_Kenapa?_√

1.9K 243 3
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 24 • Kenapa
______________________

Nakyung dan Renjun sudah keluar dari bianglala setelah bagian kincir mereka sampai di posisi paling bawah. Sudah sepuluh menit berlalu, keduanya tak ada yang berinisiatif untuk membuka suara. Bahkan mereka sama sama melihat ke arah lain, tak berani saling tatap. Asik bergelut dengan pikirannya masing-masing.

Gadis bersurai panjang selengan tak sengaja menoleh dan bersitatap dengan Renjun. Langsung saja ia membuang muka, Nakyung merasa detak jantungnya semakin menggila jika dirinya mengingat kejadian beberapa menit lalu. Ia merasa kalau tadi wajah Renjun terlihat tampan sekali. Tak seperti Renjun yang biasanya. Mungkin sebab Nakyung kali ini melihat dari jarak yang sangat dekat. Tapi Nakyung tiba-tiba saja merasa jika wajah Renjun mempunyai kemiripan dengan seseorang. Namun Nakyung bingung mirip dengan siapa. Semakin ia memikirkannya maka semakin ia bingung. Iya bingung dengan visual Renjun malam ini.

Bisa-bisa Nakyung jatuh cinta pada lelaki berkacamata di sampingnya.

Drrrt.

Terdengar suara nada dering ponsel. Nakyung langsung saja meraba sakunya, tapi setelah dilihat ponselnya tidak menampilkan apa pun. Dan ternyata ponsel Renjun lah yang berbunyi. Nampaknya Renjun mendapatkan panggilan dari seseorang sebab Nakyung tak sengaja melihat layar ponsel Renjun sekilas.

"Em, Na. Aku ijin angkat telpon dulu, ya." Renjun membuka suara yang langsung dibalas anggukan pelan dari Nakyung. Setelahnya baru lah lelaki itu pergi menjauh dari kerumunan.

Seperginya Renjun, Nakyung memilih untuk berjalan-jalan pelan sambil melihat keadaan sekitar. Jika ditanya Nakyung penasaran atau tidak tentang siapa yang menelpon Renjun sih maka Nakyung akan menjawab iya. Namun gadis itu sempat menyadari perubahan raut wajah Renjun. Nampak malas begitu saat membaca kontak si penelpon.

Daripada nanti Renjun mencari-cari keberadaannya lebih baik Nakyung berdiri di tempat yang tak jauh dari Renjun.

Beberapa menit kemudian barulah Renjun selesai menelpon. Lelaki itu menyimpan ponselnya lalu berjalan mendekat ke arah Nakyung.

"Eh, Jun. Udah selesai telponannya?" tanya Nakyung basa-basi. Dijawab anggukan pelan oleh Renjun.

"Na, aku anterin kamu pulang yuk."

Kening Nakyung mengerut tak suka dengan kalimat yang lelaki di depannya lontarkan. Ia merogoh saku hoodie nya untuk mengambil ponsel dan melihat jam berapa kah ini. "Ini baru jam setengah sembilan lho. Beneran mau pulang?"

Tak butuh waktu lama Renjun menjawab. "Iya nih, soalnya tadi mama nelpon nyuruh aku pulang."

Nakyung ber "oh" ria. "Yaudah, yuk pulang."

"Jun makasih ya buat malam ini." Kata Nakyung setelah turun dari montor dan mengembalikan helm pada Renjun.

"Iya sama sama, besok aku jemput ya."

"Gak ngrepotin nih?"

"Gak kamu, kayak sama siapa aja sih, Na."

"Eh, maksud lo?"

"Ah, maksudku sama temen. Jangan sungkan."

"Eh."

"Eh eh mulu Na. Bosan atuh, ganti lah yang lain."

"Apa?"

"Ay boleh," kata Renjun menggoda membuat dirinya dihadiahi pukulan tepat di pucuk kepalanya. "Sakit Na," lirihnya sambil mengelus surainya pelan.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang