_Thanks_√

1.7K 191 44
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 33 • Thanks
________________________

.

.

"NGAPAIN LO!?"

Suara cetar nan membahana datang dari belakang tubuh Nakyung. Dan itu berhasil membuat si empu yang sedang diam diam membuka knop pintu terlonjak kaget. Memegangi dada kiri karena detak jantungnya berubah tak normal. Seperti ketahuan melakukan perbuatan buruk. Dan beberapa detik kemudian, setelah detak jantungnya kembali berdetak seperti semula. Barulah ia melancarkan aksinya untuk menarik surai oknum yang membuatnya hampir jantungan. Mengekpresikan betapa sebalnya dirinya saat ini.

"Sumpah lo nyebelin bangettt, lo mau gua mau jantungan? Dan lo yang bakal disalahan akibat kematian gua, hah?!" Katanya tanpa mengurangi tenaganya, bahkan semakin kuat.

"Aduuh sakit Kyung." Ringis Haechan—oknum si pembuat kaget. Kondisi wajahnya benar-benar tak terkondisikan. Berusaha menyingkirkan tangan yang menarik surainya. "Akh."

"Rasain tu." Cibir Nakyung setelah menuntaskan rasa sebalanya. Membersihkan surai Haechan yang rontok akibat ulahnya.

Haechan hanya bisa menatap nanar helaian surainya yang terjatuh merasakan betapa dinginnya ubin. Tangan kanannya juga tak tinggal diam. Mengusap-ngusap kepalanya bagian ubun-ubun. Rasanya ia akan pingsan akibat terlalu pusing setelah ditarik surainya. "Gua berani jamin kalo lo itu cewe jadi-jadian."

Nakyung melotot. "Ngomong apa lo? Mau gua tarik lagi rambutnya sanpai kulitnya ikutan lepas?!"

Haechan mentapa Nakyung horor. Sepertinya gadis di depannya benar-benar gadis jadi-jadian. Sadis.

"Lo tu yang salah, gua mau buka pintu lo teriakan! Bikin malu orang aja!"

Haechan mengerucutkan bibir. Berkata dengan nada pelan. Kepalanya sakit ditambah hatinya karena diteriakkin. "Ih, lo juga salah. Buka pintu pelan-pelan gitu. Kayak mau maling tahu ga."

"Dih, gua itu cuman gamau bikin suara berisik pas masuk. Emangnya elo, masuk rumah orang ga ngucapin salam malah teriak-teriak kek orang utan!"

"Lho lho. Kok lo malah nyamain gua sama binatang sih?"

"Lah, kalo emang bener mau gimana lagi."

"Heh!"

"Apa lo?!" Balas Nakyung dengan mata melotot. Haechan meneguk ludah. Kalau perempuan sudah marah nampak macan beranak.

"Begitu seperhatiannya sama Renjun, ya?" Haechan malah beralih ke topik lain atau topik utama yang sedari dibahas. Alasan mengapa Nakyung membuka pintu uks pelan-pelan seperti maling.

Dan kali ini rasanya Nakyung yang merasa resah. Diteguk ludahnya kasar. Ia yakin sembilan puluh sembilan koma sembilan persen jika kedua pipinya sudah memerah. Seperti kepiting rebus siap santap.

"Aduh pipinya merah." Goda Haechan sambil memainkan pipi Nakyung.

Plak.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang