa diam melihat wajah sayu gadis Lee yang notabene adalah mantan kekasihnya. Hatinya terasa sesak dikala orang yang kita cinta menangis karena orang lain. Diam diam tangannya mengepal. Ia tak tahu seorang lelaki cupu bisa melakukan itu hal seperti itu.

Ah, bisa saja. Nyatanya adalah Huang Renjun yang menjadi alasan mengapa Nakyung menangis dan berakhir di dalam dekapan Jaemin.

"Mau aku anterin pulang aja?" tawar Jaemin yang dibalas gelengan pelan oleh Nakyung. Gadis tersebut membalikan badan dengan kepala menunduk. Keluar dari rooftop dengan langkah gontai.

Nakyung tak langsung pergi ke kelas. Ia memilih untuk berbelok ke kamar mandi perempuan. Membasuh wajah sayunya dengan air dingin dari keran wastafel. Setelah itu ia memandangi pantulan dirinya di kaca besar di depannya. Kedua matanya memerah sehabis menangis.

Tak berniat mengeluarkan satu kata pun, Nakyung malah tersenyum miris.

Dimana mana karma tetap lah menjadi hukum yang setimpal atas perbuatan yang kita lakukan.

Entah itu adalah perbuatan baik atau buruk.

"Na."

Panggilan dari lelaki bermarga Huang yang pertama kali mengintruksi indra pendengarannya saat masuk kelas dihiraukan begitu saja. Nakyung duduk di kursinya lalu menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangan di atas meja.

Suasana hatinya kacau balau.

Penjelasan guru mapel masuk ke telinga kanan Nakyung. Lalu dengan mudahnya keluar melalui telinga kiri. Materi bagaikan alunan instrumen lagu, dapat membuat Nakyung mengantuk. Jadi ia putuskan untuk menopang dagu dan mencuri waktu untuk memejamkan mata saat guru menghadap ke papan tulis. Setelah menjelaskan, guru memberikan waktu sejenak untuk para murid memahami sendiri. Tapi tidak untuk Nakyung, gadis tersebut malah melanjutkan memejamkan mata.

Tidak ada, materi barusan Nakyung sudah pernah mempelajarinya.

Istirahat kedua pun Nakyung tak berniat untuk keluar kelas. Kakinya terasa berat, pro dengan hati dan juga pikirannya.

"Na, kamu mau ke kantin?" tanya Renjun mengintruksi telinga Nakyung. "Kamu ngelamun—eh." Kejut Renjun pelan saat Nakyung malah menoleh ke kiri membuat Renjun hanya bisa melihat surai panjang Nakyung.

"Kalo kamu ada masalah, kamu bisa ngomong sama aku Na."

Tak ada balasan.

Renjun menghela nafas pelan. "Kamu inget kan perkataan aku tempo lalu? Kalau aku siap jadi sandaran kamu."

Tetap saja tak ada balasan.

"Na—"

Pats.

"Eh." Renjun menatap tangannya yang baru saja ditepis oleh Nakyung saat beberapa detik lalu mendarat di pundak si empu.

"Na, kamu sebenernya kenapa sih?"

"Gua lagi pingin sendiri."

Renjun terdiam sejenak. "Yaudah kalo kamu memang mau sendiri, aku pergi dulu."

"Em, kalo kamu butuh sandaran, aku siap selalu." Tambah Renjun sebelum pergi dari kelas.

Dan kini Nakyung sendirian di kelas.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang