_Malming with Renjun_√

2.7K 287 7
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 10 • Malming with Renjun
_____________________________________

Dengan posisi yang berbeda sebab jika Nakyung tetap mempertahankan keadaan dimana Jaemin memeluknya dari samping bisa bisa badannya mati rasa. Jadi sesekali ia akan bergerak untuk menghindari kesemutan.

Nakyung melirik jam dinding berbentuk persegi di dekat pigura besar di ruang tamunya.

Jarum jam menunjukkan pukul 06.45 P.M. Yang berarti kurang lima belas menit lagi para sahabatnya sampai di restoran yang digunakan sebagai tempat perayaan jadiian Jeno dan Siyeon.

Nakyung menepuk pelan pipi terus Jaemin yang masih memejamkan mata. Sebenarnya jika melihat wajah teduh Jaemin saat ini mampu membuat Nakyung iri. Sebab bulu mata yang dimiliki Jaemin begitu lentik. Ia selaku perempuan tulen saja tak punya.

"Jaem."

Tak ada balasan.

"Jaem udah mau jam tujuh," kata Nakyung pelan.

Tetap tidak ada balasan.

Tiba-tiba ada pesawat yang mendarat di kepala Nakyung.

Ia akan diam-diam mencabut bulu mata lentik Jaemin.

Tapi, Nakyung mengurungkan niatnya. Karena ia tahu bagaimana rasanya jika bulu mata dicabut paksa. Akan membuat mata menjadi sedikit berair meskipun jika dikedipkan langsung hilang.

"Jaemin ganteng, udah mau jam tujuh."

Jaemin perlahan membuka kelopak matanya. Mengerjapkan ngerjap sambil menjauhkan tubuhnya dari badan kekasihnya.

"Beneran?" tanya Jaemin.

"Iya, tuh lihat jam dinding." Nakyung menunjuk jam dinding dengan dagunya.

"Oiya! Sebentar, aku kabarin Jeno dulu kalo kita berangkat sendiri," kata Jaemin sambil mengambil ponsel di bagian kanan saku jaketnya. Nakyung mengangguk mengerti, memilih menunggu.

Jaemin mulai mengetikkan huruf di papan ponselnya satu demi satu. Lalu menekan tombol kirim.

"Jeno centang dua tapi belum dibaca."

"Yaudah tunggu dulu."

"E, eh. Jeno malah telepon nih."

"Angkat aja," suruh Nakyung.

"Kamu aja nih." Jaemin memberikan ponselnya.

"Ish, padahal tinggal diangkat aja Dasar." Nakyung mendengus. Menekan layar ponsel pada bagian ikon warna hijau, menggesernya ke atas.

~
"Kenapa Jen?" tanya Nakyung pada sahabatnya diseberang sana.

"Eh, lo Kyung. Jaemin mana? Dan lo beneran berangkat bareng Jaemin?" —Jeno.

"Di deket gua. Iya."

"Owh ok. Jadi gua tinggal jemput Haechan."

"Iya Jenong."

"Untung temen lo Kyung. Udah ya gua tutup teleponnya. Lo ati-ati sama Jaemin."

"Ye, lo juga."
~

Tut.

Panggilan berakhir. Nakyung mengembalikan ponsel ke pemiliknya.

"Udah yuk pergi." Jaemin bangkit dari duduknya diikuti Nakyung. Keduanya keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintu dari luar. Kalau Nyonya Lee ingin pergi tinggal mengambil kunci cadangan.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang