_Pertanyaan_√

1.8K 226 7
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 27 • Pertanyaan
___________________________

Keadaan di lapangan basket indoor kini hening. Tak ada suara sedikit pun yang terdengar. Bahkan hembusan angin tak menerpa keduanya jika sang angin tidak berusaha mati-matian untuk menyelinap masuk di antara celah di setiap sisi bangunan. Entah itu dari ventilasi udara, bawah atau atas pintu, atau lubang lainnya.

Lalu sesuatu yang pertama kali menarik atensi jika masuk ke lapangan tersebut adalah dua makhluk yang berbeda gender sedang saling beradu tatapan. Mungkin jika orang lain tak tahu apa-apa, hanya berjalan melintas sembari memperhatikan sejenak akan berpikir jika dua makhluk itu memiliki hubungan istimewa dan dalam keadaan menggebu-gebunya sebab anehnya cara tatap mereka. Orang yang melintas pun bisa menyimpulkan juga jika keduanya memang mempunyai hubungan khusus tapi sedang dalam mode bertengkar. Kenapa bertengkar? Sebab makhluk yang diketahui bergender lelaki kini mempunyai kedua mata yang sembab.

Ah, tapi orang lain tak perlu memikirkan itu semua.

Sebab tak ada orang yang ingin membuang-buang waktunya hanya untuk menonton keduanya. Orang-orang tersebut lebih baik menghabiskan waktu lima belas menit berharganya untuk pergi ke kantin, mengisi perut dengan berbagai makanan yang kita sukai.

Makhluk yang diketahui bergender perempuan itu diam diam mulai mengepalkan tangan. Tatapan yang dilayangakan pada lelaki di depannya begitu tajam. Bahkan tak ada belas kasihan pun saat melihat onyx mata sembab milik lelaki tersebut. Sepasang deretan gigi atas bawah saling mendorong kuat antara satu sama lain.

"Cih." Hanya satu kata dan satu suara. Tapi mampu membuat lelaki di depannya merasakan dada kirinya yang sesak seakan diremat oleh tangan tak kasat mata.

Huang Renjun.

Dua kata yang merupakan rangkaian huruf milik lelaki tersebut. Yang kita ketahui sebagai nama orang.

Dan nama tersebut adalah nama yang membuat perempuan-ah panggil saja Lee Nakyung, memenangkan kemarahannya.

"Hapus air mata buaya lo!" bentak Nakyung ketus dengan tangan yang bersidekap di depan dada. Karna suruhannya tak kunjung dilakukan membuat Nakyung membuang muka, ia malas melihat Renjun dengan mata sembabnya.

Pats!

"Jangan pegang-pegang tangan gua! Lebih baik lo pergi dari sini!" Nakyung menatap sinis.

"Aku mau jelasin semuanya, Na." Akhirnya lelaki berkacamata itu mengeluarkan suara setelah berhasil menetralkan detak jantungnya karena sehabis memeluk gadis yang ia sayangi.

Nakyung tertawa meremehkan setelah mendengarkan kalimat dari lelaki bermarga Huang tersebut. "Gua udah paham semuanya, jadi ga perlu tuh lo jelasin, buang-buang waktu aja."

Renjun masih setia menatap gadis cantik di depannya dengan kedua mata sembabnya. "Aku mau minta maaf."

Alis Nakyung memicing. "Hah? Gua ga salah denger nih?"

Renjun menggeleng sebagai jawaban.

"Oh, gua terima maaf lo."

Kedua mata Renjun membulat. Benarkah Nakyung memaafkannya semudah ini?

"Aku nyesel." -Renjun.

"Penyesalan diterima."

"Aku sayang kamu."

"Sayang diterima."

Renjun tersenyum. "Kalau gitu lihat aku." Nakyung yang kembali memalingkan wajahnya kini beralih menatap Renjun dengan smirk nya.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang